Oleh Sonia Padilah Riski (Muslimah Ketapang, Kalbar)
wacana-edukasi.com, OPINI–Kekerasan menjadi hal yang cukup viral saat ini. Mirisnya hal ini banyak terjadi di kalangan anak-anak. Tak tanggung-tanggung, nyawa selalu menjadi ancaman. Kasus bullying atau kekerasan ini marak terjadi di lingkungan pendidikan. Bukan hanya satu atau dua kasus saja.
Dilansir dari haluankalbar.com (09/03/2023), aksi kekerasan kembali terjadi di lingkungan pondok pesantren. Aksi tersebut dilakukan oleh sejumlah senior terhadap juniornya di pondok pesantren di Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan Madura. Penganiayaan itu mengakibat seorang santri junior meninggal dunia.
Lagi dan lagi lingkungan pesantren terjadi kasus kekerasan. Sebenarnya apa penyebab kasus kekerasan semakin marak? Apakah benar adanya pengaruh pola pendidikan saat ini?
Pengaruh Kapitalisme Dalam Pola Pendidikan Anak
Kekerasan yang terjadi cukup menyita perhatian dari berbagai kalangan. Baik dari kalangan muda dan tua, pasalnya kekerasan ini bukan hanya menimpa kalangan tua saja tetapi juga kalangan muda bahkan anak-anak. Sebagian besar kasus ini banyak dipengaruhi oleh tayangan dari media saat ini.
Media saat ini, menjadi inti point dalam keterlibatan pengembangan anak-anak. Kita lihat saja, banyak tayangan-tayangan tanpa sensor (baik itu kekerasan hingga menghilangkan nyawa) menjadi tontonan yang bisa digenggam bahkan bisa dilihat kapanpun. Produksi film yang menggambarkan bagiamana kekerasan hingga tayangan tersebut akhirnya menjadi role mode bagi anak-anak yang tidak paham.
Media seharusnya bisa menjadi pendukung untuk pendidikan anak-anak, tetapi sayangnya media saat ini hanya diarahkan untuk meraih keuntungan. Maka wajarlah, karena media saat ini memang tidak diarahkan untuk pengembangan pendidikan anak-anak. Betapa besar pengaruh media saat ini dalam pengembangan anak-anak. Produksi media saat ini di dominasi dari barat. Dimana barat sendiri, memang tidak memprioritaskan media sebagai pendukung dalam pendidikan terutama anak-anak.
Barat menjadikan media untuk menguasai kehidupan manusia. Sudah banyak manusia yang tidak bisa lepas dari tayangan-tayangan unfaedah. Begitu juga dengan produksi film, music, games, memang sengaja untuk diarahkan pada pangsa pasar yang semakin mencengkram kuat kehidupan manusia.
Demikian dari segi media, jika dilihat juga dari segi pendidikan dari sekolah keadaannya tidak begitu jauh dari dunia maya. Pendidikan saat ini, dilihat dari kurikulum tidak lagi memprioritaskan kualitas melainkan kuantitas. Kurikulum yang dicetak pada akhirnya hanya memunculkan sedikit sekali manusia yang berkualitas dari segi agama.
Apalagi pendidikan agama pada kurikulum saat ini semakin hilang eksistensinya. Hanya memprioritaskan industry dibandingkan kejiwaan manusia. Wajar jika kualitas jiwa manusia saat ini selalu diambang batas bahkan jauh daripadanya. Mental health selalu menyerang kaum pemuda, dengan pola hidup yang mengandalkan kebebasan. Bahkan manusia masih banyak yang mempertanyakan tujuan hidupnya, wilayah kekuasaan manusia (qadha dan qadhar).
Mengenai bahasan akidah sendiri, kapitalisme tak mampu menjawab dengan kepuasan akal sesuai fitrah manusia. Karena targetnya tidak lain hanya untuk kesenangan saja. Maka pola kehidupan dalam kapitalisme tidak jauh dari kesenangan itu sendiri. Pendidikan dan media dibentuk agar sesuai kebutuhan tertentu bukan untuk pendukung keimanan.
Maka wajar, jika manusia dalam sistem kapitalisme akan selalu mengarah hanya pada hawa nafsu. Semua hal tersebut bisa dipenuhi jika manusia benar-benar menggunakan akalnya untuk beriman dengan Islam.
Mulia dengan Islam
Islam dengan segenap peraturannya telah membuktikan bahwa kualitas manusia yang dihasilkan tidak main-main. Generasi cemerlang tercetak dari peradaban Islam. Kekerasan dan perundungan oleh anak-anak bahkan dilingkungan sekolah tidak pernah terjadi dalam penerapan Islam.
Manusia yang hidup dengan Islam akan merasakan, tujuan hidupnya terarah. Begitu pula dengan penerapan kurikulum pendidikan oleh negara Islam. Penerapan tsaqofah Islam bukan hanya dilakukan dilingkungan sekolah saja, tetapi juga lingkungan masyarakat dimana mereka lebih banyak untuk berinteraksi.
Pendidikan oleh negara harus disandarkan pada akidah Islam, karena sejatinya Islam mampu membimbing manusia untuk menemukan jawaban atas tujuan manusia di muka bumi. Kerusakan generasi saat ini, tentu tidak lain disebabkan tidak adanya Islam dalam kehidupan.
Negara juga perlu, mengarahkan media untuk menunjang keimanan masyarakatnya. Sehingga tayangan di media tidak lagi disandarkan pada kepentingan ataupun bisnis semata. Bukan hanya negara yang menjadi tanggung jawab dan penjaga dalam hal ini, peran orang tua sangat dibutuhkan. Agar tercipta serangkaian kerjasama yang apik untuk menciptakan generasi yang berkualitas dengan Islam.
Peran orangtua memang sangat penting dalam menciptakan generasi yang berakhlakul karimah. Sayangnya dalam kehidupan saat in, banyak peran orangtua absen dalam pendidikan anak-anaknya. Orangtua menyerahkan sepenuhnya pada instansi pendidikan, tanpa memperhatikan lagi bagaimana kualitas kehidupan anaknya.
Nilai-nilai Islam akan senantiasa hadir dalam setiap aktifitas manusia. Baik dalam kehidupan sendiri atau kehidupan bermasyarakat. Negara wajib menjamin penerapannya agar terealisasi ditengah masyarakat.
Wallahu’alam
Views: 29
Comment here