Oleh: Ummu Zahra Fikr
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Gen Z ialah generasi yang tumbuh dalam era kecanggihan teknologi digital atau biasa dikenal sebagai generasi internet, yang lahir di rentang tahun 1997 sampai 2012. Generasi ini mahir memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam aktivitas kesehariannya, menyukai tantangan, mandiri dan adaptif. Namun, bagaimana jika potensi yang dimiliki Gen Z justru berubah menjadi bumerang dalam kehidupan?
Saat ini kita disuguhi banyaknya fenomena problematika yang dihadapi generasi Z antara lain:
Pertama, kondisi rapuhnya mental generasi. Hebohnya kasus bunuh diri pelajar SMA di mall Bekasi. Pelajar tersebut berinisial AM (18). Ia meninggalkan pesan dalam secarik kertas. Dalam tulisan ia memberikan isyarat tentang kegagalan hidup dan kesedihan yang dialaminya (www.kompas.com, 26/10/24).
Kedua, generasi muda rentan mengalami masalah kesehatan mental, sebagai dampak negatif penggunaan teknologi. Salah satunya terpicu fenomena fear of missing out (FOMO), yakni suatu kondisi merasa cemas jika tertinggal informasi yang dipamerkan di media sosial serta tidak puas dengan pencapaian dirinya. Di samping itu dampak penggunaan teknologi seperti berakibat kecanduan. Akibatnya kualitas tidur menjadi terganggu, sehingga memperburuk kesehatan mental mereka. Lebih parahnya jika sudah mengalami gangguan mental mereka merasa malu untuk mencari penanganan tenaga profesional, karena khawatir dianggap lemah dan tidak normal (www.kumparan.com, 21/10/24).
Ketiga, tingginya angka pengangguran Gen Z, yakni sebanyak 9,9 juta orang. Penyebab nya beberapa faktor seperti kesenjangan ketrampilan, biaya pendidikan tinggi, perubahan ekonomi dan teknologi yang cepat. Kondisi ini lagi-lagi berdampak pada kesehatan mental generasi serta berpotensi hilangnya generasi yang produktif. Kondisi ini jika tidak segera ditangani akan berdampak pada ekonomi negara di masa depan (radarjogja.jawapos.com, 23/10/24).
Miris bukan? Saat ini kita dihadapkan fenomena yang memprihatinkan tentang Generasi Z. Padahal mereka adalah generasi yang memiliki jiwa yang penuh semangat, agen perubahan dan penerus bangsa. Namun, permasalahan yang mendera generasi saat ini membuat kita mengelus dada.
Ulah Kapitalisme
Perkembangan teknologi digital yang pesat memberikan kemudahan, efisiensi, serta konektivitas. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda. Di mana kesehariannya sangat bergantung dengan teknologi digital.
Namun, sistem kapitalisme yang diterapkan di negara saat ini menjadikan teknologi sebagai bumerang bagi generasi.
Sistem kapitalisme adalah akar masalah yang dihadapi generasi.
Generasi kehilangan identitas diri, kehilangan arah dan tidak menemukan apa tujuan hidup sejati.
Sistem kapitalisme menjadikan materi sebagai tolak ukur pencapaian dan kesuksesan. Kebahagiaannya ialah ketika mereka bisa mendapatkan cuan atau keuntungan duniawi sebanyak-banyaknya. Wajar Oleh cara apapun akan ditempuh untuk meraih yang diinginkan. Tanpa mempedulikan halal dan haram.
Sistem ini telah membentuk generasi muda yang doom spending yakni gaya hidup yang hedon dan konsumtif, gemar belanja berlebihan sebagai bentuk apresiasi diri atau self care tanpa perencanaan matang, sehingga berdampak pada masalah keuangan. Apalagi kemudahan teknologi menjadikan mereka terjebak pinjaman online (pinjol) demi memenuhi gaya hidup.
Trend FOMO yang melanda generasi juga menjadikan mereka hidup penuh dengan tekanan, memiliki cara pandangan hidup yang ideal ala kapitalis. Penggunaan media memikat mereka untuk mengikuti segala yang menjadi tren. Tak heran pameran kehidupan yang tampak glamor, mewah dan sempurna di medsos mendesaknya berlomba-lomba menunjukan hal serupa. Semata-mata dilakukan demi mendapat validasi sosial dan wujud eksistensi bahwa mereka bisa.
Mirisnya, jika tidak sesuai ekspektasi mereka cenderung mudah frustrasi hingga bunuh diri. Jelas sistem kapitalisme ini membentuk generasi yang bermental rapuh.
Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z atau dikenal dengan istilah NETT (not in employment, education and training) kondisi di mana mereka tidak bekerja, tidak mendapatkan pendidikan dan tidak mendapat pelatihan. Potret menyedihkan. Ditambah negara yang seharusnya bertanggung jawab dalam memberikan lapangan pekerjaan justru diserahkan oleh korporasi.
Selain itu karena penerapan liberalisasi ekonomi menjadikan sumber daya alam hanya dikuasai oleh segelintir pemodal. Kondisi ini menyebabkan tidak meratanya penyerapan tenaga kerja karena diserahkan pada mekanisme pasar. Inilah sebuah keniscayaan, karena sistem yang berfokus mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Terbukti negara gagal dalam menyejahterahkan masa depan generasi muda.
Sistem Islam Optimalkan Potensi Generasi Menuju Perubahan
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang memberikan dampak kerusakan bagi generasi. Kita butuh sistem yang mampu membangun dan menghantarkan pada perubahan. Sistem itu tidak lain adalah sistem Islam. Dalam Islam generasi muda dipandang sebagai generasi yang memiliki potensi besar dan kekuatan yang mampu membawa perubaha pada bangkitnya sebuah peradaban dan kemajuan umat. Generasi muda muslim memiliki keimanan, jiwa yang energik, semangat tinggi, serta kesempatan waktu yang lebih banyak untuk berkarya. Apabila potensi yang dimiliki tersebut dioptimalkan dengan pembinaan Islam maka akan terbentuk generasi tangguh dan handal, dengan kepribadian Islam, saleh, serta taat syariat Islam.
Dalam Islam generasi akan dibekali dengan pemahaman akidah sehingga mereka memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Generasi juga akan dibina sehingga mereka tahu apa tujuan hidupnya. Dalam Islam tujuan hidup seorang muslim bukan hanya mengejar kesenangan dunia yang semu namun tujuan hidup sejatinya ialah beribadah kepada Allah. Demi menggapai keridaan dan cinta-Nya. Pemahaman Islam inilah yang menjadikan generasi memiliki mental yang kuat sehingga tidak mudah putus asa, galau, bahkan bunuh diri bila diterpa masalah. Generasi muda pun akan paham tentang syariat sehingga ia akan mempertimbangkan halal dan haram dalam setiap aktivitasnya.
Negara dalam sistem Islam memiliki peran penting mewujudkan generasi muda sebagai agen perubahan peradaban agung. Hal ini hanya bisa terwujud jika ada dalam sistem pemerintahan Islam yakni sistem khil4f4h. Dalam sistem khil4f4h negara memiliki kekuatan untuk bisa merealisasikan penerapan Islam di semua aspek kehidupan.
Penerapan Islam hanya dalam urusan ibadah mahdah saja yang mengatur hubungan manusia kepada Allah seperti salat, puasa, haji. Akan tetapi untuk urusan sosial, ekonomi, politik, pendidikan tidak menggunakan syariat Islam.
Dalam Islam negara hadir sebagai pengurus urusan rakyat termasuk generasi muda. Negara memiliki kebijakan untuk mencegah dan mengatasi pengangguran. Upaya yang bisa dilakukan negara di antaranya adalah memberikan pendidikan yang terjangkau bahkan gratis untuk semua rakyatnya, menjamin semua kebutuhan pokok terpenuhi, negara pun memberikan layanan kesehatan yang menjangkau semua kalangan. Selain itu sumber daya alam (SDA) akan dikelola oleh negara sendiri karena SDA ini memiliki peranan penting untuk kehidupan umat sehingga tidak diserahkan pada korporasi-korporasi. Kemanfaatan SDA akan dikembalikan lagi kepada rakyat sehingga rakyat bisa sejahtera.
Di samping itu keberadaan teknologi informasi berada di bawah kendali dan kontrol negara khil4f4h. Fungsi teknologi informasi akan dimaksimalkan sebagai jembatan penyebaran dakwah yang efektif dan kreatif. Segala informasi yang disiarkan melalui media akan difilter oleh negara. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti internet sebagai alat komunikasi, maka negara akan mengondisikan dengan rapi dan aman untuk akidah dan mental umat. Negara akan menyajikan tayangan yang informatif, inspiratif dan edukatif.
Dimana muatan-muatannya memperkuat pemahaman Islam masyarakat sehingga tidak memberikan peluang tumbuhnya pemikiran-pemikiran rusak. Selain itu masyarakat akan jauh dari tayangan-tayangan yang melenakan. Mereka akan tergugah untuk beramal makruf nahi mungkar.
Demikianlah Islam mampu memberikan pelayanan kepada umat termasuk generasi muda. Islam menghantarkan mereka pada perubahan dan kebangkitan. Kehidupan pun penuh kemuliaan dan kesejahteraan di bawah naungan sistem Islam
Views: 10
Comment here