Opini

HIV AIDS Terus Meningkat, Solusi Tepat dengan Syariat

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.

(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

wacana-edukasi.com, OPINI– Manusia terkadang aneh, memilih menabrak aturan Sang Pencipta, namun tak mau mengambil risiko. Bahkan, bukan lagi menabrak tapi meninggalkan aturan Sang Pencipta lebih memilih aturan serba lemah buatan manusia, yaitu sekularisme-liberalisme hingga menimbulkan kerusakan yang tak terbendung. Misalnya, kasus HIV/AIDS yang terus meningkat. Sekularisme dan liberalisme biang keladi, akankah tetap dijadikan solusi?

Kado akhir tahun, meningkatnya kasus HIV/AIDS tak terbendung. Dilansir dari Sindonews.com, (3/09/2022), laporan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan bahwa sebanyak 1.188 anak Indonesia positif HIV di 2022. Data ini diperoleh selama periode Januari-Juni 2022.

Selain itu, data dari Dinas Kesehatan Kota Batam terjadi kenaikan kasus HIV/AIDS mencapai 446 orang pada 2022. Temuan Dinkes, yang mencengangkan ialah kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmardjadi, frekuensi peningkatan kasus HIV/AIDS karena pasangan sejenis bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga Indonesia secara nasional bahkan di negara lain (Liputan6.com, 2/12/2022).

Untuk mengatasi masalah ini, dibuat aliansi yang terdiri dari UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu. Tujuannya ialah memastikan bahwa tidak ada anak yang hidup dengan HIV yang tidak dapat mengakses pengobatan dan tidak ada lagi infeksi baru pada anak (Nasional.tempo.co. 4/12/2022).

Akar Masalah

Namun, bisakah HIV/AIDS diakhiri dengan berbagai program termasuk dibentuknya aliansi? Hal ini masih menjadi pertanyaan misterius. Belum bisa dipastikan, kapan bisa berakhir kasus HIV/AIDS selama solusi yang digunakan belum fokus pada akar permasalahan. Lalu, apa sebenarnya akar permasalahan dari muncul dan meningkatnya kasus HIV/AIDS terutama di Indonesia?

Dari sumber yang ada, bahwa peningkatan kasus HIV/AIDS terjadi akibat penyimpangan perilaku sesama jenis dan free sex. Berarti, segala bentuk penyimpangan sex termasuk seks bebas harus segera diatasi secara tuntas. Wajar apabila kasus HIV/AIDS meningkat, liberalisme yang diadopsi negeri ini telah memfasilitasinya. Apalagi kaum pelangi makin ke sini makin unjuk gigi, bernaung di balik ide kebebasan mereka bebas sesuka hati. Padahal, dari merekalah penyakit ini muncul dan berkembang biak.

Perilaku bebas dan kebablasanan, nyatanya sudah banyak membuat kerusakan. HIV/AIDS hanya salah satu akibat dari pergumulan yang bebas di kalangan generasi muda. Tak peduli akibat, mereka tetap bangga dengan kelainan yang dibuat bersama pelaku dan korban L967 lainnya. Muruah generasi muda hilang tergerus oleh syahwat liberalisme.

Selama sekularisme-liberalisme masih diadopsi oleh siapapun, maka penanganan dengan cara apa pun dalam mengatasi kasus HIV/AIDS tak akan pernah bisa menghentikannya. Karena liberalisme itu sendiri yang membuat subur penyakit HIV/AIDS dan lainnya. Sudah menjadi konsekuensi bahwa ketika manusia keluar dari aturan Allah akan mengalami kerusakan, salah satunya penyakit kelamin dan HIV/AIDS.

Hendaknya ini menjadi renungan bagi siapapun terutama yang merasa beriman kepada Allah, bahwa ada yang salah dalam hidup. Yaitu telah menjauh dan mencampakkan aturan dari Allah dengan sombong hingga Allah murka. Tak ada pilihan lain, selain segera kembali pada syariat agar selamat. Islam agama rahmat dan obat bagi pemeluknya dan siapa saja yang mau tunduk pada-Nya.

Solusi Islam

Solusi preventif syariat dalam mengatasi penyakit kelamin dan sejenisnya ialah dengan cara mengatur pergaulan dan hubungan sosial laki-laki dan perempuan. Hukum asal laki-laki dan perempuan dalam Islam terpisah, sehingga kehormatan saling terjaga. Diperbolehkan interaksi lawan jenis bukan mahram pada tiga hal, di bidang kesehatan/kedokteran, pendidikan dan muamalah.

Edukasi dan pembinaan akidah Islam untuk warga negara dilakukan oleh negara sebagai benteng atau pondasi seorang muslim dalam berperilaku agar tidak keluar dari syariat. Aktivitas yang haram tidak diperbolehkan sama sekali, termasuk perilaku seks sesama jenis. Jika ada yang seperti ini segera diobati dan ditindak tegas agar segera sembuh dan tidak menularkan kepada orang lain. Fisik dan psikis warga negara diperhatikan, agar bahagia, tentram dan sejahtera. Kebutuhan pokok dan kolektif dijamin negara, sebagai tanggung jawab pengurusan terhadap umat.

Betapa Islam sangat menjaga celah-celah masuknya setan menggoda hawa nafsu manusia. Dalam Islam, nafsu itu dijaga sebaiknya bukan diumbar sesukanya. Wajar jika selama diterapkan Islam, muslim dikenal berperilaku bersih karena Islam sangat mengajarkan kebersihan dan kesehatan. Suasana taat dan takwa yang dibangun, menjadi rem bagi muslim di mana pun berada.

Jika pun terlanjur ada penyakit seperti HIV/AIDS, negara langsung menangani kasus ini dengan pengobatan, dokter dan penanganan terbaik. Agar penyakit tidak menyebar dan pasien segera pulih. Tidak diserahkan ke individu dalam pengobatan dan penanganannya, dengan pelayanan yang paripurna negara memfasilitasi segala akses pengobatan tidak hanya satu penyakit tapi semua penyakit. Berbeda dengan sistem Kapitalisme, rakyat menanggung sendiri penyakit yang diderita bahkan harus membayar BPJS. Dalam Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas pengurusan terhadap rakyatnya.

Umat butuh segera solusi paripurna, yang hanya bisa didapat dari syariat. Allah sebagai Pencipta lebih tahu aturan yang terbaik untuk semua ciptaan-Nya. Allah Swt. berfirman di dalam surat Yunus ayat 57, “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” Allahualam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 19

Comment here