Surat Pembaca

Generasi Ambyar Melalui Merdeka Belajar

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.” (Imam Syafi’i).

Kutipan dari perkataan Imam Syafi’i di atas mengindikasikan bahwa belajar adalah perkara yang sangat penting, mengingat pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap warga negara, maka tidak peduli perihal agama, warna kulit, suku bangsa dan bahasa, setiap orang memiliki hak yang sama untuk menerima pendidikan tanpa adanya diskriminasi.

Berbicara tentang dunia pendidikan, beberapa saat yang lalu SMA Negeri 8 Medan menggelar Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) yang bertema ‘Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar’ yang berjalan dengan penuh haru dan bahagia. Dra. Rosmaida Asianna Purba, M.Si selaku Kepala SMA Negeri 8 dalam arahannya menyampaikan sesuai pidato Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yaitu Nadiem Anwar Makarim pada Peringatan HGN ke78 ini yang diperingati pada 25 November 2023 lalu. Beliau menyebut agar mewujudkan merdeka belajar.

Dijelaskannya, pada tahun pertama merdeka belajar telah menghapus Ujian Nasional (UN) dan memberi kepercayaan kepada guru-guru untuk menilai hasil belajar siswanya, khususnya di SMA Negeri 8 Medan. Lalu, ditahun berikutnya telah meluncurkan kurikulum merdeka. Jika asesmen nasional mengukur tujuan perubahan, maka kurikulum merdeka ini memberikan petunjuk sebuah jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Diterangkannya, ruang untuk belajar dan berbagi di antara sesama guru juga kini makin luas dengan adanya platform merdeka mengajar.

Seluruh guru di Indonesia sekarang dapat saling terhubung, saling belajar, dan menginspirasi satu sama lain dalam menerapkan kurikulum merdeka. Selanjutnya, strategi besar kita hadirkan dengan menciptakan pendidikan guru penggerak. Adapun program ini berbeda dari pelatihan guru yang pernah ada sebelumnya, sebab ini bertujuan untuk mendorong lahirnya generasi baru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang memiliki kemampuan memimpin perubahan nyata. Beliau pun menyampaikan bahwa sudah makin dekat untuk mencapai target satu juta ASN PPPK guru memenuhi kebutuhan guru, dan juga meningkatkan kesejahteraan para pendidik (medanbisnisdaily.com, 27/11/2023).

Optimisnya SMA N 8 Medan dalam mewujudkan merdeka belajar. Padahal, jika diperhatikan karakter dari merdeka belajar yang dibawa oleh kurikulum merdeka telah membenarkan bahwa selama ini sistem pendidikan di Indonesia terlalu banyak beban. Sebab, merdeka belajar telah menegaskan secara langsung bahwa tujuan pendidikan hari ini hanyalah berorientasi pada jenjang karier semata, seperti mempersiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan korporasi/industri. Seolah-olah pendidikan adalah wadah untuk mencetak tenaga kerja.

Dari sini menjadi wajar jika banyak dari generasi yang ingin mengenyam pendidikan hanya sekadar untuk dapat mencari pekerjaan yang layak setelah lulus sekolah tanpa pernah bercita-cita menjadi seorang intelektual yang dapat menciptakan berbagai perubahan di tengah-tengah umat. Hal ini dirasa lumrah jika jiwa-jiwa kritis, intelektual, dan calon cendekiawan akan sangat sulit lahir disistem kurikulum merdeka belajar, karena orientasi pendidikan yang sebenarnya sudah bergeser menjadi materi semata. Inilah pragmatisme solusi dalam sistem kapitalisme, yang mana tolak ukur kebahagiaan dan kesuksesan seseorang hanya dapat diukur lewat materi belaka. Makin banyak materi atau pundi-pundi rupiah yang didapat maka akan makin bahagia dan sukseslah kehidupan seseorang.

Padahal, sistem pendidikan di dalam Islam terintegrasi dengan aspek kehidupan lain yang diatur oleh negara dengan petunjuk hukum syarak. Di dalam sistem Islam, pendidikan tidak hanya sekadar sebagai jembatan untuk mengantarkan seseorang pada kesuksesan duniawi saja, tetapi pendidikan di dalam sistem Islam adalah salah satu cara untuk mencetak generasi yang taat pada aturan Tuhannya yang nantinya dapat memberikan manfaat bagi umat lewat ilmu-ilmu yang didapat dari pendidikan formal atau sekolah.

Selain itu, pendidikan di dalam sistem Islam juga sebagai salah satu wadah untuk membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami pada diri peserta didik, yang dari sini terbentuklah kepribadian Islam yang kokoh yang orientasi hidupnya bukan untuk mencari materi hingga menghalalkan segala cara. Untuk itu, tidakkah kita merindukan sistem pemerintahan Islam kafah yang sudah terbukti mencetak generasi terbaik bukan generasi ambyar seperti hari ini? Maka, tidak ada jalan lain selain bergegas mengambil peran untuk memperjuangkannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50).

Sari Ramadani, S.Pd.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here