Opini

Harga Beras Melambung Tinggi, Islam Solusi Hakiki

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nana Juwita, S.Si.

wacana-edukasi.com, OPINI– Tidak dapat dimungkiri bahwa rakyat indonesia sangat bergantung pada beras, yang merupakan bahan pokok utama dalam memenuhi kebutuhan makan, namun sepertinya ketergantungan rakyat indonesia dengan beras akan kah berganti dengan Ubi ataupun jagung?disebabkan dalam beberapa bulan terakhir ini harga beras terus mengalami kenaikkan yang signifikan, di mana menurut Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan harga beras pada Jumat (13/10/2023) tercatat Rp 14.600 per kg. Harga setingggi itu belum pernah tercatat dalam PIHPSN. Sepanjang tahun ini, harga beras sudah terbang 15,42%. Bila melihat pergerakan bulanan, harga beras juga sudah jauh melonjak bila dibandingkan dua tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi beras di dalam negeri juga terus naik. Susenas BPS September 2022 menunjukkan 98,35% rumah tangga di Indonesia mengonsumsi beras.( https://www.cnbcindonesia.com)

Ditengah melambungnya harga beras, Presiden menyatakan stok cadangan beras negara aman, namun anehnya masih akan melakukan impor, sungguh miris negara yang sangat kaya sumber daya alam dan juga subur tanahnya, namun masih ketergantungan dengan import beras, hal ini seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal memastikan bahwa Bulog siap menerima tambahan kuota penugasan impor beras 1,5 juta ton dari pemerintah. Hal ini dilakukan guna memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) guna menstabilkan harga beras di pasaran. Bulog akan melaksanakan penugasan importasi beras ini dari negara mana saja yang memungkinkan dan memenuhi semua standar persyaratan

Di sisi lain, Harga beras semakin mahal. Rakyat makin sulit memenuhi kebutuhan makanan pokok. Apalagi harga pangan lain juga mahal, seperti bawang putih, bawang merah, cabai rawit merah, cabai merah keriting, daging ayam, telur, minyak goreng, hingga gula mengalami kenaikan harga. Hal tersebut terlihat berdasarkan data panel harga pangan yang dilansir dari laman Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kamis (12/10/2023)

Dengan kondisi tersebut maka beban hidup rakyat semangkin berat saja, walaupun dikatakan stok beras ada, tetapi seperti tidak ada manfaatnya bagi rakyat, karena harga beras yang semangkin mahal padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan stok beras nasional dalam posisi aman karena panen raya sedang berlangsung di sejumlah daerah. Tambahan pasokan dari hasil panen akan memperkuat cadangan beras nasional yang saat ini juga diupayakan melalui impor.(https://www.republika.id), namun mengapa seperti tidak ada upaya dari penguasa untuk bisa menstabilkan harga pangan? Sementara Indonesia merupakan Negara yang subur, namun sayang seribu sayang potensi lahan yang luas dan subur tersebut tidak optimal dikelola oleh Negara dalam rangka untuk memenuhi stok pangan dalam negeri, bahkan Impor beras kembali dilakukan pemerintah, kali ini dengan alasan untuk antisipasi El Nino. Padahal antisipasi tersebut bisa dilakukan jauh-jauh hari., tanpa harus impor beras. Di sisi lain, beberapa daerah sedang Panen raya beras. Nyatalah kebijakan diambil tanpa pertimbangan matang dan memperhatikan nasib rakyat.

Pandangan Islam

Islam menetapkan negara sebagai junnah dan raa’in (pengurus urusan umat), jika rakyat sedang mengalami kesusahan dalam hal memenuhi kebutuhan pokoknya maka Negara berkewajiban memenuhi kebutuhan tersebut, ketika memang secara individu rakyat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, maka dalam hal ini penguasa wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, dan memberikan gaji yang layak agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, Jika Negara benar-benar peduli terhadap rakyatnya maka bisa saja Negara mengambil kebijakkan untuk membeli beras hasil panen rakyat sebagai stok pangan sehingga harga bisa saja menjadi stabil, dan negara dapat memberikan lahan atau tanah yang bisa dikelola oleh umat untuk bertani, misalnya adanya lahan mati yang tidak dikelola maka negara bisa saja memberikan pada rakyat nya untuk mengelolanya, agar rakyat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, namun hal ini tidak terjadi di Negara yang menerapkan sistem kapitalisme sekuler, justru malah kebijakkan import tersebut bisa saja memberikan keuntungan pada pihak-pihak tertentu saja dan membebani hidup rakyat, apa lagi di sistem kapitalisme ini distribusi barang tidak merata didapatkan oleh rakyat, karena rawan dengan penimbunan barang ataupun monopoli pasar bagi para kapital bahkan penipuan sehingga harga barang menjadi mahal, oleh karena itu maka pengusa wajib mengontrol harga dipasar, agar harga stabil sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Hal ini sangat berbeda dengan Islam, yang menjamin kebutuhan pangan,sandang, dan papan, jika import dilakukan maka inilah salah satu yang menyebabkan harga beras menjadi mahal, padahal sejatinya “ Imam (Kepala Negara ) adalah pengurus rakyat. Dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya ( HR al-Bukhari). Karena nantiny pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya, oleh karena itu jaminan terhadap kebutuhan pangan hanya akan ada jika Islam dijadikan sebagai asas dalam mengatur urusan umat, sebagaimana Kholifah Umar-bin Khatab melarang kebijakan import barang ketika memang kondisi negara masih mampu menyediakan bahan pangan, sementara jika kelebihan stok bahan pangan maka negara dibolehkan untuk melakukan eksport, jika pun negara terpaksa mengimpor bahan pangan tetap saja barang tersebut akan dijual atau bahkan diberikan secara gratis bagi rakyatnya, karena ini merupakan bentuk tanggung jawab pemimpin kepada rakyatnya, beginilah gambaran kepemimpinan di dalam negara yang menerapkan sistem islam. Waulahuaklam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 56

Comment here