Opini

Film Spider-Man Layak Ditarik Karena Membahayakan Generasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Neng Erlita N. (Mubalighah Kalbar)

wacana-edukasi.com, OPINI– Film laris “Spider-Man: Across the Spider-Verse” mendadak ditarik dari daftar tayang di puluhan negara Arab dengan penduduk mayoritas Muslim. Konten kampanye LGBTQ menjadi pemicu batal diputarnya film tersebut. Semula, film ini dijadwalkan tayang di Timur Tengah pada 22 Juni 2023, sepekan menjelang hari libur Idul Adha. Pekan lalu, telah terdaftar di program bioskop sejumlah negara seperti Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Lebanon, dan Mesir. Namun mendadak dan secara senyap ditarik dari jadwal yang telah ditetapkan tersebut. Tak ada alasan terucap. Adegan singkat terkait LGBTQ, khususnya transgender diyakini sebagai alasan pembatalan tayangan film ini (https://internasional.republika.co.id 17/06/2023).

Di negara-negara Arab yang penduduknya mayoritas Muslim, homoseksualitas dan transgender menurut hukum Islam merupakan perbuatan yang dilarang dan berdosa. Selain bertentangan dengan keyakinan agama, juga norma sosial yang berlaku di sana. Ada adegan dalam film yang menunjukkan bendera dengan kalimat berbunyi ‘’Protect Trans Kids” tergantung di kamar Gwen Stacy, salah satu karakter di film superhero ini. Suara karakter Gwen diisi oleh aktris Hailee Steinfeld.

Empire Entertainment, distributor film ini di Timur Tengah tak memberikan jawaban mengenai penarikan tersebut. Tak ada larangan eksplisit yang disampaikan tetap ada indikasi memang film tak akan tayang. Emaar Entertainment, perusahaan milik negara dan induk perusahaan Reel Cinemas, mengonfirmasi tak akan memutar film “Across the Spider-Verse”. Di akun Twitter Saudi Cinema muncul pernyataan disertai poster film, yang berbunyi, ’’Pihak organisasi tak akan meloloskan film apapun yang bertentangan dengan regulasi konten media dan perusahaan produksi tak berkomitmen menjalankan perubahan yang diinginkan.’’

Tahun lalu muncul insiden serupa yang menimpa film Disney, “Lightyear”. Film yang menyajikan adegan ciuman lesbian ini dilarang di 13 negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Padahal sebelumnya, “Into the Spider-Verse,” prekuel “Across the Spider-Verse,” meraih sukses besar di kawasan negara Arab pada 2018. Anak-anak di Lebanon gandrung dengan tas punggung Miles Morales, karakter utama. Sedangkan mal-mal di seantero UEA menjual action figure yang ada dalam film ini. “Across the Spider-Verse” merupakan bagian kedua dari trilogi. Bagian ketiga dari film animasi ini dijadwalkan masuk ke bioskop-bioskop negara Arab tahun depan.

Beginilah seharusnya kaum muslimin dan negeri-negeri muslim bersikap secara tegas terhadap kebudayaan yang bertentangan dengan Syari’at Islam. Bukan hanya menolak budaya barat dalam bentuk film ini saja, namun juga budaya barat dalam bentuk lainnya selama menyelisihi Syari’at. Misalnya, konser yang dilaksanakan pada Riyadh season lalu. Bahkan, berita yang menghebohkan terbaru, bahwa demi pariwisata, MBS mengizinkan Turis LGBT berkunjung ke Arab Saudi. Negeri-negeri islam dan kaum muslimin harus menolak aspek lain yang dihujamkan Barat ke negeri-negeri muslim, ghozwuts tsaqofi seperti kaum LGBT ini.

Perlu kita sadari, dibalik semua fenomena meluasnya L687 dan kampanye masif melalui sejumlah gerakan sosial, terdapat peran dan campur tangan politik HAM luar negeri AS. Tidak dimungkiri, AS begitu gencar mengampanyekan legalisasi L687 ke seluruh dunia, termasuk dengan membajak berbagai kebijakan PBB. Pada era Joe Bidan, kampanye L687QI+ makin masif dan agresif dijalankan ke seluruh dunia, bahkan Biden dinobatkan sebagai Presiden AS paling pro L687QI+.

Sebagai contoh, AS dengan USAID-nya berkolaborasi dengan UNDP sejak 2014 dalam proyek _“Being LGBT in Asia”_; serta meneliti pengalaman hidup LGBT di delapan negara (Kamboja, Cina, Indonesia, Mongolia, Nepal, Filipina, Thailand, dan Vietnam) dari perspektif HAM dan pembangunan. Sebanyak 8 juta dolar AS dana yang telah digelontorkan sejak 2014—2017. Proyek ini tidak hanya meneliti, tetapi turut mempromosikan gaya hidup penuh penyimpangan ini, bahkan proyek “Being LGBT in Asia” sudah menyelesaikan fase keduanya (BLIA-2) pada 2019.

Negeri muslim harus makin waspada, terutama terhadap penetrasi ide-ide liberal ini pada kaum mudanya. Apalagi selama enam dekade terakhir, promosi gaya hidup L687QI+ telah meningkat sedemikian rupa sehingga sulit untuk dilepaskan dari kehidupan modern. Selain merupakan gerakan politik ideologis terorganisir yang disponsori oleh AS sang kampiun kapitalis Barat dan korporasi swasta mereka, kampanye L687 juga sudah menjelma menjadi kekuatan ekonomi yang dikenal dengan _“pink capitalism”_ karena komunitas ini merupakan pasar besar bagi kapitalis dengan keuntungan miliaran dolar.

Asisten Menteri Luar Negeri AS (2015) Urusan Demokrasi HAM dan Buruh Tom Malinowski menegaskan, “Korporasi-korporasi besar diminta untuk mempromosikan hak asasi orang-orang L687 di seluruh dunia. Pada abad 21, pemerintah perlu dibantu gagasan, tenaga, dan dukungan para pemimpin bisnis, inovator, dan wirausahawan untuk mendukung orang-orang L687. Kita harus tegar menghadapi ketidakadilan terhadap orang-orang L687 di seluruh dunia.”

Untuk mengadang arus gerakan L687 ini, tentu membutuhkan kapasitas besar, tidak cukup dengan satu dua kali penolakan, melainkan perlu upaya yang lebih sistematis dan terorganisir untuk mengimbangi kerusakan yang disponsori AS ini.

Umat Islam memerlukan pemimpin adil yang kuat dan bervisi demi mengadang gelombang kerusakan yang terus dikampanyekan oleh AS, Barat, dan korporasi kapitalis mereka. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya, al-imam (khalifah) itu perisai, (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.”

Oleh karenanya, saat ini yang diperlukan adalah kembalinya protector umat—Khilafah al-Junnah—sebagai satu-satunya sistem yang direstui oleh Sang Pencipta seluruh umat manusia yang menunjukkan jalan yang benar menuju luhurnya moral dan martabat manusia, serta kemakmuran di dunia ini.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 28

Comment here