wacana-edukasi.com– Kesabaran dan kemampuan daya beli masyarakat sedang diuji oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan. Gejolak harga sejumlah komoditas pangan masih terus terjadi, kenaikan harga yang cukup menekan terutama harga minyak goreng, daging sapi, dan cabai kian menekan kemampuan daya beli masyarakat.
Harga beberapa bahan pangan mengalami kenaikan menjelang hari raya idul fitri 2022 atau Lebaran. Sebelumnya Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Perdagangan Pasar Indonesia (SekJen Dpp IKAPPI) Reynaldi Sarijowan meminta pemerintah untuk tetap melakukan pemantauan distribusi komoditas pangan. Hal ini dilakukan agar rantai distribusi tidak terhambat lantaran banyak yang libur. Menurutnya, pemerintah harus mempersiapkan diri untuk mempersiapkan komoditas-komoditas yang akan di serbu masyarakat pasca idul fitri (bisnis.com, 1/5/2022).
Data Badan Ketahanan Pangan (BKP) menunjukan, banyak keluarga yang menghabiskan lebih dari 65% pengeluarannya untuk kebutuhan makanan pada 2021. Pangsa rumah tangga dengan pengeluaran pangan yang dominan berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan suatu kota atau kabupaten, Walaupun ada faktor lain dan beberapa daerah masih banyak masyarakat yang belum keluar dari kemiskinan akibat kemerosotan ekonomi selama pandemi, pada september 2021. Tingkat kemiskinan nasional tercatat sebesar 9,71%,menurut data Badan Pusat Statistik(BPS). Dengan kata lain jumlah penduduk miskin bertambah 1,72 juta orang di bandingkan periode yang sama pada 2019.
Pandemi Covid-19 dituduh menjadi penyebab segalanya, virus ini menjadi tertuduh utama berubahnya berbagai aspek kehidupan. Kehidupan sosial, ekonomi dan politik berubah drastis karena kehadirannya. Sebenarnya bukan karena adanya pandemi Covid-19, tapi memang sudah menjadi tradisi tahunan di negeri ini menjelang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri kenaikan bahan-bahan pokok selalu terjadi.
Diawali dengan kelangkaan minyak goreng, lalu menjelang idul fitri biasanya terjadi kelangkaan Gas LPG terutama yang berukuran 3kg.
Dalam menyikapi kenaikan harga bahan-pokok ini terdapat tiga pihak yang seharusnya berperan, yakni pemerintah , para pedagang dan para pembeli. Pihak pemerintah harus benar-benar aktif dalam menentukan kebijakan harga-harga kebutuhan pokok dan segera menuntaskan gejolak harga pangan yang berlarut-larut. Pemerintah pun harus berani menindak oknum-oknum yang mempermainkan harga barang kebutuhan masyarakat.
Sementara para pedagang harus jujur dalam melakukan transaksi perdagangannya, tidak hanya mencari keuntungan semata namun, perdagangan yang dilakukan harus benar-benar di niatkan untuk melaksanakan sebagian dari perintah Allah SWT. Sebab dalam ajaran Islam perdagangan yang dilakukan dengan jujur merupakan bagian dari ibadah dan berpahala besar. Sebaliknya pedagang yang tidak jujur, meskipun memperoleh keuntungan yang besar kelak akan mendapat malapetaka. Diantara ketidakjujuran dalam berdagang adalah melakukan penimbunan barang dengan tujuan agar harga barang menjadi naik dan mendapat keuntungan yang berlipat ganda.
Selain pihak pemerintah dan para pedagang, para pembeli pun harus sabar ketika menghadapi kenaikan harga bahan-bahan pokok. Salah satu bentuk kesabaran dalam menghadapi kenaikan harga adalah mampu mengekang keinginan, tidak boros dan tidak putus asa. Sangatlah arif jika kita berupaya mengambil hikmah dari kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok yang terjadi akhir-akhir ini.
Kita harus berupaya memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan yang telah kita lakukan, semua pihak harus terus memperbaiki diri dalam segala bidang baik dalam bidang sosial, politik maupun ekonomi. Segala pekerjaan yang bertujuan untuk mencari rizki selayaknya dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul nya. Kemampuan islam menyelesaikan kemiskinan dan stabilnya sistem yang membuat warganegaranya justru “sulit” miskin, para pejabatnya adalah orang- orang yang amanah dan berdedikasi tinggi kepada khilafah dalam menyejahterakan rakyatnya.
Yani,
Bogor
Views: 11
Comment here