Oleh: Muzaidah (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com — Pemimpin merupakan figur, yang sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh rakyat. Untuk memberikan pelayanan kepada mereka, mengayomi, menyediakan fasilitas terbaik, memenuhi hak publik hingga menunjukkan sikap rela berkorban. Tidak hanya memikirkan diri sendiri beserta junjungan, dilakukan hanya karena demi rakyat dan negara.
Lantas, apakah benar ada sosok pemimpin ideal yang memang benar-benar mampu mengurusi rakyat? Namun jika dilihat fakta hari ini, pemimpin malah menunjukkan sikap yang sebaliknya, alias tak peduli dengan urusan rakyat.
Dikutip dari medanbisnisdaily.com. Tepat sudah 3 tahun, Edy Ramayadi dan Musa Rajekshah sebagai gubernur. Pasca dilantik presiden RI Joko Widodo untuk periode 2018-2021 di Istana negara di Jakarta, 5 September 2018. Dalam menjalankan tugas sebagai gubernur di Sumatera Utara, Medan. Dari berbagai sumber dihimpun, bahwa kinerja mereka ada yang sudah dan belum terealisasi. Di antaranya ada dibidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
Bidang pendidikan, telah memberikan kenaikan tunjangan untuk guru honorer SMA/SMK negeri. Yang awalnya hanya diberikan sebesar Rp 400.000 per jam, menjadi Rp 90.000. Kemudian mulai tahun 2021, telah diberikan sebesar Rp 35.000 per bulan untuk setiap siswa SMA/SMK dalam bentuk subsidi sekolah.
Bidang kesehatan, dihadirkan layanan rumah sakit bergerak lewat mobil kesehatan keliling. Untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang jauh dari jangkauan fasilitas layanan kesehatan. Namun disisi lain ada yang menyedihkan, bahwa angka stunting di Sumut masih tinggi dan belum tertuntaskan.
Sedangkan dibidang infrastruktur, secara umum kondisi infrastruktur Sumut masih tidak banyak berubah, khususnya jalan, jembatan dan irigasi yang ditangani Pemprov Sumut. Data Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Sumut (hingga April 2021) menunjukkan 82% dari total panjang di Sumut 3.005,65 km (kewenangan provinsi) dalam kondisi mantap (bagus dan sedang).
Dari data di atas menunjukkan, bahwa mengoreksi kesalahan dan kegagalan para pemimpin. Memang tak ada habisnya, jika sistem yang dianut bukanlah berlandaskan Islam. Maka selama pemimpin itu enggan berkiblat terhadap aturan Islam, selama itu pula keadilan rakyat tak akan pernah diberikan. Amanah yang dijalankan benar-benar belum semua tertuntaskan.
Apalagi perihal keadilan rakyat, akan terus terabaikan. Karena pemimpin dalam sistem kapitalis, hanya memikirkan keuntungan (materi) dan kepuasan nafsu bukan berdasarkan ketakwaan kepada Allah Swt. dengan sebenarnya. Hingga kini berbagai problem kehidupan pun belum sempurna dituntaskan. Mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, infrastruktur dan masih banyak lagi.
Dalam fakta pendidikan, bahwa yang merasakan kenaikan tunjangan honorer. Hanya dirasakan sebagian dari tenaga kependidikan negeri, sedangkan untuk tenaga pendidikan lain, baik dari pihak swasta yang berada di kota atau di pelosok desa, masih belum mendapatkan secara merata.
Mengenai hak anak didik atau regenerasi pun, tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan subsidi uang sekolah. Jika realitasnya, banyak di antara mereka yang masih tak dapat mengenyam pendidikan. Banyak yang harus putus sekolah, karena biaya pendidikan tak semurah yang dibayangkan. Kinerja yang dilakukan gubernur tidak sampai pada keseluruhan.
Lain hal di bidang kesehatan, pemimpin tak sigap melayani rakyat dengan sempurna. Bahwa problem stunting saja, masih merebak tinggi, faktor karena kekurangan gizi sehingga imunitas tubuh tak stabil dan tak ada pelayanan khusus diberikan secara gratis, tanpa embel-embel yang mempersulit mereka. Bahkan bukan itu saja yang perlu dikilas balik gubernur.
Ternyata masih banyak dari rakyat kalangan miskin atau kurang mampu, yang sulit mendapatkan layanan kesehatan. Setiap datang ke rumah sakit terdekat, rakyat hanya bisa menatap gedung yang begitu besar. Tapi satu pun manfaat besar dari pihak rumah sakit tak bisa dirasakan publik, sebab biaya yang begitu mahal.
Padahal memberikan pelayanan kesehatan, sudah menjadi kewajiban pemimpin, agar menjamin kesehatan publik dengan gratis tanpa harus dipersulit. Seperti tidak lagi harus memakai BPJS, dengan rakyat kembali harus membayar sesuai level yang diinginkan.
Sedangkan di bidang infrastruktur, bagian jalan kota atau di setiap wilayah tempat tinggal saja, masih banyak kerusakan. Memastikan rawan kecelakaan akibat lubang jalan telah rusak, setiap yang melintas belum tentu fokus melihat jalan. Belum lagi bagian irigasi, seperti irigasi untuk petani masih belum diselesaikan, sehingga petani kesulitan mendapatkan air saat bertani juga sulit saat menjangkau dari hama yang bisa merusak tanaman.
Belum lagi di bagian ekonomi, pemimpin masih belum membuka mata dengan lebar dan teliti. Bahwa masih banyak publik yang kesusahan mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk diri sendiri dan keluarga. Sehingga banyak diantaranya harus terpaksa mengemis sana-sini, demi mengganjal rasa lapar. Bahkan parahnya, ada yang harus merampok atau menjadi pelaku kriminalitas, demi mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Inilah potret kehidupan jika sistem demokrasi-kapitalis yang menjadi kiblat peradaban. Maka tak satu pun keadilan merata yang dinikmati rakyat. Tak satu pun amanah dari setiap pemimpin, benar-benar dijalankan secara adil dengan kejujuran. Hingga jika disuruh rela berkorban demi keadilan dan kesenangan rakyat. Banyak di antara pemimpin yang tak mau melakukan, karena mereka tak benar-benar tunduk dan patuh terhadap segala perintah Allah.
Dalam Islam pemimpin yang benar amanah adalah pemimpin yang bukan mengkhianati rakyat yang telah memilih dirinya, melainkan lebih penting diperhatikan agar tak mengkhianati Allah dan Rasulnya.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta jangan mengkhianati amanah-amanah kalian, sementara kalian tahu (QS. Al-Anfal [8]: 27).
Saat Islam terterapkan sempurna dengan sistem, maka tak satu pun para pemimpin yang lalai terhadap amanah dan tak pernah menunjukkan ketidakadilan. Seperti masa kepemimpinan khalifah (pemimpin) Umar bin Khatab lakukan. Saat itu khalifah Umar mengangkat seorang gubernur yang bernama Sa’id bin Amir al-Jumahi dan mengutusnya untuk memimpin di Hosm berada di Syam.
Yang dilakukan gubernur Sa’id saat itu begitu sangat adil, mengapa tidak. Saat rakyat meminta keadilan, Sa’id melakukan dengan penuh kehati-hatian, memberikan hak-hak rakyat tanpa harus mengambil sekecil apa pun. Kesederhanaan Sa’id tampak, saat rakyat membutuhkan pasokan makanan dan keuangan, untuk kebutuhan hidup.
Gubernur Sa’id memberikan semua kebutuhan rakyat, tak ada harta atau kebutuhan hidup yang dirasakan Sai’d. Hingga setelahnya, rakyat mengadu dengan berkeluh kesah kepada khalifah Umar, lantaran Sa’id jarang menjumpai rakyatnya. Ternyata, yang dilakukan Sa’id hanya demi menggapai rida Allah dan tak mau bermegah-megah dalam kefanaan dunia.
Lalu Umar bertanya kepada Sa’id, setelah memanggilnya untuk meminta penjelasan terhadap sikapnya. ‘’Wahai Sa’id, kenapa engkau bersikap seperti itu kepada rakyat mu, sehingga enggan menjumpainya’’ kata Umar. Sa’id pun menjawab, ‘’wahai khalifah, aku hanya manusia yang begitu sederhana dalam kehidupan, paginya aku pakai untuk memenuhi hak umat, siangnya aku menjemur pakaian, yang di mana Cuma ada satu pakaian yang dipakai, lalu malam, aku harus memenuhi haknya Allah untuk beribadah kepadanya’’.
Menangislah Umar mendengar kejujuran Sa’id. Hingga memberikan uang kepadanya dengan begitu besar, tapi Sa’id beserta istrinya menganggap itu adalah musibah terbesar. Karena sudah bermegah di dunia. Sehingga kelak di akhirat, mereka tak mau berlama-lama dihisab. Kemudian terhadap uang dari pemberian Umar, keduanya memberikan kepada rakyat sebagai sedekah di hadapan Allah meraih pahala.
Begitulah keadilan, amanah dan kehati-hatian para pemimpin dalam sistem Islam. Karena ketundukan takwanya di hadapan Allah. Menunjukkan kepada setiap individu, agar takut akan hari hisab di akhirat kelak. Dengan begitu dalam sistem Islam, tak ada satu pun yang dirugikan dan diajak maksiat. Karena standar perbuatan yang dilakukan selalu berdasarkan halal dan haram, bersandar terhadap hukum syarak dalam Al-Quran.
Sangat jauh berbeda potret nyata yang ditunjukkan dari sistem Islam, jika dibandingkan dengan sistem sekarang. Jauh dari kata keadilan maupun dalam ketaatan, begitu sangat minim dilakukan. Tersebab dari kalangan pemimpin, sudah dibutakan janji palsu dunia. Sehingga tujuan memimpin bukan dibuktikan dengan sikap keadilan melainkan sama sekali tak amanah, hanya mencapai kepuasan materi saja. Padahal kelak dari setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.
Demikian janji dari sistem Islam, yang selalu disampaikan kepada seluruh kaum muslim sampai sekarang. Bahwa hak keadilan rakyat hanya bisa dirasakan merata, jika sistem Islam mau bersama-sama diperjuangkan, disuarakan dan dilaksanakan. Apalagi mengenai ketakwaan, Islam akan benar mengajak rakyat untuk bersama-sama menuju surga Allah. Itu bisa terwujud jika rakyat mau berada dalam sistem Islam.
Wallahualam bissawab.
Views: 51
Comment here