Opini

Gerakan Keluarga Berdoa, Solusikah?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Nanik Farida Priatmaja, S.Pd.

Munculnya wabah bisa jadi suatu ujian atau pun cobaan yang akan semakin mendekatkan manusia kepada Tuhannya dan wasilah diampuninya dosa-dosa manusia.

Wacana-edukasi.com — Lonjakan angka Covid-19 semakin tak terkendali. Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pun banyak yang tumbang. Meski sejumlah kebijakan telah dilakukan mengatasi lonjakan Covid-19 namun nampaknya masih tidak maksimal. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar menghimbau secara resmi gerakan doa bersama di rumah masing-masing. Apakah hal ini solusi mengatasi lonjakan Covid 19?

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Dalam surat resmi tersebut, Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka COVID-19 di Indonesia. “Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (Detik.com, 3/7/2021).

Banyaknya Rumah Sakit yang tak mampu menampung pasien Covid, banyaknya para nakes yang terpapar Covid hingga meninggal, minimnya fasilitas kesehatan di sejumlah daerah, dan semakin tingginya angka kematian akibat Covid cukup menyentuh nurani bagi manusia yang mau berpikir dan peduli terhadap sesama. Wajar muncul beragam solusi di antaranya gerakan doa bersama (himbauan Mendes PDTT).

Dalam kondisi yang sangat genting, sangat wajar jika manusia merasa lemah dan butuh pertolongan pada zat yang Maha Pemberi Pertolongan. Karena berharap pada manusia yang mempunyai sifat lemah pastinya juga tak akan mampu memberikan solusi terbaik. Bagi agama apapun, berdoa adalah wujud kebutuhan makhluk terhadap Tuhannya. Setiap makhluk pasti membutuhkan pertolongan Tuhannya apalagi dalam situasi pandemi yang semakin tak terkendali.

Berdoa bagi kaum muslim termasuk ibadah. Di setiap tempat dan waktu bisa dilakukan. Bahkan dari aktivitas yang sangat ringan (semisal sebelum tidur), berdoa adalah hal penting bagi kaum muslim. Ajaran berdoa sudah terbiasa dilakukan kaum muslim dalam mengawali dan mengakhiri aktivitas. Apalagi di masa yang sangat sulit seperti pandemi, berdoa memang wajib dilakukan. Hal ini sebagai wujud ketaatan dan secara fitrah manusia akan merasa sangat butuh pertolongan Allah Swt. agar diberikan ketenangan, keikhlasan dan kesabaran.

Munculnya wabah bisa jadi suatu ujian atau pun cobaan yang akan semakin mendekatkan manusia kepada Tuhannya dan wasilah diampuninya dosa-dosa manusia. Dengan wabah yang membuat manusia tak berdaya, akan menjadikan manusia semakin berpikir bahwa manusia hanyalah makhluk lemah yang tidak mampu meski menghadapi makhluk kecil (virus) ciptaan Allah Swt. Sehingga tak layak merasa sombong, tak mau taat terhadap perintah dan larangan Allah Swt.

Berdoa selayaknya bukan sekedar himbauan kepada keluarga atau rakyat. Karena rakyat hanya kalangan bawah yang pastinya tak akan pernah berhenti berdoa dalam situasi genting dan tak berdaya. Ketidakberdayaan rakyat terhadap situasi pandemi sebenarnya juga dampak dari sejumlah kebijakan penguasa. Kebijakan penguasa mengatasi pandemi yang kurang tepat sejak awal. Terkesan meremehkan wabah saat angka masih sedikit, lebih mementingkan sektor ekonomi daripada keselamatan rakyat.

Kebijakan yang tidak tepat dalam mengatasi pandemi jelas akan memperburuk keadaan. Meski pemerintah juga telah memberikan bantuan sosial terhadap rakyat. Namun solusi kebijakan pandemi nyatanya semakin tidak jelas. Membuka akses warga negara asing namun memperketat aturan dalam negeri terhadap rakyat. Hal ini jelas memunculkan ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa.

Gerakan berdoa seharusnya tak hanya dihimbau untuk keluarga. Namun para pencetus kebijakanlah yang juga wajib berdoa bahkan bertaubat nasuha. Agar memunculkan rasa empati dan peduli terhadap rakyat. Sehingga mampu mengeluarkan kebijakan yang tepat. Meski munculnya pandemi adalah kehendak Allah Swt, akan tetapi upaya dalam mengatasi pandemi adalah peran manusia. Apakah manusia benar-benar telah berupaya dengan maksimal untuk terbebas dari pandemi ataukah pasrah bahkan terkesan menyepelekan.

Ketidaktepatan dalam mengatasi pandemi yang mengakibatkan tingginya lonjakan Covid-19 seharusnya menjadi evaluasi bersama terutama penguasa. Kenapa tak mampu menekan angka Covid-19? Meskipun telah dilakukan vaksinasi, ataupun kebijakan pembatasan sosial dari PSBB hingga PPKM darurat. Artinya penguasa harus sadar diri bahwa aturan buatan manusia ternyata tak mampu menyelesaikan persoalan manusia.

Solusi terbaik tidak lain hanyalah kembali pada aturan Allah Swt. Aturan yang bersumber dari manusia yang lemah dan terbatas telah terbukti tidak solutif. Tak cukup hanya berdoa secara individu dalam keluarga saja. Saatnya berserah diri dan taubatan nasuha bersama baik rakyat ataupun penguasa, mengakui bahwa hanya Allah Swt. yang mampu memberi petunjuk dan pertolongan.

Walahua’lam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here