Opini

Generasi Semakin Rusak Akibat Pornografi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Aisha El-Mahira

Wacana-edukasi.com, OPINI– Seiring berjalannya waktu kenakalan remaja semakin menjadi-jadi. Bahkan tak sedikit kasus kenakalan remaja yang menjurus kepada kriminalitas. Seperti halnya, pencurian, pembunuhan bahkan pemerkosaan, sekarang ini tidak lagi menjadi hal yang tabu bagi remaja. Kasus kriminalitas yang dilakukan oleh para remaja ini tak hanya menimpa dijenjang sekolah menengah saja, bahkan anak sekelas SD pun sudah berani menjadi pelaku kriminal. Anak yang seharusnya belajar dengan tenang, sekarang justru tergerus oleh arus negatif zaman.

Salah satu contoh kenakalan remaja yang berujung kepada kriminalitas pernah terjadi di wilayah Palembang, Sumatera Selatan. Yakni kasus pembunuhan serta pemerkosaan seorang siswi SMP yang dilakukan oleh 3 orang siswa berusia tak jauh dari sang korban.

Pelaku utama dalam pembunuhan gadis 13 tahun ini adalah seorang lelaki remaja berumur 16 tahun, yang diyakini memiliki pola pikir berbeda dengan anak seusianya. Ia hanya bergaul dengan anak yang lebih muda dengan motif agar dapat mengendalikan mereka. Setelah ditelusuri kembali ternyata pelaku utama yang berinisial IS, diduga memiliki kebiasaan menonton film dewasa. Adapun IS ini, ia merupakan kekasih dari sang korban yang ternyata telah merencanakan kasus pemerkosaan ini sedari awal. Untuk kondisi saat ini, pelaku telah ditangkap dan sedang dalam penahanan oleh pihak polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut. (TV ONE, 08/09/2024)

Selain pelaku utama tadi, ada 3 tersangka yang juga terlibat dalam kasus ini. Polrestabes Palembang pun telah menyerahkan 3 tersangka tersebut ke panti rehabilitasi yang berada dikawasan Indramayu, Oganilir. Saat ini mereka sedang dibina oleh panti rehabilitas karena adanya permintaan dari keluarga tersangka demi keselamatan mereka. Ketiga pelaku itu yakni MZ (13 tahun), NS (12 tahun), dan AS (12 tahun).

Kombes pol Haryo Sugihartono mengatakan, ketiga pelaku tadi tetap diawasi penuh dari kepolisian, serta tetap berkoordinasi dengan pihak keluarga dan dinas sosial mengenai perkembangan pelaku. Haryo juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan foto pelaku, mengingat palaku masih berada dibawah umur. (Urban_id, 06/09/2024)

Haryo menyebutkan jasad korban ditinggalkan di kuburan cina pada hari Minggu, 1 September sekitar pukul 13.00 WIB. Awalnya korban diajak bertemu dengan sang kekasih untuk menonton kuda kepang di Pipa Reja, Kemuning. Namun, sang kekasih malah membawa korban ketempat pemakaman umum (TPU). Saat tiba di TPU, IS langsung membekap hidung dan mulut korban hingga tidak sadarkan diri. Kemudian IS dan 3 kawannya yang sudah berada dilokasi pun langsung memperkosa korban. Karena belum puas, keempat pelaku ini membawa korban ketempat lain yang berjarak sekitar 30 m dari lokasi pertama untuk kembali diperkosa dalam keadaan meninggal. Untuk menyamarkan kejahatannya, sang kekasih sempat mengikuti tahlilan kerumah korban pada hari Senin. Dan 3 tersangka lainnya mencoba menyamarkan diri dengan mendatangi kuburan cina saat warga menemukan jasad korban. (CCN Indonesia, 06/09/2024).

Melihat generasi yang makin kesini perilakunya makin kesana, makin jauh dari jati diri seorang muslim, membuat hati tanpa sadar merasa tergeruk. Para remaja bahkan dari anak SD sampai mahasiswa banyak yang menjadi pelaku pemerkosaan akibat kecanduan pornografi, lebih parahnya lagi mereka bangga dengan kejahatan yang dilakukannya.

Fenomena ini menggambarkan, bahwa anak anak zaman sekarang kehilangan masa kecil yang bahagia, kehilangan masa bermain dan belajar dengan tenang sesuai hak seorang anak.

Sebenarnya kerusakan generasi saat ini tak luput dari sistem pendidikan zaman sekarang yang hanya memiliki tujuan untuk mencetak generasi yang mampu mendongkrak perekonomian, tanpa memperhatikan kepribadian yang terbentuk dalam diri generasi. Mereka pandai dalam bidang akademik, bidang teknologi, namun kecanduan porno, miras, sering tawuran dan pergaulan bebas.

Media sosial yang semakin bebas serta tidak memiliki filter sama sekali, menjadi penyebab dari generasi yang semakin rusak ini. Sementara negara tidak menangani secara serius persoalan kerusakan generasi ini. Bahkan untuk sekedar menutup konten konten buruk demi melindungi generasi tidak mereka lakukan.

Dari sini terlihat bahwa pendidikan dibawah sistem Sekulerisme saat ini gagal untuk mendidik generasi muda menjadi generasi yang berfikir cemerlang dan berkepribadian baik. Maka muncullah pertanyaan, sistem seperti apa yang dapat membuahkan generasi emas? Jawabannya hanya ada pada sistem pendidikan Islam yang berada di bawah institusi Khilafah Islam yang segala peraturan nya berasal dari Sang Pencipta.

Pendidikan Islam yang kurikulumnya berdasarkan kepada aqidah Islam, akan membentuk generasi muda berkepribadian muslim. Paham akan tujuan hidup mereka didunia hanyalah untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Jika sudah paham terhadap tujuannya, maka manusia akan menjauhkan dirinya dari maksiat dan saling beramar ma’ruf nahi mungkar. Jadi tidak akan ada lagi kasus pembunuhan, pemerkosaan, atau kejahatan lain, yang akan menyeret remaja sebagai pelakunya. Sebab mereka telah di didik dengan pendidikan yang benar berdasarkan aqidah Islam.

Islam itu agama yang mengatur manusia secara menyeluruh, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Hal terkecil seperti masuk kamar mandi, hingga hal terbesar seperti urusan negara, juga diurus. Termasuk didalamnya pengelolaan media sosial. Negara Islam akan memberantas konten-konten porno ataupun konten-konten yang dapat merusak pemikiran dan sikap generasi. Mengelola media menjadi media yang Islami serta menyaring media negatif yang bertentangan dengan Islam. Akhirnya generasi tidak akan terjerumus kepada pemahaman-pemahaman Barat yang rusak. Maka dari itu untuk mewujudkan kehidupan yang tentram sesuai aturan Islam, kita perlu berjuang untuk menegakkan kembali negara Islam yang dirahmati-Nya. Allahuakbar! WalLahu a’lam bi ash-showwab.[]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here