Oleh : Fitri Hidayati, S.Pd (Pengamat Problematika Sosial)
wacana-edukasi.com, OPINI– Marak kejadian bunuh diri pada akhir-akhir ini menyadarkan kita bahwa masyarakat pada posisi darurat mental. Pelaku bunuh diripun tidak hanya orang biasa melainkan juga kaum akademis yaitu mahasiswa. Rupanya dunia akademik jaman kapitalis sekarang tak bisa memberi jaminan aman mental pada masyarakat. Kasus terakhir terjadi pada mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro pada Rabu malam, 11 Oktober 2023. Korban berusia 24 tahun ditemukan tewas di kamar indekosnya di daerah Tembalang, Semarang(regional.kompas.com, 13/10/2023).
Berikutnya, seorang pemuda di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ditemukan meninggal diduga bunuh diri. Kejadian tersebut langsung ditangani oleh aparat kepolisian Polres Malang, Polda Jatim. Setelah diperiksa bersama petugas medis Puskesmas setempat, polisi tidak mendapati bekas penganiayaan pada jenasah korban. Petugas kepolisian hanya mendapati bekas upaya bunuh diri seperti jeratan di leher, lidah tergigit, dan lainnya. Sementara dugaan korban nekat mengakhiri hidupnya karena depresi permasalahan asmara (news.republika.co.id, 12/10/2023).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 menemukan bahwa Indonesia memiliki rasio bunuh diri sebesar 2,4 per 100 ribu penduduk. Disampaikan jikaka sudah muncul pikiran tersebut, orang tersebut harus segera mencari pertolongan.
Analisa dan Islam solusinya
Hidup adalah anugerah dan amanah dari sang Kholiq. Manusia harus menjaga dan menjalaninya sesuai bagaimana sang Kholiq menitahkannya pada manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’anul Karim, yang artinya :
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku Semata. Aku tidak mengharap rezeki dari mereka, karena Aku Maha Kaya; tidak pula agar mereka memberi-Ku makanan, karena Aku-lah yang memberi rezeki kepada seluruh makhluk, Aku Memiliki kekuatan dan kekuasaan yang Maha Besar”. (QS Adz dzariyat : 56)
Demikian Allah pun tidak membiarkan hambanya begitu saja untuk hidup sesuai hawa nafsunya. Melainkan harus mengikuti aturan-aturan Alloh dalam menapaki hidupnya sekalipun itu penuh dengan ujian dan persoalan. Allah SWT berfirman, yang artinya : Allah telah berfirman: “Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?” (QS Al-Ankabut:2-3).
Allah memberikan mukjizat kepada rasulnya untuk berpegang teguh kepada Al Qur’an supaya manusia selamat di dunia dan di akhirat. Di sinilah masing-masing manusia di uji dengan berbagai macam persoalan untuk menguji sejauh mana hambanya berpegang teguh kepada syariatnya. Ketaatan kepada Aturan Allah ‘Dzat yang maha pencipta dan maha pengatur’ adalah mutlak dalam Islam, demikian pula Islam melarang hambanya untuk mengakhiri hidupnya sekalipun Dia mempunyai masalah yang besar lagi rumit. Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa’: 29-30).
Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita untuk bersikap iman, taat, sabar dan tetap gentleman dalam kondisi apapun. Hal tersebuat tdak hanya sebuah seruan melainkan hal yang bisa di terapkan ketika seseorang berpegang teguh kepada Islam secara menyeluruh (kaffah) baik dalam tataran kehidupan individu, bermasyarakat, maupun bernegara.
Dalam kehidupan individu, ketika seseorang menjaga keimanan dan ketaatannya kepada Tuhannya. Dia tidak akan berbuat berlebihan mengikuti hawa nafsunya karena baginya dunia hanyalah kehidupan sementara untuk beramal baik sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhiratnya di surga kelak. Maka di hadapan orang mukmin dunia ini hanya sebuah perjalanan kecil menuju akhirat yang abadi. Maka seorang mukmin akan menghiasi pikiran dan perasaannya dengan ilmu agama, yang kemudian mereka gunakan sebagai panduan hidupnya sehari-hari.
Dalam kehidupan bermasyarakat, akan terbentuk masyarakat yang saling peduli, dimana kepedulian antar sesame dalam bentuk amar makruf nahi munkar akan menjadi _bi’ah_ atau kebiasaan daam kehidupan. Boro-boro dia terjebak pada persoalan yang rumit, ketika ada sedikit persoalan dan penyimpangan saja mereka akan saling menasehati. Karena pada hakekatnya dakwah adalah bentuk kasih sayang dan penyelamatan.
Dalam kehidupan bernegara, negeri yang menerapkan sistem Islam akan menjaga dengan sebaik-baiknya pemikiran dan mental umatnya. Penerapan islam secara sempurna akan menjadikan ‘jawazir’ pencegah persoalan dan ‘jawabir’ solusi persoalan bagi umatnya.
Dalam Islam tidak akan ada warganya yang terjebak pada ‘pinjol’ pinjaman online “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa’: 29-30). Karena sistem ekonomi riba diharamkan dalam Islam. Umat akan diedukasi untuk berekonomi dengan baik. Media akan banyak berisi pada hal-hal yang bermanfaat seperti : pendidikan, dakwah, layanan sosial atau hal yang bermanfaat lainnya. Tidak di perbolehkan layanan media yang unfaedah, yang hanya bergaya hidup flexing/pamer harta dan kesenangan.
Maraknya kasus asmara yag menjadi biang bunuh diri nyaris tidak akan di temui alam Islam. Hal itu di karenakan sistem Islam menjadikan tata kehidupan infishol “terpisah” antara kehidupan laki-laki maupun perempuan keuali dalam bidang pedidikan, jual-beli, kesehatan, atau hal lain yang di bolehkan oleh hukum syara’. Maka dari hubungan asmara atau pacaran tidak boleh selain dalam pernikahan. Dan bagi yang melanggar akan dihukum baik jild maupun rajam. Begitulah penegakan hukum dalam Islam demi kebaikan bersama dan keridhoan Allah SWT.
Demikianlah Islam menjaga kehidupan umatnya dengan sangat baik dan sejahtera. MasyaAllah.
Views: 10
Comment here