Opini

Islam Agama Paripurna

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eva Ariska Mansur (Anggota Ngaji Diksi Aceh)

wacana-edukasi.com, OPINI– Ada yang bilang ke saya untuk apa sih kalian kajiannya kok bahas-bahas masalah negara dan politik? Karena itu bukan urusan kita. Itu urusan pemerintah, kita cukup belajar masalah shalat dengan benar maka akhlak akan baik.

Nah, di sini kita butuh menelaah dengan baik, bahwa di dalam Islam, Allah mengatur manusia dalam tiga hubungan. Pertama, hubungan manusia dengan Allah. Kedua, hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Dan ketiga hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Hubungan manusia dengan Allah, contohnya ibadah shalat, puasa, zakat dsb. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri adalah seperti, makan, minum berpakaian. Dan terakhir hubungan manusia dengan manusia lainnya, contohnya adalah masalah muamalah yakni pendidikan, ekonomi, kesehatan, politik, dsb.

Sangat jelas, aturan Allah begitu komplit. Di saat ada manusia melakukan kezaliman terhadap manusia atau makhluk hidup lainnya, maka manusia lainnya lagi wajib mencegah dan menasehatinya. Termasuk ketika ada penguasa zalim terhadap rakyatnya, maka wajib kita cegah tidak hanya melihat saja. Seperti pemerintah menaikan harga BBM, sembako, listrik, pajak dan seterusnya, itu semua sangat membebani rakyat, bukan?

Lalu apa yang salahnya dalam kajian dan dakwah ini kita bahas politik? Bukankah ini aktivitas yang sangat mulia saling menasehati satu sama lainnya, sebagaimana Allah menjelaskan dalam surah Al-‘Asr ayat 3, “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

Pun juga sebagaimana yang telah dijelaskan pada surah Ali ‘Imran Ayat 104,

وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ‌ؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ‏

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Dari ayat di atas Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyeru kepada perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar.

Dan hendaklah di antara kamu orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyeru (berbuat) yang makruf yaitu akhlak. Baik dalam hal ruhiyah maupun masalah kehidupan muamalah.

Masyaallah, aturan Islam sangatlah paripurna. Seluruh persoalan hidup kita diatur oleh Islam. Mulai dari kita bangun tidur hingga tidur lagi, ada aturannya dalam Islam.

Terlebih Islam pernah berjaya selama 13 abad lebih lamanya. Manusia yang hidup dibawah naungan Islam mendapatkan kesejahteraan, kenyamanan, kemakmuran dan kerukunan antarumat beragama terjaga di bawah Kepemimpinan Islam. Ini mendorong kita untuk berulang mendapatkan kehidupan berkah yang sama sebagaimana saat Islam berjaya. Agar masalah yang dihadapi oleh umat hari ini pun sirna.

Hari ini, kita lihat dan kita rasakan bersama bahwa hidup di bawah sistem sekularisme-kapitalisme membuat manusia menjauhkan diri dari agama bahkan ada yang tidak mengenal agama bahkan. Miris bukan? Dan lebih parahnya lagi ada yang tidak mau percaya akan Tuhan dan menganut atheis. Sungguh terenyuh hati ini.

Berikutnya ada juga fakta cinta golongan yang kebablasan. Padahal Islam tidak mengajari kita umat beragama dengan cinta golongan atau asabiah. Misalkan, nasionalisme. Jadi, nasionalisme ini adalah sebuah paham yang hanya mencintai negerinya sendiri. Negeri orang lain “bodoh amat, bukan urusan kita!” Padahal mereka di belahan bumi lainnya adalah muslim juga. Mereka adalah saudara kita.

Maksudnya adalah jika ada manusia lain diluar sana (negeri) membutuhkan pertolongan, maka kita sebagai sesama muslim atau sesama manusia wajib membantu satu sama lain. Karena sungguh setiap derita mereka akan diminta pertanggungjawaban ke kita saudaranya.

Islam itu satu, ibarat satu tubuh saling melengkapi satu sama lain. Jika ada salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lain ikut merasakan sakit.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, ”Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Alhasil, di sinilah kita tegaskan sekali lagi relevansinya bahwa Islam tidak hanya mengatur perkara shalat, puasa, zakat dsb. Tapi Islam itu paripurna, menyeluruh, totalitas dalam mengatur seluruh persoalan di setiap lini kehidupan umat manusia.

Sampai kapan kita hanya mempelajari ilmu tentang shalat, puasa, zakat saja? Di saat mempelajari persoalan muamalah dan politik juga sama pentingnya seperti ibadah shalat, zakat, puasa dsb. Agar kita tidak terus menjadi “bulan-bulanan” para rezim saat ini yang terus mencokoki kita dengan sistem kufur yang diembannya. Wallahua’lam!

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 61

Comment here