Oleh: Endang Seruni
( Muslimah Peduli Generasi)
wacana-edukasi.com– Pembunuh sadis kembali menggegerkan negeri ini. Seorang ibu muda dengan inisial KU(35) di Tonjong, Brebes Jawa Tengah tega membunuh anak kandungnya yang berusia 6 tahun juga melukai 2 anak kandung lainnya. Ibu muda ini dikenal pendiam oleh warga di sekitarnya. Menurut pengakuannya bahwa apa yang ia lakukan dalam rangka menyelamatkan anak-anaknya dari hidup susah karena himpitan ekonomi. Ia mengaku suaminya sering menganggur. Tak hanya itu,ia juga mengaku tidak sanggup lagi menjalani hidup yang pas-pasan.
Menanggapi hal ini Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menghimbau kepada pihak kepolisian untuk memeriksa lebih lanjut kejiwaan pelaku. Jika benar pelaku mengalami gangguan kejiwaan,pelaku harus menjalani pengobatan selama 12 bulan. Tetap disidang jika telah dinyatakan sehat. Jika tak kunjung sembuh maka kasus di stop dan seterusnya. Aparat diminta untuk memeriksa pelaku apakah benar karena ada gangguan kejiwaan ataupun tidak. Sebab dalam pasal 44 KUHP seorang pelaku kejahatan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana,jika cacat kejiwaan/ terganggu karena penyakit (Republika.co.id,20/3/2022).
Kasus pembunuhan anak oleh ibu kandungnya marak terjadi. Banyak motif yang membuat para ibu ini tega menghabisi darah daging mereka sendiri. Ada yang tega membuang bayi yang baru dilahirkannya karena hasil hubungan terlarang. Begitu juga dengan ibu muda di Jawa Barat yang tega meracuni anak-anaknya, karena sang ibu depresi karena himpitan ekonomi. Lagi-lagi karena persoalan ekonomi.
Pandemi yang menghantam negeri tercinta ini, menorehkan luka yang mendalam bagi para kepala rumah tangga. Terutama bagi para ibu yang harus memutar otak agar kebutuhan hidup mereka terpenuhi dan dapur mereka terus mengepul. Karena pandemi banyak para ayah kehilangan pekerjaannya sebab di PHK. Atau usaha mereka gulung tikar. Belum lagi harga kebutuhan pokok terus melambung.
Di tengah kesulitan ekonomi yang terus menghantui, sebagai hamba Allah SWT sudah sepantasnya kita serahkan semua kesulitan dan permasalahan hanya kepada-Nya. Pandemi adalah Qodo dari Allah SWT yang wajib kita imani. Sebagai makhluk Allah, keimanan yang tertancap di dalam jiwa seseorang menjadikan setiap tingkah laku selalu bersandar kepada hukum Syara’. Apapun kondisinya semua diserahkan kepada Allah SWT yang maha berkehendak. Jika ketaqwaan tertancap pada diri individu masyarakat maka tidak akan ada cerita seseorang yang depresi atau terganggu jiwanya.
Dalam hal ini negara turut berperan dalam pembentukan ketaqwaan masyarakat. Yaitu dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berdasarkan syariat Islam. Tidak hanya ketaqwaan individu yang terwujud tetapi juga seluruh masyarakat.
Dalam sistem kapitalisme yang emban di negeri ini, jika persoalan sosial kemasyarakatan terus bermunculan. Depresi yang berakibat pembunuhan menghiasi kehidupan dalam sistem ini. Sebab negara abai akan tanggung jawabnya untuk memenuhi hajat hidup masyarakat. Ketika kondisi pandemi rakyat dibiarkan memenuhi kebutuhannya sendiri. Baik kebutuhan pokok maupun layanan publik, yang seharusnya ini menjadi tanggung jawab negara. Jika ada bantuan dari pemerintah tidaklah mampu untuk mencukupi kebutuhan rakyat, bahkan tidak merata. Mirisnya ada bantuan yang dikorupsi oleh oknum penguasa.
Sulitnya lapangan pekerjaan juga turut menambah beban yang harus ditanggung rakyat. Mahalnya biaya pendidikan dan pengobatan bagi masyarakat yang sakit turut menyumbang beratnya penderitaan rakyat. Bahkan ada sebagian para ibu yang harus rela pergi meninggalkan anak-anak dan keluarganya demi untuk bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri. Inilah potret pengorbanan seorang ibu agar keluarganya berkehidupan lebih baik.
Sistem Islam punya pandangan yang berbeda terkait pertanggungjawaban negara terhadap rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan rakyat adalah tanggung jawab negara. Para pemimpin dalam Islam, sangat berhati-hati menjalankan kepemimpinan yang diamanahkan kepadanya. Termasuk mengayomi rakyat dan memenuhi kebutuhannya.
Negara juga menjamin kepada para kepala keluarga (bapak) untuk mendapatkan pekerjaan. Seperti membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Adanya peran dari negara terhadap rakyatnya, sehingga rakyat hidup sejahtera dan jauh dari kesulitan ekonomi yang menghimpit.
Para penguasa dalam Islam juga senantiasa berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Semua kebijakan yang diambil semata mata demi untuk kemaslahatan rakyat. Sebagaimana sejarah mencatat kala kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang kelaparan ketika paceklik melanda. Hari- hari sang Khalifah diisi dengan mengontrol kondisi rakyatnya. Adakah rakyatnya yang mengalami kesulitan dan kesusahan. Jika sikap penguasa seperti Khalifah Umar bin Khattab, maka rakyat tidak akan mengalami kesusahan, apalagi sampai depresi karena terhimpit ekonomi.
Untuk itu sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam, karena Islamlah solusi setiap persoalan. Berbeda dengan sistem kapitalisme sekuler, persoalan terus bertambah di tengah solusi yang ditawarkan. Dengan kembali kepada aturan Islam kaffah, sehingga rahmat terlimpah bagi seluruh alam.
Waallahu’alam bishawab.
Views: 37
Comment here