Oleh Wida Nusaibah
(Penulis dan Pemerhati Masalah Global)
Wacana-edukasi.com — Indonesia berduka! Sebagaimana diberitakan bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam sejak Sabtu (24/4/2021) saat berlatih di perairan utara Bali pada Rabu (21/4/2021).
Kemudian pada Minggu (25/4/2021), titik keberadaan kapal tersebut diketahui berdasarkan kontak bawah air yang dilakukan oleh KRI rigel dibantu kapal milik Singapura MV Swift Rescue.
KRI Nanggala-402 ditemukan ada di kedalaman 838 meter dalam kondisi terbelah menjadi tiga bagian dan seluruh awak kapal yang berjumlah 53 orang dinyatakan gugur. (Kompas, 27/04/21).
Prediksi Tenggelamnya Nanggala-402
Analisis awal tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 lebih pada faktor alam. Itu dinyatakan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono. Dia mengatakan dari sejumlah laporan awal penyebab tenggelamnya kapal selam buatan Jerman itu bukan karena kesalahan manusia maupun black out atau mati listrik. Hal tersebut lantaran kapal itu telah menjalani semua sesuai prosedur yang berlaku (Kontan.Co.Id, 26/04/21)
Segala musibah yang terjadi adalah karena izin Allah sesuai ketetapan yang tak bisa diubah oleh manusia. Dalam surat At- Taghabun ayat 11 Allah berfirman yang artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Namun, ada ungkapan berbeda yang disampaikan oleh seorang analis pertahanan utama di Janes, Ridzwan Rahmat. Dia mengungkapkan bahwa Kapal selam KRI Nanggala-402 sudah terlalu tua karena berusia sekitar 40 tahun. Sedang usia seharusnya hingga 25 tahun. Selain itu juga dinilai kelebihan muatan yakni memuat 53 ABK. Sementara kapasitasnya maksimal 40 orang (Sindonews.com, 25/04/21).
Pengadaan Alutsista dalam Kapitalisme
Untuk kesimpulan akurat terkait penyebab tenggelamnya kapal selam Nanggala-402 harus menunggu hasil investigasi dari pihak terkait. Namun dari insiden tragis ini bisa diambil pelajaran melalui analisis-analisis di atas.
Jika penyebabnya adalah faktor alam dan murni sebagai takdir Allah tanpa ada unsur kelalaian manusia, tentu semua pihak harus menerima dengan ikhlas dan tabah. Kemudian pihak-pihak berwenang tetap meningkatkan usaha untuk antisipasi dini demi mencegah hal serupa terjadi. Maka diperlukan teknologi terkait untuk memperkirakan kondisi alam laut yang akan terjadi.
Kemudian jika penyebabnya adalah karena kelalaian manusia, maka harus dibenahi kualitas SDM angkatan laut yang ada. Selain itu juga harus dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi dan usia kapal.
Dengan demikian, tragedi tenggelamnya kapal selam Nanggala-402 harus dijadikan sebagai alarm dalam mengadakan alat utama sistem senjata (Alutsista) terbaik demi pertahanan negara. Peremajaan alutsista harus dilakukan seiring maintaince rutin yang tak boleh dilewatkan.
Keberadaan alutsista yang sudah tua menunjukkan kurangnya perhatian atau kelalaian pihak berwenang dalam bidang maritim. Hal ini dapat dimaklumi karena anggaran yang dibutuhkan memang cukup besar untuk mewujudkan sebagai negara maritim.
Bicara anggaran tentu berkaitan dengan sistem ekonomi yang diadopsi negeri ini. Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan negara justru kekurangan pos pemasukan karena banyak usaha negara yang malah dikuasai swasta maupun pihak asing. Selain itu juga karakteristik sistem yang suka menjebak negara dengan cara memberi utang luar negeri berbasis bunga/riba.
Pengadaan Alutsista dalam Islam
Sebagai negeri muslim terbesar di dunia dan sebagai negeri yang melek sejarah sudah pasti paham terkait bagaimana masa kejayaan Islam dahulu dalam menjaga pertahanan wilayah lautnya. Masa kekhilafahan yang bisa dibilang belum mengalami kecanggihan teknologi seperti sekarang ini tetapi sudah bisa memiliki perlengkapan maritim yang kuat. Hal itu harusnya dijadikan contoh agar negara tidak terkendala dalam hal pembiayaan.
Sebagai contoh, Sultan Salahuddin al Ayubi (1170 M) membuat elemen-elemen kapal di galangan kapal Mesir, lalu membawanya dengan unta ke Pantai Syria untuk dirakit. Dermaga perakitan kapal ini terus beroperasi untuk memasok kapal-kapal dalam pertempuran melawan pasukan Salib. Kemudian Sultan Muhammad al-Fatih menggunakan kapal yang diluncurkan melalui bukit saat menaklukkan Konstantinopel.
Diketahui juga bahwa di masa kekhilafahan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mengharamkan penyerahan aset umum kepada individu, perusahaan, apalagi pada kaum kafir. Negara harus mengoptimalkan pengelolaan SDA dan aset umum agar hasilnya mampu menyejahterakan rakyat dalam seluruh lini kehidupan. Hal itu termasuk untuk pembiayaan pengadaan alat pertahanan yang dibutuhkan negara.
Dengan menerapkan sistem ekonomi Islam maka negara akan memiliki banyak pos pemasukan. Hal itu akan menjadikan negara mampu berdiri sendiri tanpa bayang-bayang utang luar negeri. Oleh karena itu sudah saatnya negara menoleh dan meneladani pemimpin Islam di masa lalu yang terbukti mampu mewujudkan negara maritim yang kuat disokong oleh kuatnya perekonomian negara. Hal tersebut hanya akan terwujud jika aturan Islam diterapkan.
Teriring doa bagi para korban tenggelamnya kapal selam Nanggala-402 kalian meninggal husnul khatimah di bulan suci Ramadan ketika bertugas demi negara, insyaAllah syahid!
Rasulullah bersabda: “Barang siapa terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena penyakit kolera juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid. Orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam bishshawab.
Views: 2
Comment here