Oleh: Khantynetta
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Guru itu adalah tonggak peradaban. Guru adalah seorang pendidik, lisannya adalah mutiara dan tingkah lakunya adalah panutan. Darinya lahir generasi harapan bangsa. Guru juga bisa dikatakan sebagai orang tua ke dua bagi kita, karena gurulah yang juga ikut berperan penting mendidik kita selain orang tua di rumah tentunya.
Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN). Peringatan tersebut sebagai wujud penghormatan dan penghargaan terhadap peran penting para pendidik dalam membentuk karakter membimbing generasi muda.
Yang diselenggarakan tahun ini dengan mengusung tema ” Bergerak Bersama Rayakan Merdeka”.Berdasarkan kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum merdeka dengan tujuan untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul yang mempunyai profil/pelajar Pancasila (tirto.id-13/11/2023).
Pendidikan akan mengaruhi kualitas suatu bangsa, tanpa pendidikan generasi penerus tidak memiliki cukup pengetahuan untuk memajukan suatu bangsa. Maka kurikulum penting bagi pendidikan, walaupun silih berganti namun kualitas generasi justru semakin menurun. Fakta di lapangan mengejutkan, seperti melakukan pembunuhan, penganiayaan, pelaporan terhadap guru, begal, dan lainnya. Fakta-fakta demikian, jelas kurikulum pendidikan yang jauh dari Islam.
Kurikulum pendidikan berasaskan sekularisme ialah akar masalahnya paham sekularisme memisahkan agama dari kehidupan. karena itu pendidikan saat ini kurangnya keimanan dan ketaqwaan yang tidak diajari di sekolah pada saat ini. Maka lahirlah adab yang berutal dan memuaskan egonya tanpa batasan syariah. Lebih dari itu, sekularisme juga melahirkan kapitalisme yang berorientasi materi pendidikan yang berasaskan sangat berbahaya, sebab generasi terus didorong menjadi pekerja yang menghasilkan uang tanpa memikirkan masalah umat. pendidikan saat ini hanya memikirkan kerjaan saja, di belakangnya sudah ada kapitalis -kapitalis siap membantu kebutuhan industri saja. Wajar pendidikan yang berasas sekularisme kapitalisme gagal mencetak generasi mulia.
Islam mempunyai pendidikan dengan kurikulum yang sangat baik yang diterapkan di sekolah. Mencetak generasi unggul yang berkualitas yang berlandaskan akidah Islam supaya terbentuk kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah). Dalam Islam tujuan pendidikan bukan memuaskan intelektual tapi membentuk kepribadian Islam baik pola pikir ataupun pola sikap yang Islami agar setiap perkataan dan perbuatan semata-mata hanya mengharapkan keridhoan Allah Swt.
Sejarah mencatat bukti pendidikan dalam Islam mampu menghasilkan generasi -generasi yang berkualitas, melahirkan para penemuan muslim yang tidak hanya unggul dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi saja melainkan juga memiliki kepribadian Islam, misalnya Ibnu Sina (bidang kesehatan), Ibnu Khaldun (sains dan ilmu sosial), Ibnu Batutah (pakar ilmu geografi), Al-Khawarizmi (penemuan angka 0 dan konsep aljabar) dan masih banyak lagi. Nama-nama tersebut adalah para penemu awal, lalu dikembangkan oleh orang-orang Barat hingga saat ini, kemudian mereka mengaku merekalah para pakar sebenarnya dengan melakukan propaganda melalui media informasi, padahal Islamlah penemu awalnya.
Ada tiga pilar mewujudkan generasi Islam yang berkualitas yaitu keluarga, masyarakat, negara. Tiga pilar inilah yang dapat membentuk dan mendidik generasi yang unggul, walaupun perannya berbeda -beda. Keluarga peran yang sangat penting dalam membentuk atau menanamkan akidah pada anak-anak kita sejak dini, agar dapat bersosialisasi di sekolah dan lingkungannya. Masyarakat juga sangat penting untuk menghasilkan generasi kualitas yang baik dan unggul, selalu beramal ma’ruf jika ada kesalahan, terlepas dari hal baik ataupun buruk. Negara memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak generasi yang berkualitas, karena dalam wewenang negara agar terbentuk peraturan dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan.
Wallahu alam bish shawab
Views: 9
Comment here