Opini

Gencatan Senjata: Waspada Strategi Penjajah Menguasai Gaza

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Yulweri Vovi Safitria (Freelance Writer)

Wacana-edukasi.com, OPINI-– Setelah aksi gencatan senjata diumumkan, Militer Israel kembali melancarkan operasi penyerbuan di area Jenin di Tepi Barat. Sedikitnya 10 orang tewas akibat operasi militer pada Selasa (21-1-2025) waktu setempat (news.detik.com, 22-1-2025).

Karakter Pengkhianat

Gencatan senjata untuk menghentikan peperangan mungkin kabar yang menggembirakan. Bagaimana tidak, setelah dibombardir bertahun-tahun, blokade, hidup dalam ketakutan, tentunya kehidupan yang tenang dan aman adalah sebuah harapan.

Namun, umat Islam patut waspada. Sejarah mencatat, Yahudi adalah manusia berkarakter pengkhianat. Mereka bisa menyerang warga Gaza kapan saja, meski harus melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Umat tidak boleh lupa, pada (3-8-2014) lalu, entitas Yahudi melakukan serangan dan menghancurkan sekolah PBB di Rafah, Gaza sehingga mengakibatkan puluhan kaum muslim menjadi syuhada. Begitu pula pada 2018—2019 dan 2021, Yahudi juga melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata.

Sama halnya dengan yang terjadi dengan Lebanon. Israel juga tidak menghiraukan kesepakatan gencatan senjata. Militer Zionis menembak puluhan warga sipil sehingga mengakibatkan 22 orang tewas dan 124 lainnya terluka oleh tembakan tentara Israel saat mereka mencoba kembali ke wilayahnya di Lebanon Selatan pada Ahad (26-1-2025). (suara.com, 27-1-2025).

Bahkan, pada 2024 lalu, Prancis tidak segan menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan milisi Hizbullah di Lebanon sebanyak 52 kali sejak 27 November. Namun, Israel beralasan, hal itu sebagai respons terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Hizbullah (liputan6.com, 2-12-2024).

Melihat fakta tersebut, tentunya gencatan senjata bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik di Gaza, Palestina. Zionis Yahudi selalu punya seribu alasan untuk terus melakukan penyerangan terhadap warga Gaza. Dalih memberantas teroris mereka sematkan agar terus menggempur masyarakat, termasuk warga sipil, anak-anak, perempuan, dan lansia.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya umat waspada dan tidak lengah. Mungkinkah gencatan senjata hanyalah alasan untuk menyusun strategi baru penjajah guna menghabisi rakyat Gaza? Apalagi sempat beredar kabar terkait akan dipindahkannya dua juta warga Gaza ke Indonesia.

Tabiat Yahudi

Pengkhianatan Yahudi bukan hanya terjadi di masa kini. Para pendahulunya telah melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan hari ini oleh anak cucu mereka.

Pada masa Daulah Islam berdiri, orang-orang Yahudi telah melumuri Piagam Madinah dengan pengkhianatan. Tiga kabilah, yakni Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizah telah mengkhianati perjanjian yang telah disepakati dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hingga akhirnya mereka terusir dari Madinah.

Kebencian kaum Yahudi terus berlanjut hingga pasca Perang Badar. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Allah Taala telah mengulurkan pertolongan kepada orang-orang mukmin, kebencian Yahudi makin menjadi. Secara terang-terangan, mereka memperlihatkan permusuhan dan keinginan untuk melanggar perjanjian.

Salah satu tokoh Yahudi dari Bani Qainuqa’, Ka’b bin Al-Asyraf memprovokasi orang-orang Quraisy agar bersegera melakukan serangan balasan dan membunuh umat Islam di Madinah. Tidak cukup sampai di situ, Ka’b bin Al-Asyraf melantunkan syair yang melecehkan para muslimah.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun mengumpulkan mereka, memberi nasihat dan mengajak kepada petunjuk (baca: Islam). Namun, nasihat beliau dianggap angin lalu. Sebaliknya, kaum Yahudi mempersempit kehidupan kaum muslim. Mereka juga makin lancang dan berani.

Bahkan, seorang pengrajin perhiasan di pasar berusaha menyingkap pakaian seorang muslimah. Seorang pemuda muslim yang melihat hal itu lantas membunuh Yahudi tersebut. Namun, Yahudi tidak terima dan balik membunuhnya.

Sementara itu, Bani Nadhir juga berusaha membunuh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Mereka menyusun persekongkolan jahat ketika Rasulullah dan para sahabat meminta diyat -karena adanya ikatan perjanjian untuk saling menolong antara Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mereka. Bukan sekadar menolak, Bani Nadhir juga memprovokasi kafir Quraisy agar memerangi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Lagi-lagi kaum Yahudi melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian damai yang telah disepakati bersama kaum muslim. Seorang tokoh Yahudi dari Bani Quraizah, Huyay bin Akhthab an-Nadhariy menjadi provokator saat kaum muslim kelelahan pasca Perang Khandaq. Melalui malaikat Jibril, Allah Taala memerintahkan Rasulullah untuk mengepung Bani Quraizah hingga meletuslah Perang Bani Quraizah pada akhir Zulkaidah dan awal Zulhijjah pada tahun ke-5 hijriyah.

Pengkhianatan demi pengkhianatan yang dilakukan Yahudi telah menimbulkan luka yang menyakitkan di hati kaum muslim. Oleh karena itu, pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallammenjadi kepala negara, kaum Yahudi diusir dari Madinah. Bahkan, pada masa Khalifah Umar bin Khatab menjadi berkuasa, kaum Yahudi terusir di sepanjang Jazirah Arab.

Berpikir Kritis

Melihat lembar sejarah pengkhianatan Yahudi, maka sepatutnya sebagai seorang muslim menyadari bahwa perjanjian dengan Yahudi merupakan sesuatu yang sia-sia. Tabiat pengkhianat sebagai ciri khas mereka telah mendarah daging dan tidak akan pernah hilang. Rasulullah saja yang merupakan kepala negara, mereka khianati. Bagaimana dengan umat Islam hari ini yang berjuang sendiri tanpa komando dari kepala negara sebagai pemimpin tertinggi kaum muslim.

Umat harus berpikir kritis dan politis. Tidak ada perjanjian damai dengan Yahudi yang telah merampas harta kaum muslim, melainkan pengusiran terhadap entitas Zionis dari tanah Palestina, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para khalifah setelahnya.

Tidak ada pula pembagian wilayah sebagaimana yang diserukan negara-negara adidaya. Tidak pantas pula menjadikan orang-orang munafik menjadi teman setia karena tabiat mereka tidak jauh berbeda dengan kaum Yahudi.

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS Al-Maidah: 78-79).

Penjajah tetaplah penjajah. Sampai kapan pun tidak akan bisa menjadi saudara, kecuali mereka bersedia tunduk kepada negara yang menerapkan aturan Islam secara kafah.

Seruan jihad sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah adalah satu-satunya solusi untuk mengusir entitas Yahudi dari bumi Palestina. Hal itu hanya bisa terjadi jika Islam diterapkan secara kafah oleh negara. Kepala negaranya, yakni khalifah akan menyerukan jihad fisabilillah.

Oleh karena itu, penting untuk mengubah paradigma berpikir umat, memberikan pemahaman bahwa hanya Islam yang mampu mewujudkan kemerdekaan, menciptakan rasa aman, dan tercapainya kesejahteraan. Hanya di bawah naungan negara yang menerapkan aturan Islam, yakni Daulah Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian semua hal itu bisa diwujudkan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here