wacana-edukasi.com– Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak Islam dihina, seolah penguasa dan umatnya tidak bisa berbuat apa-apa, dan lebih parahnya lagi, para penghina Islam pun bebas begitu saja tanpa dikenakan sanksi tegas oleh negara, inilah potret sesungguhnya sistem buatan manusia yang sama sekali tidak dapat memberikan solusi tepat bagi segala problematika.
Baru-baru ini, LBH atau Lembaga Bantuan Hukum Pelita Umat menganalisis kasus cicitan Eko Kuntadhi di media sosial Twitter yang telah mengolok-olok ceramah ustazah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa dengan Ning Imaz. Eko Kuntadhi terindikasi dan memiliki potensi melecehkan tafsir ayat Al-Qur’an sehingga Eko pun dianggap sama saja telah melecehkan Al-Qur’an, karena pandangan Ning Imaz sejalan dengan pandangan para mufasir, salah satunya, Imam Ibnu Katsir (701-774 H).
Bukan itu saja, Eko Kuntadhi pun tergolong telah menghina dan merendahkan kredibilitas Ning Imaz yang memiliki memang otoritas untuk menjelaskan tafsir Al-Qur’an berdasarkan keilmuan yang dimilikinya, dan juga telah melanggar kehormatan pribadi. Dari sini Eko dapat dijerat pasal pencemaran dengan UU ITE (m.republika.co.id, 17/09/2022).
Jika diperhatikan, hal ini terus saja berulang. Menghina lalu dimaafkan, tidak ada sanksi tegas sama sekali. Aparat penegak hukum seolah tutup mata dan para penghina Islam seperti kebal hukum hingga dengan leluasa mengulangi kesalahannya dan menjamurnya tindakan serupa. Bila tidak ada proses hukum yang tegas atas tindakan yang dilakukan oleh Eko Kuntadhi, maka ini makin mengindikasi besarnya sokongan rezim juga sistem demokrasi terhadap penghina Islam.
Jika pun dikenakan sanksi, para penghina Islam ini seperti mendapat hukuman yang ringan dan sama sekali tidak memberikan efek jera, sehingga menghina Islam adalah hal yang biasa-biasa saja. Beginilah Watak Asli sistem demokrasi, penghina Islam bebas dari sanksi, negara terlihat tidak peduli. Sayangnya, umat muslim pun seolah diam saat agamanya dihina, tidak bisa berbuat apa-apa. Entah takut atau memang sudah tidak ada lagi rasa cinta kepada agamanya. Padahal, sebagai seorang muslim baik laki-laki ataupun perempuan wajib mencegah segala macam kemungkaran yang terjadi dan menyeru kepada kebaikan. Sebagai mana firman Allah di dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 104).
Sudah sangat jelas bahwa sistem yang diterapkan hari ini tidak dapat kita jadikan sandaran. Lihat saja betapa penguasa yang katanya beragama Islam, tetapi juga tidak bisa berbuat banyak untuk menghukum para penghina Islam. Ha ini disebabkan sistem pemerintahan buatan manusia yaitu demokrasi-kapitalisme yang berasas pemisahan agama dari kehidupan, memaksa para penguasa sekalipun mereka adalah seorang muslim untuk diam saja ketika Islam dihina, karena menganggap bahwa Islam tidak perlu dibela.
Padahal, membela agama-Nya adalah bukti bahwa kita seorang muslim yang taat dan cinta dengan Islam. Memang benar jika Islam dan Allah tidak butuh pembelaan dari kita, tetapi di situlah letak di mana posisi kita sebagai seorang muslim ketika Islam dihina, apakah kita menjadi kelompok yang diam saja, atau membela dengan apa saja yang kita punya demi meninggikan agama-Nya.
Maka, jika benar kita adalah umat muslim yang cinta dengan Islam, harusnya kita tidak diam saat Islam dihinakan. Memang benar sistem yang hari ini sedang diterapkan dan dijadikan pedoman kehidupan tidak akan pernah mampu menghukum para penghina Islam, sebab asasnya adalah pemisahan agama dari kehidupan. Untuk itu, kembalilah kepada sistem yang berasal dari Allah Swt. yang sudah terbukti mampu menghukum dan memberikan efek jera terhadap para penghina Islam, sehingga tidak ada lagi yang berani menghina dan merendahkan Islam seperti halnya hari ini.
Wallahualam bissawab.
Views: 9
Comment here