Opini

Hentikan Perilaku Menyimpang Ajaran Islam

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis : Mira Ummu Tegar (Aktivis Muslimah)

Bom bunuh diri kembali terjadi dan kali ini kejadiannya di Gereja Katedral Makassar (Minggu 28 Maret 2021) dan seperti biasa pelaku bom bunuh diri selalu identik dengan casing Islamnya berjilbab, bercadar dan jika lelaki maka berjenggot serta celananya cingkrang.

Hal sama selalu terulang dengan pola yang sama pula, sebagaimana pernyataan Ketua Relawan Jokowi, Immanuel Ebenezer pada liputan6.com “ketika tempat ibadah atau Gereja diserang ini jelas pola lama yang selalu terulang, pertanyaannya juga sama kenapa sih mesti Gereja yang diserang, apa salah Gereja”. Kata Aktivis 98 ini dalam siaran persnya (liputan6.com 28/3/2021). Agak aneh memang ketika aparat dengan Intelejen serta Badan Khusus Densus 88 tak mampu mengendus dan mencegah kejadian tersebut.

Selang dua hari kembali terjadi aksi teror di Mabes Polri dimana seorang wanita dengan simbol Islamnya yaitu berpakaian jilbab dan berkerudung menyerang dan menodong aparat dengan senjata api yang belakangan diketahui bahwa senjata api yang digunakan bukanlah senjata api asli. Namun hai ini menjadi aneh saja mengingat Mabes Polri bukanlah tempat sembarangan yang bisa dimasuki dengan bebas, pengamanan berlapis sangat ketat berlaku disana tapi mengapa seorang wanita dengan membawa senjata api bisa dengan mudah masuk. Menurut kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar ada keterkaitan Bom Makassar dan teror di Mabes Polri (mediaindonesia.com, 1/4/2021)

Namun pada faktanya bom ini justru mendiskreditkan Isam, sejak peristiwa WTC 9/11 setiap kasus pengeboman yang terjadi di Bumi Nusantara ini khususnya, maka yang dirugikan adalah umat Islam, mengapa demikian? Karena bom-bom ini telah menghancurkan hak muslim untuk di tuduh dan di fitnah secara membabi buta. Bom ini tidak membunuh nyawa umat Islam tetapi membunuh ajaran Islam bahkan dimata umatnya sendiri. Tidak bisa dipungkiri peristiwa bom ini banyak muslim yang diminderkan dengan agamanya bahkan memusuhi dan menfitnah ajarannya sendiri,sehingga ini membuat sebagian muslim bermental defensif apologetik merasa tertuduh kemudian memoderasi ajaran Islam.

Inilah yang memang diinginkan Kafir Barat dan narasi moderasi beragama yang merupakan agenda yang sedang dijalankan Rezim. Melihat hal ini ada benang merah yang memang saling terkait antara agenda moderasi beragama dengan kejadian Bom Makassar dan serangan teror Mabes Polri.

Mengingat moderasi beragama sendiri adalah agenda dimana tujuannya agar setiap pemeluk beragama mengedepankan sikap toleransi (menghargai dan menerima) saat menghadapi berbagai perbedaan ditengah masyarakat sehingga ketika seorang pemeluk agama ingin menjalankan ajaran agamanya namun tidak sejalan dengan kondisi yang belaku di masyarakat maka dia di anggap ekstrim atau fanatik terhadap ajaran agama yang tidak bisa menerima perbedaan. sikap ini di katakan tidak rukun dan intoleran bahkan dituduh sebagai paham yang akan menumbuhkan paham radikal dan terorisme dan juga dianggap bisa menimbulkan perpecahan ditengah masyarakat dan bangsa.

Ekstrim pun dinarasikan sebagai model buruk sikap umat beragama yang harus dijauhi. Sayangnya narasi ini selalu disematkan kepada umat Islam dan ajaran Islam. Kemudian hal ini pun akhirnya menjadi pembenaran dimana pelaku teror dan bom adalah orang Islam dan dengan mengunakan simbol Islam yang mereka anggap fanatik.

Kondisi ini jelas ada upaya untuk “menjinakkan” ajaran-ajaran Islam atau dengan kata lain ajaran-ajaran Islam yang dianggap bertentangan dengan aturan yang berlaku maka akan dikompromikan agar bersesuaian dengan kehendak Kafir Penjajah. Hal ini tidak lain adalah upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam dengan menjauhkan umat Islam dengan ajaran Islamnya.

Narasi inilah yang mereka gencarkan melihat umat Islam yang semakin tersadarkan akan pemahaman Islamnya yang menginginkan untuk kembali kepada penerapan Syariah disemua aspek kehidupan. Mereka mengkelompokkan Islam, yang toleran dan intoleran. Kemudian membenturkan sehingga perpecahan ditubuh umat Islam tak terelakkan kemudian yang intoleran dianggap radikal/fundamental dikarenakan tidak bisa berkompromi dalam masalah terkait aqidah dan ibadah dan mendapat perlakuan refresif dan mendiskreditkan kelompok ini.

Cendekiawan Muslim Muhammad Ismail Yusanto dalam Mediaumat.news ” Dari sekian banyak kemungkinan terjadinya ledakan bom di Gereja Katedral Makassar dinilai sangat mungkin untuk mendiskreditkan islam, padahal jelas ini bukan lah perjuangan apalagi jihad, melainkan sebuah tindakan konyol yang dilakukan oleh orang yang tak paham Islam karenanya tindakan ini tidak boleh dikaitkan dengan dakwah dan perjuangan Islam apalagi dengan kelompok tertentu yang sudah di kenal memperjuangkan tegaknya Syariah secara kaffah dengan cara yang benar.” beber beliau kembali.

Dalam Islam tindakan teror dan pengeboman ditempat umum apalagi Gereja adalah perbuatan yang diharamkan. Jangan kan di masa damai dimasa perang pun Gereja tidak boleh di jadikan objek perang apalagi ini dilakukan dengan cara yang mengakibatkan pelakunya sendiri tewas. Islam melarang keras tindakan mencelakai diri sendiri apalagi sampai menghilangkan nyawa diri.

Akhirnya bisa disimpulkan ada arus yang memang sengaja dideraskan untuk opini narasi moderasi beragama dengan kejadian teror Mabes Polri dan Bom Makassar.

Sejatinya hal ini haruslah menjadikan umat islam semakin sadar akan arti Islam sebagai agama yang diyakininya. Karena kembali lagi kepada Islam yang Allah Swt. turun bukan hanya sebagai agama ruhiyah yang sekedar mengatur urusan ibadah kepada Allah Swt. saja namun Islam turun dengan kesempurnaan dan keparipurnaannya dalam mengatur seluruh sendi kehidupan ini dan inilah yang menjadi momok yang menakutkan bagi Kafir Barat dimana ketika Islam diterapkan dalam Sistem Pemerintahaan maka hancurlah semua kepentingan dan hegemoninya yang selama ini mencengkram negeri-negeri kaum muslim.

Nafsu dan keserakahan mereka dalam menghisap kekayaan sember alam negeri-negeri muslim akan tamat, interfensi kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh penguasa akan tercabut dari ranah kekuasaan. Inilah yang menjadi ketakutan yang luar biasa bagi Kafir Penjajah akan bangkitnya Islam dalam bentuk Sistem Pemerintahan Islam.

Tentunya sebagai kaum muslim sudah saatnya menyadari akan pentingnya Islam untuk diterapkan secara paripurna menyeluruh(kaffah) sebagaimana dicontohkan Rosulullah Saw. dan para khalifah sesudahnya.

Dengan penerapan Islam yang paripurna maka hal-hal yang akan mendeskreditkan Islam tentulah tidak akan bisa terjadi kerena sejatinya ketika Islam diaplikasikan dalam kehidupan maka kemuliaannya akan menaungi umat manusia dan itu hanya bisa terjadi jika Islam diaplikasikan dalam bentuk Sistem Pemerintahan Islam.

WalLahu a’laamu bi ash-shawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here