Oleh Jihan Ainy (Aktivis BMI Community)
Track record kebijakan justru lebih condong pada pemulihan ekonomi dibanding Kesehatan.
Wacana-edukasi.com — Indonesia dirundung kesedihan dengan kasus Covid-19 terus melonjak. Hingga 4 Juli lalu, total kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Indonesia yaitu sebanyak 2,31 juta dengan 61.140 korban meninggal. DIkutip dari kompas.com Rekor kasus tertinggi per hari tercatat sebanyak 29.745 kasus baru covid-19 yang terjadi Senin (5/7/2021) lalu.
Tak hanya itu, kasus meninggal akibat covid-19 juga mencatatkan rekor baru yaitu 558 kasus kematian dalam 24 jam terakhir . Rekor yang sama sekali bukan hal yang membanggakan. Peningkatan kasus covid-19 yang kian mengganas diduga terjadi karena masuknya varian baru di Indonesia, yaitu varian delta, lambda, kappa.
Sayangnya di tengah kasus lonjakan covid-19, kondisi nakes dan fasilitas kesehatan tak jauh merana pula. Anggaran kesehatan justru seret dan kian membengkak. Diketahui bahwa Kemenkes menyatakan sedang berupaya menuntaskan tunggakan klaim rumah sakit rujukan covid-19 dengan total tunggakan yang belum dibayar pada tahun anggaran 2020 mencapai Rp 22,08 triliun. Tunggakan tersebut belum juga tuntas terbayar lantaran regulasi yang cukup rumit. penyaluran anggaran melewati sejumlah proses di antaranya adalah review dengan BPKP. Review dengan BPKP ini kata dia dilakukan dengan sekitar 1.500 RS yang melakukan klaim covid-19 (tirto.id).
Semakin miris dengan kondisi tenaga Kesehatan (nakes) yang selama ini menjadi garda terdepan covid justru macet insentifnya, terutama untuk nakes yang berada di daerah. Insentif nakes bahkan ada yang belum dibayarkan sejak bulan Oktober-Desember 2020. Padahal pasien terus membludak dan banyak rumah sakit yang overload. Keterlambatan turunnya insentif tersebut lantaran pihak penyalur juga belum memiliki data pasti mengenai jumlah nakes yang terlibat dan dimungkinkan ada kesalahan dari rumah sakit atau dinas Kesehatan selama proses pengajuan (detik.com). Di sisi lain, pemerintah masih punya hutang juga kepada jaringan hotel penyedia layanan bagi pasien covid-19 tanpa gejala dan akomodasi nakes di dalamnya.
Menanggapinya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berdalih tengah menunggu audit untuk menyelesaikan tunggakan kepada hotel penyedia layanan isolasi (tempo.co). Lagi-lagi permasalahan tersebut karena birokrasi yang begitu rumit.
Ironi Anggaran, Akibat Ketidakseriusan Menangani Pandemi
Sejak awal, pemerintah memang tidak pernah terlihat serius untuk fokus pada pemulihan kesehatan dan keselamatan rakyat. Track record kebijakan justru lebih condong pada pemulihan ekonomi dibanding Kesehatan. Pemerintah mengkambinghitamkan libur lebaran sebagai alasan dibalik melonjaknya kasus covid-19 di samping munculnya varian baru.
Padahal bila ditelisik lebih lanjut, ketidakjelasan kebijakan pemerintahlah yang justru menjadi penyebabnya. Mudik dilarang tapi situs wisata masih dibuka, bandara International terus mendatangkan turis, dan sektor hiburan diperbolehkan beroperasi.
Seolah baru tersadar, beberapa hari lalu presiden menegaskan bahwa ekonomi tidak akan bisa selesai bila kesehatan belum selesai karena sudah jelas isu utama disini adalah Kesehatan (kompas.com). Artinya, penyelamatan nyawa, baik pasien maupun nakes, serta masyarakat secara menyeluruh yang seharusnya menjadi prioritas.
Anggaran mengutamakan penyediaan pelayanan kesehatan yang sigap siaga dan tanpa komersialisasi serta nakes dipenuhi haknya. Mobilitas dibatasi dengan tegas melalui kebijakan seperti lockdown untuk menghentikan laju penyebaran. Sayangnya, hingga kini pemerintah belum berani ambil keputusan untuk mendahulukan kesehatan dibanding ekonomi. Padahal sudah banyak kalangan epidemiolog dan praktisi kesehatan yang meminta pemerintah tarik rem darurat untuk melakukan PSBB hingga lockdown.
Solusi Hakiki, Solusi dari Sang Maha Pengatur Kehidupan
Sejatinya, virus SARS-COV 2 adalah makhluk Allah yang memiliki khasiat tertentu. Kemunculan dan akibat dari khasiatnya juga tentulah ketentuan Allah Swt. Covid-19 dengan khasiatnya adalah bagian dari qadar yang Allah ciptakan. Dengan kadarnya itu, manusia memiliki posisi untuk melakukan ikhtiar dalam menghadapinya. Selain ikhtiar fisik dengan menjalankan protokol Kesehatan dan memperkuat imun tubuh, terus-menerus kita harus menguatkan hubungan dan perlindungan dari Allah. Karena Allah-lah yang menurunkan virus ini dan juga Allah-lah yang kelak akan mengangkatnya.
Penjagaan individu tentunya juga belum cukup bila lingkungan maupun masyarakat belum memiliki pandangan yang sama dalam menanggapi fenomena covid-19. Islam memandang bahwa nyawa seorang muslim lebih berharga daripada perkara dunia, Rasulullah saw. bersabda, “Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (HR. An-Nasa’i). Namun, kini berjuta jiwa telah jatuh. Hal ini harus menyadarkan kita sebagai muslim untuk saling menjaga satu sama lain. Menjaga diri dan masyarakat dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt.
Jelaslah masyarakat membutuhkan penanganan pandemi terbaik dari Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Kebijakan harus dikembalikan kepada bagaimana Islam mengatur kehidupan manusia. Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.” (HR Muslim)
Konsep lockdown syar’i ini begitu manusiawi karena melindungi kesehatan dan kehidupan insan, di samping konsep kunci bagi pemutusan rantai penularan secara cepat. Sebab, bila hanya melakukan screening epidemiologi, contact tracing (penelusuran kontak), perawatan dengan menyertakan physical distancing, tetapi tidak melakukan penguncian wilayah wabah sesegera mungkin, wabah akan meluas secara cepat seperti yang kita saksikan hari ini.
Namun, pemberlakuan lockdown syar’i tidak dapat dilakukan dalam sistem kapitalme karena arah pandang utama sistem ini adalah materi. Sehingga, sudah saatnya kembali kepada pangkuan kehidupan Islam, yakni Daulah Islam adalah kewajiban syar’i dan kebutuhan mendesak.
Wallohualam bishowab
Views: 4
Comment here