Oleh: Ana Mujianah
Wacana-edukasi.com — Sungguh miris. Seorang ibu berinisial MT, 30 tahun, di Nias Utara tega membunuh tiga anak kandungnya sendiri yang masih balita.
Beberapa hari setelah aksi pembunuhan tersebut, Ibu MT dinyatakan meninggal dunia di RSUD Gunungsitoli, Sumatera Utara karena sakit (detiknews.com, 14/12/2020).
Apa yang dilakukan oleh Ibu MT ini merupakan kabar yang sangat memilukan hati. Terutama bagi kaum ibu. Seorang ibu yang seharusnya menjadi pengayom bagi putra-putrinya, dengan sadis justru tega menghilangkan nyawa mereka. Tentu hal ini menjadi tanda tanya besar bagi kita semua. Hal ihwal apakah yang melatarbelakanginya sehingga Ibu MT tega menghabisi nyawa ketiga buah hatinya?
Berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi, diduga motif Ibu MT membunuh ketiga anak laki-lakinya karena tidak kuat menanggung impitan ekonomi. Sang suami, dalam episode terakhir ILC, Selasa, 15/12/2020, mempertegas alasan tersebut dengan mengatakan bahwa kehidupan rumah tangganya dengan sang istri (Ibu MT) ini tidak pernah bahagia. Selalu miskin dan kekurangan, bahkan kadang tiga hari hanya bisa makan sekali.
Tidakk dimungkiri, kemiskinan memang sering kali menimbulkan berbagai macam persoalan, dan para ibu-lah yang kerap merasakan dampaknya. Ketika kondisi ekonomi sulit, sementara beban kebutuhan sehari-hari terus melejit, para ibu atau istri harus memutar otak untuk mengatur keuangan. Mereka pun harus ikut pontang-panting mencari uang guna menutupi kebutuhan.
Alih-alih menyelesaikan persoalan, ikutnya para ibu mencari nafkah justru menimbulkan persoalan baru. Beban pekerjaan para ibu menjadi bertambah, yang tak jarang membuat anak-anak terlantar. Rumah terbengkalai, suami tidak terurus. Kondisi inilah yang kemudian membuat para ibu didera rasa lelah jiwa dan raga.
Yang lebih miris, ketika keimanan juga menipis. Para ibu tidak memiliki pondasi yang kuat dan jelas dalam menjalani kehidupan. Saat jiwa dan raga lelah, maka para ibu rentan sekali stres. Beban persoalan yang komplek menyebabkan mereka tak bisa berpikir jernih sehingga hilang hati nurani. Seakan tak ada solusi lain kecuali mengakhiri diri sendiri atau sang buah hati.
Sistem Kapitalis Menyuburkan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan dalam sistem kapitalis bak lingkaran setan yang tak ada ujungnya. Pasalnya, masalah kemiskinan hanya dilihat berdasarkan data rata-rata. Negara tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pada masing-masing individu. Sementara itu, jaminan kebebasan berkepemilikan yang diterapkan dalam sistem turunannya yaitu demokrasi, memberi peluang dikuasainya harta kekayaan oleh segelintir orang. Termasuk kekayaan alam yang seharusnya untuk hajat hidup orang banyak.
Negara dalam sistem kapitalis tak ubahnya hanya sebagai regulator semata. Sebagai perantara antara rakyat dan swasta. Yaitu, ketika negara memberi peluang pada swasta untuk menguasai pos penting pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Alhasil, ketika rakyat ingin memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka harus membayar mahal untuk mendapatkannya.
Maka, dari sini kita bisa melihat bahwa persoalan kemiskinan sejatinya adalah persoalan sistemik. Yaitu, kemiskinan tumbuh subur karena salah kaprahnya pengaturan urusan rakyat oleh negara yang menerapkan sistem kapitalis demokrasi. Oleh karenanya, untuk memutus rantai kemiskinan harus merombak sistem pengaturan urusan rakyat tersebut.
Sistem Islam Sebagai Harapan
Islam merupakan agama sekaligus sistem hidup yang diturunkan oleh Allah SWT. Aturan dalam Islam tidak berdasarkan akal manusia yang sarat dengan banyak kepentingan. Namun, Islam merupakan aturan dari penciptanya manusia sebagai bekal bagi manusia untuk mengatur kehidupannya.
Dalam Islam, tugas negara adalah mengatur urusan rakyat dengan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Di antara pengaturan itu adalah mengatur tentang kepemilikan dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
Dalam hal kepemilikan, negara tidak melarang individu memiliki kekayaan selama itu bukan milik umum atau harta milik negara. Jika harta itu milik umum atau milik negara, maka pengelolaannya diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan umat. Dari sinilah negara memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya, tidak menyerahkannya kepada swasta.
Adapun kebutuhan pokok yang dijamin pemenuhannya oleh negara berupa kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Termasuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Negara memastikan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut harus sampai kepada setiap individu rakyat.
Selain itu, dalam Islam negara memfasilitasi para laki-laki dalam bekerja mencari nafkah. Sebagaimana kisah yang dicontohkan Rasulullah Saw. ketika memberi solusi kepada seorang pemgemis untuk membeli kapak dan mencari kayu bakar.
Maka, dengan terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat serta kemudahan bagi para suami mencari nafkah, persoalan kemiskinan akan bisa diselesaikan. Para istri atau ibu pun tenang menjalankan tugasnya sebagai umm warabatul bait. Karena para ibu tidak lagi terbebani dengan persoalan ekonomi yang mengharuskannya keluar rumah untuk bekerja.
Semua itu tentu saja jika aturan Islam diterapkan untuk mengatur kehidupan. Sehingga kemuliaan dan kesempurnaan Islam akan bisa dirasakan.
Wallahu a’lam bish shawab
Views: 101
Comment here