Opini

Haruskah Kerja ke Negeri Tetangga, Agar Hidup Sejahtera?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Nazriel

(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

wacan-edukasi.com, OPINI– Dilansir dari KOMPAS, sebanyak 20 warga negara Indonesia ( WNI) menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) diduga disekap di Myawadday, Myanmar. Ironisnya, mereka disekap di Myawadday yang notabene merupakan lokasi konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok pemberontak.

Keluarga korban TPPO telah melaporkan dua orang terduga pelaku ke Bareskrim pada Selasa (2/5/2023). Menurut Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia ( SBMI) Hariyanto Suwarno, menduga dua pelaku itu memiliki jaringan internasional terkait TPPO bermodus menawarkan pekerjaan, diduga karena telah disekap, disiksa, diperbudak dan diperjual belikan.

Sebagai informasi, selama periode 2020-2023, KBRI Yangon telah menerima laporan 203 WNI yang mengalami permasalahan di wilayah Myanmar, khususnya terkait TPPO.

Dikutip dari crisis center Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNT 2 TKI) genap usia dua tahun sejak didirikan 27 Juni 2011. Pusat layanan pengaduan telah menangani kasus TKI sebanyak 12.270 dan info terbanyak di Arab Saudi. Aduan kasus TKI itu terjadi di 76 negara dan sebagiannya di tanah air sebelum TKI diberangkatkan.

Beberapa kasus TKI bermacam-macam dari yang ingin dipulangkan ketanah air, pemalsuan dokumen, pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak, penganiyaan, pelecehan seksual, TKI dalam penahanan penjara/ kasus hukum, TKI hamil, TKI unfit (tidak sehat) saat tiba dinegara tujuan, depresi dan lain sebagainya.

Dari fakta yang ada kasus kekerasan TKI sebagian dikarenakan adanya anggapan miring oleh pengguna jasa atau majikan. Seperti adanya stigma negatif pada TKI yang dianggap dan dipandang sebagai budak, bukan pekerja. Terlebih adanya keberadaan TKI ilegal rawan diperjualbelikan oleh agensi penyalur yang tidak bertanggung jawab.

Keadaan orang-orang di sekitar kita bahkan ada sebagian tetangga atau saudara kita sendiri yang sedang mengadu nasib di negeri tetangga dan mengalami kasus-kasus yang serupa, membuat kita miris dan prihatin dengan kenyataan yang ada. Bukan tanpa alasan kebanyakan dari mereka ingin memperbaiki perekonomian keluarga, berharap hidup sejahtera walau tidak jarang nyawa menjadi taruhannya.

Dampak sistem sekuler-kapitalis makin terpampang nyata ada di depan mata kita. Menjadikan kehidupan manusia hanya diukur dengan materi. Pandangan tentang kebahagiaan hidup hanya sekedar dengan memiliki harta yang berlimpah, popularitas, hidup foya-foya dan bermewah-mewahan. Bahkan agama hanya boleh ada dalam ranah privasi.

Sebagian besar kondisi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, taraf pendidikan rendah, skil yang kurang, kesulitan dalam mencari pekerjaan, menjadi korban PHK hari ini, terjerat pinjol, merasakan semakin berat bebannya dalam menjalani kehidupan saat ini. Kondisi ini pula yang memaksa sebagian masyarakat memilih untuk meninggalkan anak juga keluarga dengan mengadu nasib ke negara tetangga demi menyelesaikan probematika ekonomi hidupnya.

Timbul pertanyaan, kenapa bekerja di luar negeri lebih menggiurkan ketimbang negaranya sendiri? Apakah negara ini tak memiliki solusi atas problematika masyarakatnya dalam memenuhi lapangan pekerjaan?

Islam memandang pentingnya peran sebuah negara sekaligus pemimpinnya dalam mensejahterahkan rakyatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban nya atas kepemimpinannya.” (H.R. Al Bukhori dan Muslim)

Sudah menjadi sebuah kewajiban sebagai pemimpin itu mensejahterakan rakyatnya dengan memberikan rasa aman, nyaman dan kehidupan yang layak bagi seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Begitupula kewajiban peran negara ditunaikan dalam memberikan lapangan pekerjaan yang memadai untuk setiap penduduknya.

Islam Menawarkan Solusi Tuntas

Islam memandang keberadaan sumber daya alam (SDA) harus dikelola mandiri oleh negara dan tidak boleh dikuasai oleh para kapitalis atau para pemilik modal. Adapun seluruh hasilnya diserahkan dan benar-benar nyata dirasakan oleh rakyatnya. Dengan begitu beban hidup rakyat tidak berat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sebab aktifnya peran negara dalam mengayomi rakyatnya.

Tersedianya pendidikan yang layak dan terbaik bagi seluruh umat yang dijamin oleh negara. Di dalamnya diberikan ilmu juga bekal ketrampilan sesuai kemampuan dengan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Pelayanan ini diberikan oleh negara dari hasil pengelolaannya terhadap SDA.

Disediakan pula lowongan kerja seluas-luasnya agar kaum laki laki atau para suami bisa menunaikan kewajibannya sebagai kepala keluarga untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya. Adapun peran para istri menjadi ibu rumah tangga sejati memprioritaskan mengurus dan mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang sholeh dan berakhlak mulia sebagai penerus peradaban manusia.

Dengan menaikkan standar kesejahteraan rakyatnya melalui pemenuhan lapangan pekerjaan di dalam negeri, mengelola SDA secara mandiri yang hasilnya dikembalikan lagi untuk rakyatnya, maka angka kemiskinan pun niscaya bisa turun.

Negara yang menerapkan Islam mengkondisikan rakyatnya agar mempunyai keimanan yang kuat dan kesadaran bahwa kebahagiaan bukan lagi diukur dengan materi.

Kesadaran yang dibangun dengan keimanan bisa memberikan pemahaman pada muslimah tentang pentingnya peran mereka sebagai ummu warobatul bait, pendidik anak-anaknya dan mengurusi keluarganya di rumah. Sementara untuk aktivitas bekerja di luar rumah hukumnya mubah. Sebab perempuan tidak diwajibkan mencari nafkah.

Islam memberikan gambaran peran perempuan sangatlah penting dalam kemajuan peradaban. Selayaknya umat mau memahami Islam secara kaffah dan menerapkan aturan yang sempurna dari Allah SWT, Al Khaliq Al Mudabbir. Agar Islam rahmatan lil’alamiin bisa seluruhnya dirasakan untuk seluruh umat, juga termasuk kaum perempuan.

Sebagaimana yang disampaikan dalam Al Qur’an, bahwa Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. menjadi hadiah bagi seluruh umat.

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta” (QS. Al Anbiya: 107)

Wallahua’lam bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here