Oleh : Iin zainal
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Kekerasan dalam rumah tangga kembali berulang. Kali ini terjadi di Kota Palembang, seorang suami tega menusuk istrinya hanya karena hal yang sepele. Kekerasan ini terjadi di Kelurahan Plaju Darat, Kecamatan Plaju, Palembang. Tersangka berinisial S (36) tega menusuk paha istrinya karena kesal gado-gado dagangan mereka hanya dijual Rp 5 ribu ke tetangga.
Kasat Reskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah melalui Kanit PPA Ipda Cici Maretri Sianipar mengatakan, tersangka ditangkap setelah laporan korban yang masuk pada 9 Juni 2023 lalu. Cici menerangkan, tersangka kesal dengan korban karena menjual gado-gado ke salah seorang tetangga yang seharusnya Rp 10 ribu malah dijual Rp 5 ribu (TribunSumsel.com, 5/6/23(.
Miris memang melihat kondisi masyarakat saat ini. Kehidupan berumah tangga yang seharusnya menjadi tempat saling berbagi kasih sayang dan saling mengasihi, malah jadi kehidupan yang menakutkan. Dalam sistem kapitalisme, hubungan suami istri memang sangat rentan, mudah sekali retak dan hancur berantakan. Karena lemahnya pemahaman individu tentang tugas, peran dan hak bagi seorang suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Ditambah lagi, sulitnya mencari nafkah membuat rumah tangga semakin memanas.
Jauhnya individu dari agama dan permasalahan dunia yang mengimpit akan mendorong keretakan dalam rumah tangga. Seperti kasus ini, di mana masalah ekonomi menjadi pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, hilang sudah hubungan harmonis suami istri, tujuan pernikahan tidak lagi untuk meraih surga atau dunia lagi. Tak jarang, suami istri menjadi musuh dalam rumah tangga sendiri.
Ditambah lagi beban suami yang tak mudah. Lapangan kerja sulit, pekerjaan yang mengutamakan perempuan, karena perempuan bisa ditempatkan pada posisi mana saja dengan training secukupnya. Lebih cenderung hanya menerima saja posisi yang diberikan perusahaan.
Karena fitrah seorang perempuan yang penyabar diberikan oleh Allah untuk mengatur rumah tangga. Kemudian dimanfaatkan oleh kapitalis untuk di gunakan pada area yang tidak seharusnya. Kemampuannya dihabiskan dalam karir dan ditinggalkannya pengasuhan dan pendidikan anak anaknya kepada orang lain.
Di tengah sistem kapitalisme laki-laki tak berdaya, dengan segala kesulitan yg mengimpit bisa membuat mereka tertekan dan stres hingga melampiaskan semua ke orang terdekat. Suami yang seharusnya melindungi istri dan anak-anaknya, justru berbuat
zalim terhadap mereka.
Sedangkan wanita yang berdaya, berkerja, berkarir, memiliki hal yang lebih dari suami, jadi tinggi hati, hingga melupakan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu, akhirnya rumah tangga berubah jadi neraka bukan lagi surga.
Berbeda dalam sistem Islam, dimana kehidupan berumah tangga diawali oleh sebuah pernikahan yang dilandasi rasa iman dan taqwa kepada Allah SWT serta rasa cinta dan kasih sayang diantara keduanya, masing masing individu tau kewajiban, hak dan perannya, tujuan pernikahan adalah ridha Allah semata.
Seorang suami berperan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, pelindung bagi istri dan anak-anaknya, mencari nafkah adalah kewajiban para suami.
Dalam sistem Islam, negara yang memberikan lapangan pekerjaan seluas luasnya untuk kaum laki-laki, hingga para suami tak perlu takut tidak bisa memenuhi kewajibannya mencari nafkah untuk keluarganya.
Belum lagi pendidikan, kesehatan yang sudah dijamin oleh negara, semakin membuat keluarga di dalam sistem Islam sakinah, mawaddah, warohmah. Kaum perempuan tak perlu berjibaku ikut mencari nafkah karena kesulitan ekonomi, kaum perempuan akan menjalankan perannya sesuai fitrahnya, yaitu ummu warabbatul bait dan ummu madrasatul ula bagi anak-anaknya.
Wallahu ‘alam bisshawab.
Views: 20
Comment here