Oleh: Neti Ernawati (Aktivis Dakwah)
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Banyak pihak menyambut gencatan senjata Israel dan Palestina dengan sukacita, begitu pun dengan warga Palestina yang turun ke jalan-jalan di Gaza. Namun kegembiraan itu ternyata hanya sepintas lalu saja. Untuk merayakan gencatan senjata, momen kegembiraan itu perlahan memudar bagi kebanyakan orang saat mereka kembali ke rumahnya dan disambut oleh kehancuran, lingkungan luluh lantak menjadi puing-puing. Diperkirakan 4.000 warga Palestina tewas di wilayah al-Faluja di Jabalia. Kamp yang dulunya merupakan rumah bagi lebih dari 250.000 warga Palestina itu, menjadi lokasi operasi militer Israel terbesar dan paling kejam selama perang (bbc.com, 20/01/25)
Gencatan senjata tersebut sempat diberitakan terancam batal. Terungkap bahwa Dua anggota kabinet Israel telah menyuarakan penentangan terhadap gencatan senjata. Dimana Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir mengancam keluar dari pemerintahan jika menyetujui adanya gencatan senjata (CNBC, 17/01/25). Sumber medis juga melaporkan bahwa jumlah serangan dan angka korban terus meningkat, meskipun sebelumnya pada Rabu 15 Januari 2025 malam, Hamas dan Israel mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan gencatan senjata (viva.co.id, 16/01/25).
Hal ini memunculkan anggapan bahwa gencatan senjata sejatinya tidak akan mengubah apapun. Serangan dengan membunuh rakyat Palestina yang dilakukan oleh Zionis pasca beberapa jam gencatan senjata menunjukkan wajah asli zionis sebagai penghianat perjanjian. Sebagaimana yang telah terjadi pada sejarah masa silam. Invasi dan pembantaian yang terus-menerus terjadi di palestina sudah seharusnya mampu membuka mata seluruh kaum muslimin. Bahwa memperjuangkan kemerdekaan palestina adalah urgensi yang harus ditunaikan.
Umat harus sadar, perang yang terjadi di palestina adalah perang ideologi dan akidah antara kaum muslimin dan kaum kafir. Bukan sekedar konflik sejarah, geografi maupun teritorial. Hal ini tampak jelas dari korban yang hampir sebagian besar merupakan umat Islam, sedang pelaku pembantainya adalah entitas Yahudi. Klaim Yahudi sebagai pemilik tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan adalah kebohongan. Tidak ada penyebutan tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan dalam satu ayat pun pada kitab suci terdahulu maupun dalam Al Quran. Palestina adalah permata bagi Umat Islam. Sebagai tempat kiblat pertama umat Islam, sekaligus sebagai rumah suci Allah yang diberkahi.
Fakta bahwa gencatan senjata ini terjadi karena tekanan yang dilakukan oleh Trump terhadap Netanyahu pun ternyata adalah sesuatu yang keliru. Pada kenyataanya, Zionis lah yang sudah kewalahan dan tak mampu mematahkan kekuatan rakyat Gaza. Nyali para zionis menciut menghadapi keteguhan rakyat Gaza. Rakyat Gaza tetap kuat bertahan meski menderita kelaparan, dan menjadi korban pembunuhan hingga banyak pejuang dan pemimpin yang sahid. Hingga saat ini, rakyat Gaza masih berhasil mempertahankan tanahnya.
Momentum ini adalah kesempatan Umat Islam untuk melawan balik. Sudah tiba waktunya bagi para komandan pasukan dan setiap tentara umat Islam untuk bergerak dan membantu saudara muslim yang terkepung di Gaza. Sebelum pasukan zionis menghimpun kekuatannya kembali. Sudah tiba waktunya bagi umat islam, untuk memulihkan kehendak, kedaulatan serta kekuatan politiknya melalui persatuan umat, untuk menyelamatkan Palestina. Karena solusi hakiki untuk permasalahan palestina adalah bersama-sama melakukan jihad fii sabilillah sesuai dengan apa yang ada pada kitabullah, sirah Rasulullah Saw, serta sejarah para Khalifah dan pemimpin besar terdahulu.
Tidak ada perjanjian dengan para penghianat, apalagi hingga membuat kesepakatan dua negara. Sebagaimana yang dilakukan Shalahuddin terhadap tentara salib. Shalahuddin tidak melakukan perjanjian dengan Paus untuk membagi wilayah Palestina, tapi membinasakan tentara salib di perang Hittin, dan mencabut kerajaan tentara salib di semua negara muslim.
Saat ini, penguasa-penguasa negeri muslim telah menjadi boneka Amerika. Mereka berusaha menghindari kewajibannya untuk berjihad membebaskan palestina dengan berbagai metode, sarana, pernyataan serta manuver politik. Penghianatan penguasa arab pada muslim palestina sangat besar. Mereka memiliki kekuatan untuk menolong kaum muslimin palestina, tapi tidak mereka lakukan. Mereka tidak melindungi tanah suci palestina yang merupakan milik umat Islam. Mereka hanya menyuguhkan topeng kepedulian yang seolah memperjuangkan nasib Palestina melalui mimbar-mimbar dan perundingan. Padahal sejatinya mereka menyembunyikan dukungan atas apa yang dilakukan Amerika dan zionis yahudi.
Syariat Islam mewajibkan sesama muslim untuk membantu saudaranya. Aturan Islam menyebutkan, jika kaum muslim pada suatu negeri tidak mampu mengusir penjajah, maka kewajiban jihad meluas ke wilayah di sekitarnya. Untuk itu umat harus bersatu untuk memperjuangkan kebebasan Palestina bersama-sama. Umat harus menyakini kemenangan adalah milik umat Islam dan pujian hanya milik Allah Swt. Kemenangan akan datang atas pertolongan Allah. Jalan perjuangan wajib dilakukan sesuai tuntunan Allah, dan tidak menyerahkan urusan pada musuh-musuh Allah. Persatuan Umat dalam satu komando adalah solusi hakiki dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Yaitu satu komando dalam naungan khilafah.
Views: 4
Comment here