Surat Pembaca

Harga Telur Naik, Bikin Emak Panik

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Harga telur ayam ras secara nasional terpantau masih merangkak naik hingga pekan ke empat Agustus. Harga telur bahkan menyentuh level tertinggi sepanjang tahun ini. Pasalnya, telur ayam ras dibanderol dengan harga Rp 31.500 per kg. Diketahui harga telur sudah naik 2,6% dalam sepekan dan melonjak 7,1% dalam sebulan (CNBC Indonesia 29/8/2022).

Tak ayal, hal ini membuat para emak ketar ketir. Demi tetap memenuhi kebutuhan gizi keluarga sebagian besar emak-emak berbondong-bondong membeli telur retak karena harganya lebih terjangkau. Mirisnya, ditengah gejolak harga telur ayam, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan malah menyebut kenaikan yang terjadi saat ini tidak parah dan tidak usah diributkan. Padahal, Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio sebelumnya menyatakan, harga telur ayam naik tertinggi sepanjang sejarah. Menurutnya, kenaikan harga telur ayam di pasar didorong oleh kenaikan harga di tingkat peternak (kompas.com 28/8).

Sementara itu, Badan Pangan Nasional menyebutkan bahwa kenaikan harga telur saat ini karena sedang mencari keseimbangan atau ekuilibrium sebagai akibat dari kenaikan beberapa variabel biaya. Termasuk biaya transportasi. Terlebih pakan ayam yang masih impor sehingga ketika terjadi gejolak mata uang maka harga ikut naik.

Perlu diketahui bahwa harga pakan berpengaruh sekitar 70% pada biaya produksi dari tumbuhnya ayam secara keseluruhan. Kontribusi Pakan ini cukup besar pada hasil produksi baik broiler maupun layer. Sedangkan komponen terbesar dari pakan itu sendiri adalah jagung. Sementara diadopsinya liberalisasi perdagangan sebagai konsekuensi bergabungnya Indonesia dalam WTO menjadikan Indonesia terikat untuk mengimplementasikan Agreement on Agriculture. Akibatnya, negeri ini harus melakukan pengurangan subsidi ekspor, pengurangan subsidi dalam negeri dan membuka akses pasar.

Hal ini berdampak pada penghapusan bea masuk impor yang mengakibatkan Indonesia diserbu berbagai produk impor termasuk jagung, kedelai dan sebagainya. Inilah yang menjadikan jagung sebagai bahan pokok pakan ternak mengalami kenaikan. Sebab, jika harga impor mengalami kenaikan maka harga jagung dalam negeri juga ikut naik. Ditambah lagi pakan ternak dalam negeri juga menyimpan polemik tersendiri. Kita tidak bisa mengingkari keberadaan produsen besar produk ternak. Mereka adalah para peternak raksasa yang juga memproduksi pakan ternak termasuk pakan ayam. Mereka menguasai industri peternakan dari hulu hingga hilir. Inilah alasan dibalik mahalnya harga pakan ternak khususnya ayam. Karena, sektor produksi pakan ternak sudah dikuasai korporasi besar yang berasal dari negara asing. Dari sisi modal dan daya saing, korporasi-korporasi ini merupakan pemain kuat dan besar. Akhirnya, peternak lokal mau tidak mau harus membeli pakan bahkan benih ayam dari korporasi besar ini.

Semua itu merupakan bukti bahwa cengkeraman kapitalisme dan keterikatan Indonesia dalam perjanjian internasional seperti WTO menjadikannya tidak mandiri, selalu bergantung pada pangan luar negeri. Hal itu tentu berpengaruh pada sektor peternakan. Tata kelola peternakan dibawah sistem kapitalisme hanya menjadikan pemerintah lebih berpihak pada korporasi. Mengabaikan hak rakyat sekaligus sebagai pengurus urusan rakyat.

Olehnya, umat hari ini membutuhkan sistem yang mampu mewujudkan kemandirian pangan. Sistem ini pernah berjalan hampir 13 abad lamanya. Adalah sistem Islam kaffah dibawah institusi Khilafah Islamiyah. Rasulullah Saw bersabda: “Imam atau Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya”. (HR Muslim dan Ahmad).

Sebuah sistem yang mampu menjamin pemenuhan pangan seluruh individu rakyat baik untuk konsumsi harian maupun menjaga cadangan pangan untuk mitigasi bencana atau paceklik. Lembaga negara juga dijalankan atas dasar fungsi pelayanan yang menihilkan apsek komersial. Sehingga, produk ternak termasuk telur ayam dapat didistribusikan dengan baik sebagai fungsi penjagaan ketahanan dan sumber daya pangan masyarakat yang minim impor. Wallahu a’lam bisshawwab.

Teti Ummu Alif
Kendari, Sulawesi Tenggara

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 13

Comment here