Oleh: Ummu Nazriel
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
wacana-edukasi.com, Surat PEMBACA– Mengutip CNN Indonesia, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Theofransus Litaay menyebut dalam kurun waktu 10 tahun prioritas pembangunan Papua banyak membawa perubahan dan kebersihan.” Paling timur Indonesia itu.
Menurutnya, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Papua pada 2010 mencapai 54,45 persen. Angka itu meningkat menjadi 61,39 di 2022, sedang IPM Papua barat pada 2010 mencapai 59, 60 yang kemudian naik menjadi 65,89 pada 2022. Sementara tingkat kemiskinan mengalami penurunan signifikan. Yakni dari 28,17 persen di Maret 2010 di Papua menjadi 26,56 persen di 2022.
Survei di atas merupakan deretan sebuah angka, sedang fakta dan realitanya nampaknya masih tetap jauh dari kata layak. Keadaan masyarakat di Papua sebagian besar hidup dalam keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, kesenjangan kesehatan yang buruk serta pendidikan yang tidak merata dan memadai masih banyak dijumpai.
Seperti yang kita tahu, Papua adalah tempat yang kaya akan sumber daya alamnya (SDA) namun atas nama kerja sama, kapitalis mengelabui kondisi dengan gambaran deretan angka-angka.
Realita SDA berlimpah mustinya berdampak pada kondisi masyarat setempat hingga bisa merasakan hasil alamnya, hidup dalam kesejahteraan, makmur dan semua kebutuhan sandang, pangan, papan terpenuhi dengan layak.
Hanya saja berharap pada sistem ekonomi kapitalis liberal yang nampak dari pengaturan kebijakan negeri ini, justru lebih berpihak pada para pemodal dan penguasa hingga begitu mudah memonopoli kekayaan alam negeri ini. Sementara kondisi masyarakat ibarat mati di atas lumbung padi dan ikan selautan.
Begitu banyak bukti sistem buatan manusia ini tidak mampu menyelesaikan persoalan masyarakat dengan tuntas. Maka selayaknya umat Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ini kembali merenungi, apakah Allah menciptakan manusia dan membiarkannya begitu saja? Ketika ada persoalan dan kesulitan dibiarkan untuk mencari solusi sendiri, ataukah diberikan petunjukNya?
Dalam sejarah kegemilangan Islam, negara yang mewujudkan Islam sebagai pengatur kebijakan negara mampu memberikan kesejahteraan bukan hanya untuk penduduk yang beragama Islam tapi seluruh penduduk di negerinya yang beragam keyakinan. Jelas sudah bahwa Islam bukan sekedar agama ruhiyah, tapi sebuah mabda/ideologi yang bersumber dari pencipta manusia yaitu Allah SWT.
Negara Islam mengatur pemanfaatan SDA dikelola dan dimiliki oleh Negara. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Saw bersabda: “Tiga hal yang tidak bisa dimonopoli: air, rumput dan api ( H.R Ibnu Majah).
Negara Islam yang dikenal dengan istilah Khilafah mengelola sumber daya alamnya secara mandiri mencegah privatisasi oleh individu-individu lain. Kalaupun negara tidak mampu mengelola, negara bisa bekerjasama dengan pihak luar sebagai akod ijarah. Maka dengan pemanfaatan SDA yang tersistematis dijaga oleh negara, semua hasil kekayaan alam dikumpulkan di pos kepemilikan umum atau Baitul mal untuk didistribusikan sesuai kebutuhan rakyatnya.
Pemimpin Khilafah yang disebut sebagai Khalifah bertanggung jawab meriayah/ mengayomi rakyatnya dengan kebijakan yang bersumber dari perintah dan larangan Pencipta manusia Allah Swt.
Menyelesaikan persoalan di Papua misalnya, negara diwajibkan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk para kaum laki-laki dengan pekerjaan yang layak agar bisa menghidupi keluarganya. Privatisasi SDA jelas akan dicegah. Pendidikan merata dan layak diberikan ke seluruh penduduk negeri termasuk di Papua baik muslim ataupun non muslim.
Hasil kekayaan alam yang masuk wilayah dan dimiliki negara akan dimanfaatkan untuk kebutuhan rakyat setempat dan negara. Maka kehidupan sejahtera bukan lagi sebatas impian tapi bisa diwujudkan hingga dirasakan oleh seluruh penduduk setempat dan negeri. Sebagaimana dulu tercatat dengan tinta emas peradaban manusia dalam naungan negara Islam/ Khilafah mampu mensejahterahkan seluruh penduduknya.
Sejarah kepemimpinan Khilafah Abbasiyah, era pemimpin Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikisahkan dalam kurun waktu 3 tahun saja sudah bisa mengentaskan kemiskinan. Bahkan sampai benar-benar tidak menemukan orang yang berhak menerima zakat, maupun yang mau menerima bantuan dari Baitul mal. Begitu wara’ nya beliau/ menjaga kehati-hatian yang ternyata beliau sendiri orang yang berhak menerima zakat.
Indahnya kehidupan manusia dalam naungan Khilafah, seorang pemimpin (Khalifah) benar-benar menjalankan amanahnya dengan baik, mengkondisikan pemimpin juga masyarakatnya beriman dan bertakwa serta memiliki kesadaran dan keyakinan bahwa semua kebijakannya dan perbuatannya akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Khalifah mengemban amanah hanya mengharap pahala dan ridho dari Allah Swt.
Saudaraku semuanya, tidak rindukah kita dengan kehidupan Islam yang mampu mewujudkan kesejahteraan? Kehidupan yang penuh dengan rahmat dan keberkahan dariNya. Mari kita semangat berdakwah untuk memahamkan pada umat untuk kembali menerapkan Islam secara kaffah. Agar pertolongan Allah Swt. layak kita dapatkan.
Wallahua’lam bisshowab
Views: 5
Comment here