Opini

Generasi Bermental Baja, hanya Ada dalam Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Rahmatul Aini (Penulis & Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Indonesia adalah negara yang memiliki bonus demografi, yaitu dimana masyarakat yang produktif lebih dominan ketimbang non produktif namun sangat disayangkan data menunjukkan ternyata generasi (remaja) mengalami masalah kesehatan mental.

BKKBN Menyatakan remaja yang mengalami kesehatan mental sangat tinggi, bahkan mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen. Sungguh angka yang fantastis, data tersebut merupakan hasil dari survei Indonesia-National Adlescent Mental Health Survey pada tahun 2024 (tempo.co, 15/2/2025)

Tidak bisa dipungkiri gangguan kesehatan mental generasi hari ini memang makin marak terjadi, generasi yang mudah tersinggung, insecurity tinggi, ditambah dengan meningkatnya angka generasi yang tidak berani menikah dan tidak mau punya anak. Mereka tidak siap dengan konflik pernikahan dan takut ekonomi seret jika punya anak inilah sekelumit masalah yang menjadi penyebab kerusakan mental generasi.

Adapun upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani persoalan ini yakni dengan mengadakan program Generasi Berencana (GenRe) program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas remaja di Indonesia dengan adanya edukasi tentang perencanaan kehidupan, serta pembentukan karakter. Program ini diharapkan mampu menjadi solusi.

Wakil Menteri BKKBN Isyana Bagoes Oka, menyampaikan bahwa PPA telah memfasilitasi komunitas remaja melalui program GenRe yang sudah berjalan dengan baik selama sepuluh tahun (DISWAY.ID 26/2/225) tapi hasilnya tidak ada sama sekali justru kasus kian marak terjadi.
Seharusnya indikasi program yang berjalan dengan baik itu berbanding lurus dengan hasil capaian.

Kita pun mempertanyakan keseriusan negara menangani masalah generasi, pasalnya program GenRe yang sudah berlangsung bertahun-tahun tidak mampu memberikan solusi atas masalah generasi. Jika memang sudah mengupayakan penanganan dan melihat tidak ada hasil sama sekali seharusnya pemerintah mencari solusi atau regulasi yang lain agar persoalan ini makin berkurang bahkan tidak ada persoalan lagi yang bermunculan. Anak-anak tidak punya masalah gangguan mental dan sehat secara fisik dan psikis.

Tentunya persoalan yang dihadapi oleh generasi hari ini menjadi tugas kita bersama, karena bagaimana pun meraka adalah bagian dari ummat. Apalagi para generasi adalah tonggak sebuah peradaban, jika generasi rusak maka peradaban itu juga rusak.

Keprihatinan kita justru harus mengarah kepada solusi jangka panjang karena kalau hanya sekedar menyelesaikan masalah jangka pendek yang terjadi justru akan mengakibatkan permasalahan semakin parah, ibarat menambal masalah satu akan timbul masalah yang baru lagi.

Ternyata pangkal permasalahannya ada pada penanganan yang tidak tepat, dengan hanya mengaktifkan komunitas serta pembentukan karakter saja tidaklah cukup. Sebab masalah yang dihadapi generasi hari ini begitu sistemik. Kerusakan yang menyerang generasi dari semua lini, sistem kehidupan yang rusak, lingkungan hidup yang toxic, kurikulum pendidikan yang liberal, keluarga yang rapuh.

Kita pun bisa melihat persoalan ekonomi misalnya, sedangkan lapangan pekerjaan sulit sementara mereka harus menjadi tulang punggung keluarga dan ini berimbas pada tekanan mental. Kurikulum pendidikan ala kapitalisme sekuler menghasilkan generasi yang minim etika dan moral, akidah rusak karena institusi pendidikan tidak berperan sebagai wadah mengokohkan keimanan generasi.

Apalagi kalau berbicara kasus generasi secara umum sex bebas, pornografi, judi, judol, narkoba, tawuran, miras yang menyebabkan generasi makin akut buntut dari buah penerapan sistem kapitalisme demokrasi. Negara tidak hadir sebagai (periayah), justru mereka menjadi biang kerusakan generasi, lapangan pekerjaan yang tidak memadai dan juga output pendidikan sekuler adalah beberapa contoh dampak yang ditimbulkan dari kebijakan negara.

Maka oleh karena itu jika persoalan generasi tidak mampu dituntaskan dengan berbagi macam kebijakan dan memang tidak akan pernah mampu! Maka perlu adanya regulasi yang berimpect pada penyelesaian masalah dari akarnya. Dan butuh sebuah sistem yang mampu menangani setiap permasalahan yang dihadapi oleh ummat secara keseluruhan tidak hanya generasi. Dan sistem itu kita kenal dengan istilah Negara Khilafah yang dipimpin oleh Khalifah dengan aturan yang berlaku dan bersumber dari Allah SWT yang menciptakan bumi beserta isinya.

Maka tidak mengherankan jika permasalahan yang menjamur hari ini sebab mengabaikan hukum-hukum Allah dalam bernegara.

Dulu ketika Islam berjaya kita kenal dengan sosok pahlawan yang hebat dan mereka adalah para pemuda.
Muhammad Al-Fatih, Salahudin Al-Ayubi, Ali bin Abi Thalib Zaid bin Tsabit adalah beberapa pemuda yang berkontribusi besar untuk kemenangan dan kemuliaan Islam. Mereka bermental baja walaupun dengan tantangan dahsyat, ujian yang mereka hadapi jauh lebih besar ketimbang generasi hari ini tapi mereka tetap tegak diatas keimanan yang kokoh.

Visi misi mereka jauh kedepan (akhirat) mereka tidak galau memikirkan masalah asmara, tentang pekerjaan, kebutuhan hidup sebab negara memfasilitasi semuanya. Kegigihan, keimanan dan ketakwaan mereka itu diraih dengan didikan sistem Islam.

Bukankah kita menginginkan para pemuda hari ini seperti halnya mereka dimasa lampau?

Maka sudah saatnya polemik yang menimpa generasi dan ummat diatasi dengan sistem Islam yang terbukti shahih, 14 abad Islam memimpin dunia 2/3 dunia dikuasai bahkan kegemilangannya diakui oleh orang-orang Barat. Negara Islam pun menjamin pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, kebutuhan) dan lain-lain sehingga generasi tidak ada celah untuk sekedar memikirkan urusan perut sampai berimbas pada gangguan kesehatan mental. Justru Output generasi yang lahir kuat secara fisik dan psikis cerdas dari segi ilmu Islam, sains dan menguasai IPTEK.

Dan kita pun masih punya kesempatan untuk mengembalikan kegemilangan itu dengan aturan yang berasal dari Allah SWT dan tentunya akan kita dapati the next Muhammad Al-Fatih masa kini.

Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang memberikan kita kabar kegembiraan akan kembalinya khilafah sesuai metode kenabian

تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

“Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here