Oleh: Sri Retno Ningrum (Pegiat Literasi)
wacana-edukasi.com– Baru-baru ini varian Omicron yang terdeteksi di Afrika Selatan turut jadi perhatian pemerintah Indonesia. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan pihaknya sedang melakukan analisis. “Pemerintah sedang melakukan analisis situasi dan segera merespons dengan langkah pencegahan agar Indonesia terlindungi dari potensi penularan tersebut”. Sementara itu, WHO menetapkan Omicron sebagai varian of concern atau VoC. Varian B.1.1.529 disebut memiliki banyak strain atau mutasi, bahkan melebihi varian lain yakni Alpha, Beta, dan Delta. Sedangkan menurut ilmuan genom Afrika Selatan, varian Omicron punya mutasi yang sangat banyak. Lebih dari 30 protein lonjakan kunci, yaitu struktur yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel yang diserang. (CNBC Indonesia, 28/11/2021).
Apabila kita amati semakin banyaknya varian Covid-19, maka akan semakin sulit dunia ini menghentikan laju penyebaran virus Covid-19. WHO pun sebagai organisasi kesehatan dunia tidak memiliki cara untuk menghentikan laju penyebaran Covid-19. Di negeri ini, masyarakat masih abai dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun dan membatasi mobilitas masyarakat atau disebut 5M. Selain itu, lemahnya pemerintah dalam menerapkan program 3T (Tracing, Testing dan Karantina). Sehingga kasus Covid-19 di negara ini semakin menggila. Adapun keadaan di negeri ini setiap harinya kasus Covid-19 terus bertambah. Per tanggal 31 Juli 2021 kasus positif sejak munculnya Covid-19 sudah mencapai 3.409.658 kasus, meninggal mencapai 94.119 orang dan sembuh mencapai 94.119 orang. (Merdeka.com).
Sungguh, banyaknya kasus Covid-19 yang melanda negeri ini semenjak virus itu ada hingga per 31 Juli 2021 menunjukkan penguasa tidak serius dalam menangani kasus Covid-19. Hal tersebut terlihat dari sikap penguasa yang selalu bergonta-ganti dalam mengambil kebijakan dan setiap kebijakan yang dikeluarkan adalah mementingkan aspek ekonomi. Semenjak awal pandemi pemerintah mengeluarkan kebijakan mulai dari PSBB, PSBB transisi, PPKM Darurat hingga PPKM 4 level. Pemerintah pun melakukan pelonggaran terhadap kebijakan yang ditentukan seperti: sekolah tatap muka, masuknya TKA, pembukaan tempat wisata dan kegiatn perekonomian masyarakat. Maka, patut dipertanyakan bahwa dapatkah pandemi Covid-19 menghilang di negeri ini?
Diakui atau tidak bahwa hilangnya pandemi Covid-19 di negeri ini hanyalah ilusi. Jikalau, penguasa masih terlihat “santai” dalam menangani pandemi ini. Rakyatpun hanya bisa bermimpi dapat hidup normal seperti sedia kala. Perekonomian negara juga terancam tidak stabil sehingga angka kemiskinan semakin tinggi. Bahkan akan bertambah banyak lagi nyawa rakyat yang melayang akibat pandemi ini. Padahal Rasulullah mengatakan nyawa seorang muslim sangat berharga daripada dunia. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda: “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim tanpa hak.” (HR. Nasai 31187, Tirmidzi 1455, dan dishahihkan al-Albani). Semua itu terjadi tentu tidak lepas dari sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini yakni mengedepankan materi daripada keselamatan rakyat.
Islam adalah agama yang mampu menyelesaikan persoalan kehidupan manusia termasuk ketika terjadi wabah. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, pernah terjadi wabah Amwas. Beliau langsung menerapkan apa yang telah disampaikan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab shahih muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pada waktu itu khalifah Umar juga meriayah sebaik mungkin warganya yang diisolasi dengan mencukupi kebutuhan hidupnya. Bagi yang sakit, maka mereka dirawat hingga sembuh dengan biaya ditanggung oleh negara. Bagi wilayah yang tidak terkena wabah, mereka dapat beraktivitas seperti biasanya dan menerapkan protokol kesehatan sebagai langkah preventif.
Maka dari itu, sudah seharusnya kita mengambil Islam sebagai solusi dalam mengatasi pandemi ini. Yakni, dengan menerapkan sistem Islam atau khilafah. Dengan khilafah, maka pandemi ini Insya Allah dapat terselesaikan dengan baik karena merujuk pada syariah Islam. Sebaliknya, marilah kita bersegera meninggalkan sistem kapitalisme. Sistem tersebut terbukti tidak mampu mengatasi masalah kehidupan manusia karena berasal dari aturan buatan manusia yang serba lemah dan lebih mengedepankan nafsu. Lebih dari itu, ketika kita mengambil Islam sebagai solusi permasalahan kehidupan niscaya keberkahan hidup akan kita rasakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al ‘Araf ayat 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkat dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Wallahu’alam Bisshowab.
Views: 5
Comment here