Opini

Ironi, Bocah SD Gantung Diri

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Emmy Harti Haryuni

wacana-edukasi.com, OPINI– Duka yang memilukan masih menyelimuti ayah dan ibunya. Karangan bunga dan ucapan bela sungkawa dari sekolah sang anak dan dinas pendidikan belum mengering. Masih membasah kesedihan orangtuanya karena belum genap 40 hari sang anak ditemukan tewas gantung diri di kamarnya.

Tragis, itulah yang menimpa bocah SD sebuah sekolah di Pekalongan. Setelah siang dilarang main Hp, si bocah marah dan masuk kamar lalu tidak keluar lagi. Saat hendak dibangunkan sore harinya agar berangkat mengaji, sang bocah sudah tak bernyawa dalam kondisi tergantung selendang di kamarnya. Kasatreskrim Polres Pekalongan membenarkan telah terjadi kasus bunuh diri pada seorang anak SD. (Detik.com, 23 November 2023)

Itulah potret buram generasi cilik, ingusan, yang masih bau kencur. Usia SD adalah usia yang penuh dengan keasyikan bermain. Belum ada beban hidup karena masih ditanggung penuh orangtua. Tapi mengapa terjadi kasus gantung diri pada anak SD hanya karena hal remeh-temeh dilarang bermain hp. Sedemikian rapuhnya kah generasi sekarang, inikah generasi strowberi yang rapuh jiwanya?

Betapa sangat jauh dengan generasi di masa dahulu kala. Di mana rakyat negeri ini memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih baik. Memiliki akhlak mengutamakan orang lain, gotong royong, tolong-menolong, teposeliro, kerja keras, tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya. Menciptakan suasana yang saling menjaga sesamanya dalam suasana sulit sekalipun.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) memaparkan hasil studi yang mengejutkan. Bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, I-NAMHS menyungkap satu dari tiga anak remaja Indonesia dirundung problem kesehatan jiwa. Lebih dari itu, satu dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Data tersebut setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja dalam golongan ini terdiagnosis mengalami gangguan mental sesuai standar panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, secara global satu dari tujuh anak berusia 10-19 tahun mengalami gangguan jiwa. Bahkan bunuh diri sudah menjadi penyebab utama kematian ke-empat tertinggi bagi kalangan berumur 15-29 tahun.

Terbukti, pembangunan yang hanya berorientasi materi dalam negara kapitalis telah mengesampingkan pembangunan jiwa rakyat. Padahal pada lagu kebangsaan Indonesia raya yang sering berkumandang di sentero negeri ini jelas terdengar syair “..bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia raya..”.

Bahwasannya dari penggalan lirik Indonesia rasa tersebut mengisyaratkan agar pembangunan negara Indonesia mengutamakan pembangunan jiwa terlebih dahulu. Bukan seperti yang terjadi saat ini. Pembangunan fisik infrastruktur jor-joran dibangun dengan megaproyek dimana-mana. Padahal akhirnya banyak infrastruktur yang terbengkalai dan proyek pembangunannya ngadat. Sementara tak terhitung uang rakyat yang sudah digelontorkan.

Sementara sisi lain, pembangunan jiwa rakyat terbengkalai. Penghuni rumah sakit jiwa yang terus bertambah. Kasus bunuh diri pun kini sering mengisi rubrik utama berbagai media masa. Stres, depresi, skizofrenia, gangguan kepribadian, hingga gangguan jiwa menjadi penyakit yang banyak dialami rakyat. Betapa pembangunan fisik infrastruktur tidak berbanding lurus dengan kemashlahatan jiwa rakyat.

Hal ini makin diperparah dengan kesulitan akses pelayanan kesehatan jiwa bagi rakyat. Biro-biro konseling yang disediakan nyatanya tidak membawa hasil yang signifikan bagi kesehatan jiwa rakyat. Belum lagi layanan konsultasi kesehatan jiwa berbayar dengan nominal yang tidak murah. Pendidikan dalam sistem sekuler tidak mampu mewujudkan kepribadian hebat.

Negara Bertanggungjawab Menjaga Kesehatan Jiwa dan Raga Rakyatnya

Rasulullah ﷺ bersabda:

الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Imam adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al-Bukhari).

Paradigma Islam memandang bahwa pemenuhan kebutuhan Kesehatan baik jiwa maupun raga rakyat adalah dalam jaminan negara. Artinya negara menjamin rakyatnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik jiwa maupun raga.

Professional, kemudahan, dan kecepatan pelayanan adalah prinsip pelayanan publik yang diberikan negara yang berlandaskan Islam. Jadi jauh dari prinsip kapitalisme yang mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecil. Akhirnya pelayanan kesehatan rakyat ini menjadi tidak murah bahkan mahal dan sulit didapat.

Telah terbukti dalam catatan sejarah. Telah terukir dengan tinta emas di masa kejayaan. Dalam peradaban Islam-lah pertama kali dibangun rumah sakit jiwa. Menunjukkan bahwa kesehatan jiwa rakyat adalah hal yang sangat dijaga oleh negara. Segala biaya untuk pendanaan pelayanan kesehatan jiwa diperoleh dari baitul mal. Sehingga rakyat tidak dibebani biaya di luar kemampuannya.

Dalam masa diterapkannya Islam dalam kehidupan, tersedianya pelayanan rumah sakit secara mudah, cepat, gratis, dengan tenaga profesional adalah puncak kejayaan yang dialami kaum muslimin. Di samping jaminan kebutuhan hidup yang diberikan rakyat. Oleh karena itu berita kesejahteraan dan tak ada rakyat miskin menjadi adalah bukan mimpi tetapi adalah sebuah kenyataan. Hampir semua kota besar di masa itu telah memiliki rumah sakit yang disediakan negara bagi rakyatnya.

Islam juga menjadi benteng penjagaan rakyat dari segala paparan konten yang bisa merusak jiwa anak. Media-media sosial yang membawa konten yang berpotensi merusak jiwa dan kepribadian rakyat akan diblokir negara bahkan diberi saksi tegas. Diganti dengan konten yang berisi tsaqofah Islam untuk memperkuat akal dan jiwa rakyat.

Islam juga mewajibkan orangtua menjalankan perannya mengasuh dan mendidik anak dengan berdasar aqidah Islam. Sehingga terbentuk pribadi-pribadi umat yang kokoh jiwa dan raganya. Sehingga jihad dan mati syahid menjadi cita-cita dan impian generasi mudanya. Sungguh sangat jauh dari generasi stres, depresi, lain sebagainya. Generasi kokoh inilah yang akan menaklukkan Roma di masa depan.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here