Oleh: Ira Rahmatia
Wacana-edukasi.com — Indonesia kembali berduka. Awal tahun 2021 kita dikejutkan dengan berbagai bencana yang tak terduga. Dimulai dari jatuhnya salah satu pesawat pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Perairan Kepulauan Seribu pada 9/1/2021 lalu yang mengangkut 62 orang termasuk awak dan penumpang. Lalu bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa barat yang menelan puluhan korban jiwa, dan juga terjadi banjir dan longsor di Manado, Sulawesi Utara pada 16/1/2021.
Tak ketinggalan terjadi banjir di Kalimantan Selatan yang merendam puluhan ribu rumah warga hingga ketinggian 2-3 meter, juga bencana alam berupa gempa yang melululantahkan berbagai bangunan yang ada di Mamuju, Sulawesi tengah.
BPD Kalsel merilis data harian sampai pada tanggal 14 Januari 2021 tercatat ada 57 peristiwa banjir sejak awal tahun dengan 67.842 warga terdampak (Suara.com). Dari total korban yang meninggal di sebutkan mencapai 20 orang.
Di lansir dari Cnbcindonesia.com, dari total luas wilayah 3,7 juta hektar Kalimantan Selatan hampir 50 persennya sudah dibebani izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
Adapun laporan tahun 2020 saja sudah terdapat 814 lubang tambang milik 157 perusahaan batu bara yang masih aktif bahkan ditinggal tanpa reklamasi, sedang Direktorat Jenderal Perkebunan (2020) mencatat, luas lahan perkebunan sawit di Kalimantan Selatan mencapai 64.632 hektar (Kompas.com).
Ini menyebabkan daya tampung daya dukung lingkungan di wilayah tersebut dalam kondisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis kata Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono (15/1/2021).
Bencana alam adalah hal di luar kuasa manusia. Kerusakan yang ditimbulkannya pula tak dapat elakkan, tetapi bencana tak lain datang karena ulah tangan manusia sendiri. Kalimantan yang dulunya terkenal sebagai paru-paru dunia kini menjadi peluang bagi para taipan untuk mengeruk kekayaan alam guna mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
Di sistem kapitalis ini dimana kebebasan (liberal) menjarah sumber daya alam tak lagi dipersulitkan bahkan seringkali dengan alasan pertumbuhan ekonomi korporasi bekerjasama dengan birokrasi. Jelas saja, tak mungkin korporasi bisa dengan leluasa membakar hutan-hutan tanpa adanya izin dari penguasa. Penguasa akan selalu mempermudah izin alih fungsi lahan sebagai konsekuensi penerapan sistem kapitalis sekuler.
Sayangnya, dalih-dalih untuk memajukan ekonomi tak pernah terlihat oleh mata, bahkan hutang luar negeri bertambah dari tahun ke tahun. Tragisnya, wilayah yang menjadi lahan tambang, kerapkali menjadi tumbal karena keserakahan para penguasa. Seperti yang terjadi saat ini, dampak pengerukan lubang tambang tanpa reklamasi membuat daya serap tanah berkurang, begitupun lahan kelapa sawit yang berjumlah hingga puluhan ribu hektar mengakibatkan deforestasi (hilangnya hutan akibat kegiatan manusia) yang semakin masif mendorong terjadinya iklim yang dapat berpengaruh besar pada curah hujan ekstrem. Akibatnya curah hujan yang tinggi mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah karena kemampuan resapan air sangat kurang.
Akibat keserakahan manusia, bencana lain pun terjadi seperti pada 14/1/2021, terjadi gempa bumi yang mengguncang kawasan Majene, Mamuju Sulawesi Barat pada dengan magnitude 5,9 dan gempa susulan pada 15/1/2021 dengan 6,2 magnitudo. Komandan Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Sulawesi Barat Brigadir Jenderal TNI Firman Dahlan menyebutkan bahwa jumlah korban yang meninggal akibat gempa tersebut sebanyak 90 orang dengan rincian di Kabupaten Mamuju 79 orang, dan Kabupaten Majene 11 orang.
Sesungguhnya dengan segala peristiwa di awal tahun ini adalah qada Allah Swt. yang kita harus sabar dan rida terhadapnya, juga merupakan bentuk kasih sayang Allah agar manusia menyadari kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar.
Dalam Surah Ar-Rum ayat 41 Allah Swt. berfirman,
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Dalam Islam, telah diatur dengan jelas pengelolaan harta kepemilikan umum, sehingga bisa menyejahterahkan rakyat. Tidak serta merta memberikan keleluasaan terhadap asing untuk mengelolahnya. Islam akan mengelola lingkungan, menyerasikan pembangunan dengan karakter alam dan negara akan bertanggung jawab untuk melindungi rakyat dari bencana.
Islam Rahmatan Lilalamin
Islam akan menjadi rahmat ketika aturan-aturannya diterapkan dalam kehidupan. Menjadi berkah ketika Islam memiliki pemimpin yang menjalankan syariat Islam sesuai Al-Qur’an dan As-sunah dalam kehidupan bernegara, tak sebatas menganggap Islam sebagai agama ritual yang tak boleh masuk ke dalam negara dan mengatur kehidupan masyarakat. Khilafah menjadi sebuah sistem yang di nanti untuk menyelesaikan segala permasalahan umat saat ini.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf: 96)
Wallohualam bishowab
Views: 1
Comment here