Oleh: Lely Novitasari (Aktivis Generasi Peradaban Islam)
Wacana-edukasi.com, OPINI– Gema takbir berkumandang kala momen IdulFitri tahun 2025 dirayakan umat Islam sedunia. Berkumpul bersama keluarga sambil menikmati hidangan memperlihatkan kegembiraan setelah sebulan lamanya berpuasa di bulan Ramadan. Tapi, tidak dengan di Palestina. Kengerian masih mewarnai hari-hari umat di Palestina. Langit kelam akibat kepulan asap dari teror bom menjadi saksi, zionis terus membabi buta menargetkan kamp pengungsi hingga tubuh-tubuh manusia berterbangan di langit Palestina.
Tidak hanya warga sipil, dari rekam jejak video yang tersebar di sosial media dan diberitakan pula media-media luar negeri, banyak dari tim medis juga jurnalis menjadi target zionis. Seolah semakin menegaskan bahwa selama ini zionis melawan hamas hanya alasan klise.
Sebelumnya, di bulan Februari 2025 mengutip media Kompastv, saat Trump dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang sedang berkunjung pada Selasa (4/2/2025), mengungkapkan rencana pengambilalihan Gaza yang mengejutkan banyak pihak. Trump menyampaikan agar warga Palestina keluar dari wilayahnya yang telah hancur-porak poranda.
Trump mengungkapkan seolah keprihatinannya tentang warga yang tinggal di bawah reruntuhan beton yang sangat berbahaya dan beresiko. Trump berencana ingin membangun rumah-rumah yang lebih indah untuk bisa ditinggali. Dikatakan AS (Amerika Serikat) akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom yang belum meledak serta senjata berbahaya lainnya di sana.
Dari pernyataan Trump, bukankah untuk menyelesaikan genosida secara tuntas bisa dengan memberikan sanksi keras terhadap pelanggaran Ham terbesar yang dilakukan zionis? Dari sini masyarakat yang masih punya akal sehat bisa melihat keberpihakkan Amerika Serikat, apakah ke warga Palestina atau sekutunya zionis Israel?
Ujian Untuk Siapa?
Makin buruknya kondisi Palestina tentunya perlu penyelesaian secara tuntas. Jangan sampai seolah dianggap hal lumrah sebab hampir setiap hari kengerian itu bersliweran di beranda. Kondisi umat Islam di Palestina yang makin terjepit dan makin sengsara selayaknya bisa membuka seluruh mata dan hati manusia pada umumnya dan umat Islam khusunya, bahwa sistem hari ini (kapitalisme-sekuler) sungguh sangat tidak layak menjadi rujukan dan sandaran kehidupan manusia dalam membangun peradaban manusia di manapun.
Di satu sisi, kekejaman dan kesengsaraan ini bisa menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata. Situasi ini bisa mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain. Tiada lain hanya kembali pada sistem Islam menjadi satu-satunya pilihan. Utama karena keimanan yakni Islam merupakan deen juga sistem shahih yang berasal dari Allah Swt. Kedua, Islam terbukti diterapkan oleh Rasulullah Saw., para Khulafaur Rasyidin hingga Kekhilafahan Utsmani dalam bernegara. Ketiga, sistem Islam mampu memberikan sanksi keras terhadap siapapun yang mendzolimi umat Islam. Sejarah panjang penerapan Islam menghantarkan pada peradaban gemilang dengan kemajuan yang luar biasa dan penjagaannya terhadap nyawa manusia.
Allah Swt. kembali mengingatkan untuk mengubah kondisi ini dalam firmanNya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Qs. Ar Rad ayat 11
Mengutip ucapan Syaikh Hasan Diddou,
Mufti Mauritania, Anggota Ikatan Ulama Sedunia, “Seorang mukmin diuji di dunia ini melalui apa yang menimpa saudara-saudaranya — apakah ia akan menepati kesetiaannya kepada Allah dan menunaikan hak persaudaraannya kepada mereka, atau tidak? Maka apa yang sedang dialami oleh penduduk Gaza saat ini bukanlah ujian untuk mereka saja, tetapi ujian bagi setiap mukmin dan mukminah. Maka, berhasillah dalam ujian ini dan penuhilah janji kalian kepada Allah sebelum waktu habis.”
Persatuan Cendikiawan Muslim Internasional (IUMS) resmi mengeluarkan fatwa jihad melawan zionis Israel. Minggu (6/4/2025). Fatwa disampaikan Sekjen IUMS, Ali Al Qaradaghi melalui akun X miliknya dan dirilis dalam situs resmi IUMS. Al Qaradaghi mengatakan pemerintah Arab dan negeri-negeri Islam saat ini gagal untuk mendukung Palestina sehingga jalur Gaza dalam keadaan porak poranda.
Tertampar Realita
Apakah realita di Palestina bisa dirubah? Bicara tentang realita, ada dua klasifikasi. Pertama, ada realita objektif yang merupakan sunnatullah yakni selamanya tidak bisa dirubah, kecuali atas kehendakNya. Seperti terbit dan terbenamnya matahari, turunnya hujan dari langit. Kedua, realita subjektif yakni fakta/realita yang bisa diubah. Seperti batas teritorial yang menyekat-nyekar negeri-negeri Islam dahulunya dibuat karena adanya kesepakatan bangsa-bangsa penjajah. Kondisi Palestina bukanlah realita objektif yang tidak bisa diubah, melainkan realita subjektif. Maka umat Islam dan siapapun yang mempunyai kekuasaan bisa bersepakat bersama menyatukan kembali wilayah negeri-negeri Islam menjadi satu. Sebagaimana di masa lalu Negara Islam pernah menaungi 2/3 dunia dengan satu aturan dan satu kepemimpinan. Dengan begitu membebaskan Palestina bukan lagi sekedar harapan tapi bisa diwujudkan.
Berharap pada penguasa negeri-negeri Islam yang masih terkungkung dan menjadi boneka negara sekuler Barat hanya akan memperpanjang penderitaan umat di Palestina. Umat Islam harus berjuang bersama memaksimalkan setiap perannya untuk menegakkan kembali aturanNya dalam naungan negara yakni Khilafah yang mampu menjadi pelindung hakiki umat Islam seluruhnya.
Perjuangan menegakkan Khilafah harus menjadi agenda utama umat Islam. Dengan bersatu dalam satu kepemimpinan dan aturan-Nya, bahu membahu berjuang menegakkan Khilafah hingga ridho dan pertolongan Allah Swt bisa dirasakan kembali oleh Umat Islam serta mengembalikan langit Palestina yang termasuk bumi Syam bisa kembali tersinari cahaya Islam. [WE/IK].
Views: 3
Comment here