Surat Pembaca

Harga Tes PCR Layak Gratis

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com — Tes PCR adalah test yang paling valid untuk mengetahui virus covid-19. Test PCR juga dipakai untuk perjalanan ke Luar Negeri. Namun demikian, test PCR di Indonesia harganya cukup tinggi sampai Rp.900.000 sangat mahal dibandingkan dengan India misalnya yang hanya sekitar Rp. 28.000 hingga Rp. 150.000. seperti dikutip detik.com, tanggal 13 Agustus 2021.

Protes harga mahal di layangkan oleh Netizen dan anggota DPR (CNN Indonesia, Minggu 15/08/2021). Presiden memberi arahan untuk segera menurunkan harga tes PCR pada 15 Agustus 2021. Kemenkes bersama BPKP langsung melakukan evaluasi terhadap keputusan sebelumnya yang menetapkan harga tertinggi adalah Rp. 900.000.

Kementerian kesehatan tanggal 18 Agustus 2021 telah menetapkan batasan tertinggi harga tes PCR sebesar Rp. 495.000 di pulau Jawa dan Bali, serta Rp. 525.000 di luar pulau Jawa dan Bali. Sejumlah rumah sakit pun terpantau mulai melakukan penurunan harga. Sebagai contoh rumah sakit Siloam yang mulai menetapkan harga tertinggi Rp. 495.000 Rumah sakit Pelni Rp. 490.000 untuk hasil 1 hari kerja.

Sedangkan Laboratorium Helix telah menerapkan harga Rp. 495.000 kalau hasilnya itu segera dalam waktu 1 kurang dari 1 hari biayanya Rp. 795.000. Pemerintah seharusnya tidak hanya menurunkan harganya namun juga mengevaluasi atau melakukan audit lembaga-lembaga penyelenggara tes agar tetap melayani rakyat sebaik-baiknya. Jangan sampai negara bertransaksi dan melakukan perhitungan ekonomi dengan rakyatnya. Seharusnya negara melayani rakyat bukan berbisnis dengan rakyat. Inilah watak asli negara kapitalistik.

Dalam sistem Islam, jika tes ini termasuk bagian dari upaya memisahkan antara orang sakit dengan orang sehat dan merupakan satu rangkaian dari penanganan pandemi maka semestinya gratis/ bebas biaya, hasil yang diberikan dengan tempo singkat. Haram hukumnya negara mengambil pungutan atas layanan penting ini. Di sistem kapitalisme, penguasa dan penguasa berkongkalingkong saling mengeruk keuntungan.

Kaum kapitalisme selalu mencari celah untuk mengambil keuntungan, tak peduli dari pandemi yang mencekam dan mengancam jiwa. Sadis dan tak punya hati. Nyawa manusia sama sekali tidak ada harganya, yang terpenting bagi mereka hanyalah bagaimana menghasilkan keuntungan. Menumpuk kekayaan demi menuruti hawa nafsunya.

Dan hal ini akan terus terjadi di dunia, selama selama sistem kapitalisme dijadikan tata kehidupan. Maka sistem ini tidak sesuai Fitrah dan tidak layak untuk dijadikan sistem kehidupan.

Hanya Islam lah yang layak dan sesuai Fitrah manusia.  Sistem ini akan mengutamakan keselamatan manusia baik di dunia maupun akhirat. Bukan semata-mata materi seperti kapitalisme dan sosialisme. Sebab dalam sistem Penguasa adalah Pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban jawaban atas keselamatan nyawa rakyatnya. Penguasa Islam hanya menerapkan aturan Islam yang datang dari Sang Kholiq, yakni Allah Swt.

Oleh Riza Dewi Sekartaji.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here