Opini

Gaza Kembali Dibombardir, ke Man Pemimpin Muslim?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Lely Novitasari

(Aktivis Generasi Peradaban Islam)

wacana-edukasi.com– Tak ada kata jera, Zionis Israel kembali melakukan tindakan kekejiannya terhadap penduduk Palestina secara terang-terangan. Kecaman keras pun datang dari berbagai negeri muslim dan AWG (Aqsha Working Group) atas klaim dari Zionis Israel membombardir Gaza sebagai upaya pencegahan, adalah alasan mengada-ngada. “AWG mengutuk keras atas agresi Zionis ini. Serangan ini sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah rezim dzalim yang tersisa yang harus dimusnahkan dari muka bumi”, Dilansir dari Republika.co.id, Ahad (7/8/2022), AWG menyerukan untuk memperkuat bantuan dan dukungan pada rakyat Palestina dan menghindari hubungan dengan Zionis Israel.

Di sisi lain pemimpin negara serentak mengutuk, memberikan sanksi, memboikot negara Rusia saat negara tersebut menginvasi Ukraina, tapi seakan diam seribu bahasa dan membiarkan ketika melihat kezhaliman Zionis di Palestina yang kian merajalela. Inikah gimmick diplomatik, standar ganda yang diperlihatkan dengan ikut mengecam namun terus menjalin hubungan mesra dengan Zionis laknatullah’alaih? Dimana peran negeri muslim hadir ketika Gaza kembali dibombardir?

Tertanggal 6/8/2022, dalam berita media Republika.co.id, serangan Israel kini telah menewaskan 12 warga Palestina, termasuk anak dan wanita. Serangan itu juga menyebabkan 80 orang korban luka-luka. Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengutuk agresi brutal Israel di Jalur Gaza dan menyebutkan bahwa Israel membuat wilayah Palestina layaknya lapangan latihan dan warga sebagai target tembak.

Sejarah Palestina

Sekalipun wilayah Palestina merupakan wilayah kecil namun faktanya Palestina memainkan peranan penting dalam sejarah di wilayah Timur Tengah. Konflik politik dan perampasan tanah mewarnai sejarahnya.

Palestina merupakan negeri bersejarah bagi umat Islam. Termasuk dalam wilayah Syam, Palestina adalah bagian dari negeri yang diberkahi. Sebagai kiblat pertama umat Islam dan momen isra mi’raj Nabi Muhammad Saw. yang diabadikan dalam kisah perjalanan Nabi Saw. mensyiarkan Islam.

Bahkan diperjelas dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 1 yang artinya “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya dia Maha Mendengar Maha Melihat.”

Begitu pentingnya wilayah Palestina bagi umat Islam. Keberadaannya haruslah diperjuangkan. Namun kini umat Islam di dunia tak mampu berbuat lebih untuk menjaga dan memerdekakan tanah Palestina. Sebab tersekat oleh skup nasionalisme membuat umat Islam hilang idealisme. Bukankah setiap muslim itu bersaudara? Jika sakit dan perih dirasakan muslim di Palestina, begitupun seharusnya muslim di seluruh dunia merasakan hal yang sama.

Nasionalisme Melemahkan Ukhuwah

Cikal bakal tumbuhnya nasionalisme dicetuskan oleh Joseph Ernest Renan, Otto Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn berpendapat nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada bangsa dan negaranya. Dikutip dari Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Ekonomi, munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Magna Charta (1215) di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi.
2. Adanya Piagam Bill of Right (1689) di Inggris.
3. Revolusi Prancis menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang
tercermin dalam semboyan revolusi liberte, egalite, fraternite yang kemudian
berkembang ke seluruh wilayah Eropa.
4. Pengaruh pemikiran dari Renaissance.
5. Selanjutnya, Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy
mengatakan bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan kehormatan.

Bukti nasionalisme adalah hasil pemikiran orang barat, sedangkan Islam mengikat pemeluknya dengan ikatan akidah yaitu ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana dalam hadist: Dari Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti.
Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya.
Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.
Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.”

Berbeda konsep dengan nasionalisme yang memiliki keterikatan berdasarkan wilayah saja, ikatan berdasarkan akidah Islam/ukhuwah Islamiyah memilki cakupan yang luas tak sebatas wilayah, juga tak muncul semata hanya karena dipicu mempertahankan wilayah. Karena ikatan akidah Islam ini lebih tinggi melintasi wilayah, suku dan bangsa.

Saat ini umat islam “dipaksa” mencukupkan diri dan hanya mengandalkan doa karena tak mampu berbuat apa-apa. Padahal contoh Nabi Saw. tak mengandalkan doa saja untuk kemenangan Islam serta dakwahnya? Bukankah doa Nabi Saw. pasti dikabulkan?

Jika umat Islam mau belajar tentang sejarah siroh Nabawiyah, melihat bagaimana Nabi Saw. dan para sahabatnya dikala memperjuangkan Islam tak hanya dengan mengandalkan doa, namun mereka semua rela berkorban tak hanya harta namun juga segenap jiwa raga ditangguhkan untuk menyelamatkan manusia dari masa kegelapan, menyembah patung, membunuh anak perempuan, bermain judi, mengundi nasib, menyuburkan perbudakan dan kerusakan moral lainnya. Namun kenapa umat Islam hari ini tak mencontoh suri tauladan terbaiknya?

Tempaan Nabi Saw. pada para sahabat sangat jelas hasilnya. Hingga mereka semua dipersatukan sebab akidah. Kondisi umat Islam saat ini menjadi bukti nyata tanpa adanya persatuan umat Islam lemah dan mudah terjajah! Kenapa masih mau diadu domba dan disibukkan perihal masalah cabang seperti qunut nggak qunut, cadar, batal tidak batal berwudhu, dan seterusnya.

Urgensi Persatuan Umat

Runtuhnya Islam di masa kekhilafahan terakhir di tahun 1942 M membuat persatuan umat Islam terpecah. Tak ada lagi pemimpin yang satu, hukum yang satu, wilayah yang satu meriayah umat Islam hari ini sebagaimana yang pernah di contohkan oleh Nabi Saw. dalam menerapkan Islam di Yastrib.

Nabi Saw. menyatukan kaum Anshor dengan kaum Muhajirin dalam satu kepemimpinan dan aturan. Semua kaum menerima dan tak menolak bahkan rela berbagi harta. MasyaAllah. Apalagi urusan nyawa sesama muslim.

Pentingnya umat bersatu, tak lagi mempermasalahan masalah cabang tapi fokus pada permasalahan yang menyangkut akidah serta memiliki rasa tanggung jawab pada setiap saudaranya yang terzholimi dan tertindas oleh para zionis penjajah. Jika tak berkaca pada suri tauladan terbaik manusia yaitu Nabi Saw. pada siapa umat Islam hari ini ingin diselamatkan?

Wallahu’alam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here