Oleh: Sahabat Wakasi
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Tagar #KaburAjaDulu sempat menjadi trending unggahan di Indonesia, pada sejumlah media sosial, termasuk X (Twitter). Bahkan tagar ini banyak dikaitkan dengan tagar #PeringatanDarurat yang juga viral. Tagar ini biasanya disertai keluhan netizen mengenai berbagai permasalahan di Indonesia, dan juga ajakan pindah ke negara lain dalam bentuk beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan, ataupun yang lainnya (cnnindonesia.com, 07/02/2025).
Tingginya minat meninggalkan negara kelahiran untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik di negara lain bukanlah fenomena baru. Portal Berita Universitas Pendidikan Indonesia menyebutkan, fenomena ini terjadi sejak tahun 1960-an. Dimana fenomena yang disebut brain drain atau human capital flight ini dimaknai sebagai fenomena munculnya orang pintar dan berbakat di negara-negara berkembang yang lebih memilih bekerja di luar negeri. Banyak orang yang berprofesi sebagai dokter, ilmuwan, hingga insinyur pergi untuk berkarir di luar negeri (besutynesia.id,05/02/25).
Bahkan saat ini bukan hanya pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan saja yang menarik minat masyarakat untuk pindah ke luar negeri. Pekerjaan kasar pun ternyata banyak diminati. Seperti pada berita yang pernah viral pada 2024 lalu mengenai perempuan muda bernama Dea Rachma. Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan predikat cumlaude itu tidak merasa gengsi mengambil pekerjaan secara penuh waktu sebagai seorang cleaning service di Australia. Dengan kisaran gaji nominal AU$ 4.345 per bulan, atau kisaran Rp 47,53 juta bila dihitung dengan kurs senilai Rp 10.940.
Pindah Demi Visi Duniawi
Peningkatan fenomena Brain Drain yang terjadi saat ini tidak lain dipengaruhi oleh keberadaan sosial media. Banyak dari mereka yang telah berhasil menyambung hidup di luar negeri membagikan informasi tentang kehidupan, lowongan pekerjaan, dan pengalamannya di media sosial. Hal tersebut kemudian membuat masyarakat tergiur untuk mengikuti jejaknya.
Namun, iklan saja tidak cukup untuk mendorong keinginan berpindah ke luar negeri. Diperlukan rasa butuh hingga mampu membuat seseorang memutuskan untuk pergi meninggalkan tanah kelahiran. Keinginan dan kebutuhan untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih baik hingga ke negara lain adalah hal yang lumrah terjadi.
Tidak dipungkiri, saat ini banyak sekali permasalahan di dalam negeri yang memunculkan kekecewaan pada masyarakat. Kekecewaan tersebut muncul dalam banyak aspek kehidupan, mulai pendidikan yang tidak layak, kurangnya lapangan pekerjaan, minimnya jaminan kualitas hidup, ketidakstabilan politik hingga penyimpangan norma dan agama, hingga kecemasan generasi muda terhadap isu sosial yang terjadi di Indonesia.
Inilah yang terjadi. Masyarakat sudah mencapai level merasa butuh untuk pindah ke luar negeri. Ketika masyarakat resah dengan kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri, sedangkan di luar, negera maju berbondong-bondong memberikan tawaran beasiswa. Atau minimnya lapangan pekerjaan serta rendahnya standar gaji di dalam negeri, sedangkan di luar negeri ada banyak peluang kerja dengan gaji yang lebih dari cukup untuk sebuah pekerjaan kasar sekalipun.
Padahal, di sisi lain dunia, ada negara dengan sebutan Palestina yang memiliki nasib sungguh menderita, tapi rakyat enggan untuk meninggalkannya. Negara dengan keterbatasan makanan, pendidikan, tempat tinggal, bahkan minim jaminan hidup. Namun di dalamnya, semangat rakyatnya tak pernah surut untuk bertahan hidup.
Negara Gagal Menjamin Kesejahteraan Material Hingga Spiritual
Kegagalan negara dalam menjamin kualitas pendidikan, ketersediaan lapangan kerja, dan kesejahteraan hidup tidak mampu ditutup-tutupi. Kegagalan ini telah menjadi akut, bahkan sulit dibenahi. Wajar bila banyak orang yang memilih pergi ke luar negeri daripada memperbaiki tata kelola dalam negeri.
Tata kelola negara ini rusak karena sistem yang digunakan adalah sistem yang cacat. Sistem buatan manusia yang tidak sempurna dan pasti ada kekurangannya, karena berasal dari akal manusia yang terbatas. Sistem demokrasi yang seolah melindungi hak-hak manusia tapi justru mengalami intervensi karena keserakahan manusia-manusia yang mengemban amanah sebagai pengatur negara.
Sistem Demokrasi justru menyuburkan kapitalisme, sekularisme serta liberalisme. Paham-paham inilah yang menjadi akar dari permasalahan kondisi saat ini. Negara gagal menjamin kehidupan rakyatnya. Negara abai pada amanah dalam meriayah rakyat. Tidak lagi menggunakan tata aturan Agama dalam segala sisi kehidupan. Kebijakan-kebijakan diatur berdasarkan kebutuhan, dan aspek manfaat, bahkan sampai tidak lagi menggunakan kaidah halal, haram, thoyib atau pun mengharap keberkahan. Yang muncul kemudian adalah keserakahan yang dibebaskan tanpa aturan.
Orientasi pada pemenuhan materi dan harta yang diterapkan oleh sistem telah mendidik rakyat memiliki pemahaman yang serupa. Sifat egois pun muncul seiring dengan faham kebebasan yang mulai diikuti. Wajar bila banyak yang kemudian memikirkan hidupnya sendiri, mencari aman sendiri, dan mencari kebahagiaan sendiri dengan melarikan diri berpindah ke negara lain yang sejatinya memiliki permasalahan kehidupan yang sama. Mungkin untuk saat ini negara lain tersebut tampak lebih baik, tapi selama sistem yang diterapkan sama, nasibnya tidak akan jauh berbeda.
Islam Solusi Kesejahteraan
Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warganegara. Melalui banyak mekanisme, negara mampu menciptakan jaminan kehidupan yang terbaik bagi setiap individu. Dari menyediakan sarana dan prasarana umum, pemenuhan kebutuhan pokok, lapangan pekerjaan, layanan pendidikan, layanan kesehatan, bahkan hingga sarana rekreasi.
Dari pengelolaan sumber daya alamnya, negara dengan sistem Islam akan mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Melalui pendidikan yang diterapkan sesuai syariat Islam, negara akan memiliki sumber daya manusia yang beriman, berakhlak, dan siap membangun negara. Islam menjadikan negara sebagai periayah yang perduli pada nasib rakyatnya. Bukan hanya menyediakan fasilitas dan kebutuhan, tapi negara juga membantu mengatasi segala kendala yang dihadapi rakyat. Seperti dalam menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh bukan hanya demi mendapat penghasilan saja, tapi juga demi menggugurkan kewajibannya sebagai laki-laki baligh.
Tegaknya Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kebijakan dan tata kelola negara akan menciptakan kenyamanan bagi rakyat hingga tidak ada rakyat yang berkeinginan untuk kabur ke luar negeri atau pun keluar dari dunia melalui bunuh diri. Khilafah akan mampu mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera secara total bagi seluruh rakyatnya, dari aspek material hingga aspek spiritual. [WE/IK].
Views: 14
Comment here