Surat Pembaca

Evakuasi Warga Gaza, Bukan Solusi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Mahrita Julia Hapsari (Aktivis Muslimah Banua)

Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Pernyataan Prabowo Subianto yang menyebutkan kesiapan Indonesia untuk menerima 1.000 warga Gaza seolah menunjukkan sikap kemanusiaan. Namun, di balik narasi itu tersembunyi bahaya besar yang justru memuluskan agenda jahat Zionis. Ini bukan bentuk solidaritas, tapi bisa menjadi bagian dari strategi sistematis pengusiran warga Gaza dari tanah air mereka.

Kita tidak boleh menutup mata bahwa proyek etnis cleansing telah lama menjadi bagian dari skenario penjajah Zionis. Mereka ingin mengosongkan Gaza dari penduduk aslinya untuk kemudian menguasai penuh wilayah tersebut. Maka, setiap evakuasi, betapapun dibungkus narasi kemanusiaan, hakikatnya adalah bentuk dukungan tak langsung terhadap proyek pengusiran warga Palestina. Yang seharusnya diusir adalah Zionis penjajah, bukan rakyat Palestina yang sah menempati tanah mereka.

Pernyataan Prabowo menjadi semakin kontraproduktif jika dilihat dari meningkatnya seruan jihad dari berbagai penjuru dunia islam. Seruan jihad itu lahir dari kesadaran bahwa penjajahan dan genosida di Palestina tidak akan pernah berhenti hanya dengan kecaman, boikot, atau diplomasi. Fakta di lapangan menunjukkan: semua upaya damai dan tekanan internasional tidak menghentikan mesin perang Zionis. Justru, rakyat Gaza terus dibantai, infrastruktur dihancurkan, dan blokade diperketat.

Evakuasi massal atas nama kemanusiaan justru menjauhkan umat dari solusi hakiki. Jika warga Gaza dievakuasi, maka siapa yang akan mempertahankan tanah suci itu? Apakah kita rela melihat tanah al-Quds dan Masjid al-Aqsha ditinggalkan tanpa pembela? Inilah jebakan zionis yang harus disadari oleh umat Islam.

Di sisi lain, kebijakan ini patut dicurigai sebagai bagian dari tekanan Amerika Serikat atas Indonesia. Sebagaimana diketahui, AS baru saja menetapkan kenaikan tarif impor atas sejumlah produk Indonesia. Kemungkinan besar, AS menggunakan isu evakuasi warga Gaza sebagai alat tukar dalam lobi politik dan ekonomi. Jika Indonesia mau menampung warga Gaza, maka mungkin saja AS bersedia merundingkan ulang kebijakan tarifnya. Ini adalah buah simalakama bagi negeri yang masih bergantung pada negara kafir penjajah.

Ketergantungan inilah buah dari sistem kapitalisme global yang dijalankan di negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia. Tidak ada kemandirian politik, apalagi keberanian untuk menentang penjajah. Alhasil, sikap terhadap isu Palestina pun menjadi ambigu. Menolak penjajahan, tapi tidak berani berjihad. Mengecam Israel, tapi membuka pintu kompromi atas nama “kemanusiaan.”

Padahal, pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Jihad bukan tindakan ekstrem, tapi syariat mulia untuk membela yang tertindas dan mengusir penjajah. Ketika para pemimpin muslim menolak jihad dengan dalih nasionalisme dan prinsip non-intervensi, itu sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap umat Islam dan ajaran agamanya sendiri. Mereka lebih takut pada tekanan Barat daripada murka Allah.

Sudah saatnya umat Islam mengoreksi arah perjuangan. Palestina tidak akan merdeka lewat PBB, KTT OKI, atau diplomasi kosong. Palestina hanya akan bebas jika umat Islam bersatu dan memobilisasi kekuatan militer dalam bingkai jihad fi sabilillah. Ini hanya mungkin dilakukan jika umat memiliki institusi politik Islam sejati yakni Khilafah.

Khilafah bukan sekadar cita-cita masa lalu. Ia adalah sistem pemerintahan Islam yang menerapkan syariat secara menyeluruh dan memimpin dunia dengan keadilan. Di bawah Khilafah, umat Islam akan memiliki kekuatan militer dan politik untuk membela Palestina secara nyata, bukan hanya lewat retorika.

Umat Islam juga harus menolak evakuasi warga Gaza. Jangan biarkan Zionis meraih kemenangan dengan mengosongkan wilayah Palestina. Sebaliknya, umat harus mendesak penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara, membuka perbatasan, dan memutuskan hubungan dengan Israel serta sekutunya.

Pada saat yang sama, umat juga harus memperkuat perjuangan untuk menegakkan Khilafah. Ini bukan perjuangan individual atau emosional, melainkan perjuangan kolektif yang dipimpin oleh partai Islam ideologis. Hanya partai Islam ideologis yang mampu menjaga arah perjuangan umat agar tidak melenceng ke jalur pragmatis.

Partai Islam ideologis akan menyuarakan kebenaran tanpa takut, mengedukasi umat tentang jihad dan Khilafah, serta mendorong para penguasa agar memenuhi kewajiban mereka sebagai pelindung umat. Ketika Khilafah tegak, maka setiap serangan terhadap muslim di Gaza, Rohingya, Uighur, maupun di manapun, akan dijawab dengan kekuatan nyata.

Hari ini, saat umat menangis melihat penderitaan di Gaza, kita harus menolak solusi palsu dan menyongsong solusi hakiki. Evakuasi bukan jalan keluar. Jihad dan Khilafah adalah jawabannya. Wallahu a’lam bishshowab [WE/IK]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here