Opini

Indeksmu Hanya Angka Bukan Realita

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ummu Hannun

wacana-edukasi.com– Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bandung terus ditingkatkan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung terus melakukan berbagai upaya dengan meningkatkan indikator-indikator pendidikan, dan daya beli agar IPM di Kabupaten Bandung bisa terus meningkat. Menurut Bupati Bandung Dadang Supriatna, bahwa saat ini IPM Kabupaten Bandung telah naik dari yang semula 72,39 poin menjadi 72,73 poin. Dengan demikian, berarti IPM Kabupaten Bandung telah mengalami peningkatan sebesar 0,34 poin selama pemerintahan BEDAS berlangsung dalam kurun waktu 9 bulan ( Indokliknews, 15/3/2022 )

Untuk meningkatkan daya beli, Pemkab Bandung telah menggelontorkan dana awal sebesar Rp 40 miliar yang merupakan pinjaman bergulir tanpa bunga untuk para pelaku usaha kecil di Kabupaten Bandung. Dan angka ini akan ditambah sebesar Rp 20 miliar sehingga total Rp60 miliar jika berhasil berkembang. Dana ini akan disalurkan melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kertaraharja serta BJB.

Dalam bidang pendidikan, Pemkab Bandung telah membangun beberapa infrastruktur sekolah sebanyak 23 unit SLTP dan SLTA. Dalam upaya meningkatkan IPM Pemkab Bandung mencanangkan wajib sekolah minimal 10 tahun.

Sementara peningkatan IPM dalam bidang kesehatan, Pemkab Bandung telah membangun Rumah Sakit Daerah (RSUD) Kertasari dan Cimaung. Jika indikator-indikator ini berhasil dilaksanakan maka bukan tidak mungkin harapan peningkatan IPM pada tahun 2023 akan mencapai 73,78 poin.

Dalam bidang industri, Pemkab Bandung telah mengeluarkan kebijakan untuk tidak terlalu memperketat serta memudahkan perizinan bagi para pelaku industri. Pemkab juga mewajibkan konsep penta-helix atau multipihak.

Konsep penta-helix atau multipihak yaitu manakala unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media berkolaborasi dan berkoordinasi serta berkomitmen dalam pengembangan inovasi pengetahuan dengan potensi untuk dikapitalisasi atau ditransformasi menjadi produk serta jasa yang memiliki nilai ekonomis.

Dadang Supriatna mengklaim bahwa semenjak diterapkannya konsep Penta-helix, seiring laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari minus 1,87% menjadi +3,48%,” maka angka pengangguran pun berkurang selama pemerintahan BEDAS (detikJabar.com, 17/3/2022)

Sungguh pencapaian yang patut diacungi jempol. Namun, apakah pencapaian ini sesuai dengan kenyataan di lapangan? Apakah angka-angka yang dijadikan tolak ukur peningkatan IPM itu benar-benar merupakan sebuah pencapaian yang nyata, ataukah hanya sebatas jumlah bilangan yang tertera.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga Human Develop Indeks (HDI) dijadikan patokan untuk mengukur kesejahteraan suatu negara sejak tahun 1990 dan pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Program ( UNDP ). IPM adalah indeks gabungan dari tiga indikator, yang menggambarkan tiga pilihan substansi agar manusia dapat memperoleh umur yang panjang, mendapatkan pengetahuan dan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhannya.

Namun pada kenyataannya jika kita melihat yang terjadi di lapangan peningkatan IPM ini masih belum merata dirasakan oleh masyarakat. Buktinya masih banyak anak yang tidak bisa merasakan pendidikan gratis dikarenakan daya tampung sekolah negeri yang terbatas sehingga terpaksa harus membayar biaya pendidikan mereka yang mahal di sekolah swasta. Bahkan, banyak anak yang putus sekolah karena tidak punya biaya dan akhirnya ikut terjun mencari nafkah demi membantu kedua orang tuanya.

Sementara dalam bidang kesehatan, masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan gratis atau murah. Adanya BPJS pun tidak banyak membantu, dan akhirnya banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pengobatan disebabkan biaya pengobatan yang mahal.

Setali tiga uang dengan indikator diatas dalam bidang Industri nyatanya masih banyak para pelaku industri yang kesulitan untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat juga tidak menjamin orang mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Nyatanya, di luar sana tingkat pengangguran masih tinggi.

Tidak adanya perhatian terkait program bagi masyarakat miskin, membiarkan orang miskin tetap miskin,bahkan ada yang sampai mati kelaparan akibat gizi buruk. Walaupun berbagai infrastruktur telah dibangun namun nyatanya masih banyak orang yang kesulitan mengakses fasilitas-fasilitas yang disediakan pemerintah.

Dan pada akhirnya pencapaian angka-angka dan berbagai infrastruktur yang dibangun tidak bisa meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat. Karena butuh lebih dari sekedar angka dan bangunan untuk meningkatkan IPM yang sesungguhnya.

Pada dasarnya pengukuran yang dilakukan hanya mengukur daripada segi materialnya saja. Sementara dari segi spiritualnya belum dapat diketahui, karena sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini selalu dan selalu hanya mengukur segala sesuatu dari aspek material saja tanpa memperdulikan aspek spiritualnya.

Sementara dalam Islam pemenuhan kebutuhan dasar merupakan prioritas utama agar dapat memelihara lima maslahat pokok yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Islam menempatkan manusia sebagai pelaku utama dalam kehidupan yang bertindak sebagai subjek sekaligus objek. Karena itu setiap individu berhak untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan eksistensinya sebagai khalifah di dunia ini. Islam mengatur tentang pengembangan manusia dalam al-qur’an Surat Al-Baqarah ayat 201
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
Ayat di atas menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan kebaikan maka aspek moral, spiritual, material, sosial dan ekonomi tidak boleh dipisahkan agar tercapai pembangunan sosial ekonomi Islam.

Oleh karena itu Islam merupakan satu-satunya solusi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang unggul. Karena sistem pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang tidak hanya cerdas dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi saja namun juga kaya iman dan takwa.

Sistem Islam sukses membangun manusia yang unggul dari segi aspek pola fikir (akliyah) serta aspek pola sikap (nafsiyah) yang akan melahirkan sosok ilmuwan yang cerdas dan berkepribadian baik. Bukan seperti ilmuwan yang dihasilkan Kapitalisme yang hanya mampu mencetak ilmuwan yang cerdas saja tapi gagal menghasilkan manusia berkepribadian mulia.

Para ilmuwan Islam akan mendedikasikan kecerdasaan ilmunya untuk negara. Dedikasi ilmu yang diberikan para ilmuwan untuk kemaslahatan umat itulah yang nantinya digunakan untuk menciptakan berbagai hal yang bermanfaat bagi rakyat dan negara. Dan atas semua jerih payah para ilmuwan negara akan memberikan penghargaan yang tinggi untuk semua sumbangsih ilmu, penemuan serta tekhnologi yang mereka ciptakan.

Jadi, untuk menghasilkan SDM yang unggul diperlukan gabungan antara sistem pendidikan dengan basis akidah Islam dengan sistem politik dan ekonomi yang menyejahterakan agar tercipta manusia-manusia yang berkualitas dalam bidang agama, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Karena SDM yang unggul itu adalah generasi yang cerdas akalnya, kuat imannya serta mulia akalnya. Generasi seperti inilah yang akan menjadi indikator naiknya IPM yang sesungguhnya bukan hanya angka belaka. Dan hanya dengan menerapkan syari’ah Islam dalam bingkai Khilafah maka semua itu dapat terwujud. Wallahu’alam bishawwab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here