Surat Pembaca

Ironis, Penguasa Berpesta Saat Cianjur Berduka

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA — Acara ‘Nusantara Bersatu’ yang digelar relawan Jokowi, menyisakan sampah berserakan yang mengotori Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (26/11) (cnn.indonesia.com). Acara tersebut juga mengundang respon dari sesama elit politik.

Cuitan salah satu kader partai Demokrat, Taufik Rendusara, di akun Twitter pribadinya, menyebut bahwa acara tersebut sebagai pesta presiden di atas penderitaan rakyatnya. “Presiden pesta di atas duka rakyat. Suram!” ungkapnya, seperti yang dikutip Fajar dari unggahan Taufik Rendusara di akun Twitter pribadinya. Penderitaan rakyat yang dimaksud yakni kuburan korban gempa di Cianjur (WartaEkonomi.co.id).

Ketua panitia acara ‘Nusantara Bersatu’, mengklaim bahwa relawan yang hadir memadati stadion GBK mencapai 150 ribu orang. Mereka mengenakan kaos putih, membawa spanduk bertuliskan “Jokowi Tiga Periode”; “Manut Jokowi”; hingga “Jokowi 2024 Satu Komando”. Dalam acara tersebut juga dihadirkan beberapa selebritis, seperti Farel Prayoga, Ruth Sahanaya, Inul Daratista, Nasida Ria, Godbless, Ndarboy Geng, hingga Tipe X.

Perhelatan yang besar tersebut menampakkan sebuah pesta di atas duka gempa Cianjur. Sebagaimana diketahui, gempa berkekuatan 5,6 Mw dengan kedalaman 10 km melanda kabupaten Cianjur Jawa barat. Gempa pertama kali terjadi pada 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Gempa ini dirasakan hingga Bandung, DKI Jakarta, Tangerang, dan Lampung. Sampai tanggal 27 November 2022, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total 321 orang meninggal dunia akibat gempa tersebut.

Inilah fakta yang membuat miris siapa saja yang melihatnya. Wajar, jika rakyat marah dan protes atas sikap penguasa hari ini. Terlebih, korban gempa dan rusaknya bangunan warga serta infrastruktur yang ada, jelas sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan dari para relawan, khususnya menjadi kewajiban negara.

Dikutip dari merdeka.com, kementerian BUMN menganggarkan dana 100 juta untuk acara temu kangen relawan dengan Jokowi. Sungguh ironis bukan? Saat rakyat di Cianjur jelas-jelas butuh pertolongan, di saat yang sama penguasa negara malah berpesta bersama para pendukung politiknya. Tentu sikap tersebut tak selayaknya dilakukan, bila penguasa peduli dan empati dengan kondisi rakyat yang sedang tertimpa bencana.

Menjadi pertanyaan untuk kita, apakah penguasa model seperti ini yang kita harapkan mampu mengayomi rakyat? Jelas tidak! Rakyat butuh sosok pemimpin yang bertanggung jawab, yang peka terhadap kondisi rakyat dan negerinya. Namun sayang, dalam sistem demokrasi penguasa dan para elit politik telah dikuasai oleh oligarki politik. Demi kekuasaan, mereka rela berkhianat terhadap rakyatnya.

Namun, rakyat tidak hanya butuh penguasa yang peduli dan peka terhadap rakyat, tapi juga butuh sistem pendukung yang melahirkan penguasa-penguasa yang amanah dan punya empati yang tinggi. Rakyat pasti sangat merindukan dan mendambakan pemimpin yang amanah dan memiliki empat yang tinggi. Sebab empati seorang pemimpin menjadi hal yang tidak terpisahkan dengan amanahnya sebagai penanggung jawab rakyat. Terlebih ketika rakyatnya ditimpa bencana atau musibah. Seorang pemimpin juga harus mampu memposisikan keadaan dan perasaan dirinya seperti keadaan dan perasaan rakyat yang dipimpinnya. Inilah karakter pemimpin yang memiliki empati.

Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin tidak akan berlaku pilih kasih. Sebab, dia menginginkan menjadi seorang pemimpin yang didoakan kebaikan, karena kecintaannya kepada rakyat, dan rakyatnya pun mencintainya. Sosok pemimpin yang berempati tinggi telah banyak disebutkan dalam sejarah kaum Muslimin. Yakni, saat Islam menjadi asas dari sistem politik pemerintahan pada saat itu.

Salah satu sosok yang dikenal kepemimpinannya, yakni Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa kepemimpinannya, pernah terjadi paceklik di Madinah. Segala upaya untuk mengatasi kondisi tersebut telah Khalifah Umar lakukan. Hingga tidak ada barang atau apapun lagi yang bisa diberikan kepada rakyatnya.

Kemudian Khalifah Umar mengirim surat kepada Abu Musa yang berada di Basrah, dan Amru bin Ash yang berada di Mesir. Isi suratnya adalah: “Bantulah umat Muhammad, mereka hampir binasa”. Beliau berdua yang dikirimi surat tersebut merupakan gubernur di daerah asalnya. Kemudian kedua gubernur tersebut mengirimkan bantuannya ke Madinah. Mereka memberikan bantuan dalam jumlah yang besar, sehingga rakyat yang membutuhkan bantuan, terpenuhi kebutuhannya.

Inilah sosok Khalifah Umar saat menjadi pemimpin. Tidak pernah sedikit pun beliau memikirkan dirinya sendiri. Semua didedikasikan untuk kepentingan rakyatnya. Beliau juga tidak pernah malu berbaur langsung dengan rakyat, terjun langsung membantu rakyat. Tidak pernah enggan dan pilih kasih. Bahkan selama musim paceklik, beliau tidak pernah memberlakukan dirinya istimewa. Beliau berkata: “Akulah sejelek-jeleknya pemimpin negara, apabila aku kenyang namun rakyatku kelaparan”.

Inilah sosok pemimpin yang lahir dari penerapan sistem Islam secara sempurna dalam naungan sistem pemerintahan Islam. Seorang pemimpin yang berempati tinggi dan selalu mementingkan rakyatnya.
Wallahu A’lam biash-shawwab.

Carminih, SE.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here