Surat Pembaca

HGN dan Realitas Guru

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA — Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 25 November 2022 diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) PGRI ke- 77 atau Hari Guru Nasional (HGN)2022. Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, HUT PGRI dan HGN 2022 di Jawa Barat dimaknai dengan menebar kemanfaatan. Khususnya, memberikan dukungan kepada korban bencana gempa bumi Cianjur, baik secara moril maupun materil.

Dedi mengatakan, berbeda dengan tahun sebelumnya dimana pada HGN 2022 ini, setiap Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Jawa Barat tidak hanya melaksanakan upacara. Khusus tahun 2022 ini, kita saling menebar kebermanfaatan dengan melakukan aksi sosial untuk korban gempa Cianjur. Semua Cabang Dinas yang berada di luar Cianjur juga melaksanakan upacara sekaligus memanjatkan doa bersama,” ujar Dedi, Jum’at (25/11/2022) malam.

Banyak yang mendukung kegiatan tersebut, di setiap KCD Pendidikan Jabar juga secara sukarela menggalang donasi untuk korban gempa Cianjur. Bahkan tidak hanya dilakukan oleh guru, banyak dari siswa/i di Jabar yang memiliki inisiatif untuk memberikan bantuan.

Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang terutama oleh negara. Tetapi ada hal yang harus diperhatikan juga dibalik HGN ada banyak guru terutama guru honorer yang belum mendapatkan kesejahteraan.

Seperti yang dilansir dari sebuah media ada seorang guru honorer yang sudah mengabdi selama 14 tahun tetapi belum merasakan kesejahteraan.

Bukan waktu yang sebentar untuk memahami setiap persoalan di dunia pendidikan. Mulai dari ketidaknyamanan dan ketidakadilan hilir mudik datang padanya.

Dalam rentang waktu itu pula, ratusan anak didiknya menjelma menjadi manusia dan menemukan cita-citanya.

Sangat disayangkan di hari guru yang seharusnya hari yang istimewa bagi para guru, tetapi masih banyak diantara mereka yang belum mendapatkan haknya sebagai orang yang berjasa bagi orang-orang yang bahkan diantaranya sudah sukses.

Dalam sistem kapitalisme saat ini seorang guru terutama guru honorer jasanya seakan tidak dihargai, karena masih banyak diantaranya kehidupannya tidak sejahtera. Padahal guru adalah profesi mulia yang tak mengenal tanda jasa. Tanggung jawabnya yang besar sangat berperan dalam mendidik generasi.

Tetapi pada faktanya dalam sistem saat ini banyak guru yang minim ketakwaan walaupun tidak semua, karena terdapat guru yang melakukan pelecehan terhadap anak didiknya, ada juga fakta guru yang hanya sekedar mengajar tanpa memikirkan apakah anak didiknya paham atau tidak. Maka guru seperti ini tidak akan mampu mencetak generasi baik dari guru yang demikian.

Lalu bagaimana seharusnya guru yang semestinya dilakukan untuk melahirkan generasi Khairul ummah? Pertama, guru harus takwa yang benar-benar takut terhadap Allah komit dalam hukum syara’, adab, ibadah, akidah dan lain-lain, dan juga ikhlas dalam menjalankan tugasnya itu. Sebagaimana hadits Rasulullah saw. :
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim).

Kedua, guru juga harus banyak keterampilan dalam materi pengajaran yang dipelajarinya. Dia harus mampu menarik perhatian para murid-muridnya ketika menyampaikan.

Guru juga harus sabar, bijaksana, panjang pemikirannya dan juga harus jujur komitmen dengan kebaikan. Karena guru bukan hanya gudang ilmu saja tempat murid menimba ilmu tetapi juga sebagai suri tauladan.

Tapi dalam sistem sekuler saat ini guru yang seharusnya menjadi suri tauladan justru menjadi ancaman bagi murid. Ada yang berlaku kasar, pelecehan seksual dan lain-lain.

Dari segi materi pelajaran saat ini, kalau kita perhatikan muatan besarnya diarahkan untuk bekerja saja minus pelajaran tentang tsaqafah, syariah, jihad, dakwah dan lain-lain.

Untuk melahirkan guru yang baik, kurikulum sesuai syariat keterpaduan antara pendidikan keluarga, masyarakat dan juga di sekolah tentunya tidak bisa dilakukan oleh negara sekular seperti hari ini tapi harus negara Islam, negara yang melakukan kebijakan pendidikan Islam sesuai dengan syariat.

Negara akan menjadi pelaksana tunggal yang menyediakan infrastruktur sekolah dari bangunannya, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, tempat-tempat praktek untuk keterampilan dan lain-lain. Termasuk pelatihan gurunya, gaji gurunya, insentif yang sepadan dengan peran besar seorang guru. Karena peran guru begitu besar bagi peradaban, maka negara memberikan gaji yang tinggi. Tidak seperti sekarang gaji guru tidak dibayarkan, diserahkan pada swasta yang menjadikan pendidikan ini sebagai bisnis semata.

Wallahu’alam bishshawab

Sumiati

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here