Oleh : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)
wacana-edukasi.com, Opini Khilafah semakin merajai jagad negeri ini. Namun, tak sedikit pula yang berusaha menghambat laju opininya yang kian meluas. Berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan mengaburkan pemahaman Islam dan mengubur jejak khilafah di nusantara.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghapus jejak Khilafah di Nusantara adalah dengan mempropagandakan Islam Nusantara. Islam Nusantara dianggap lebih relevan dengan kondisi Indonesia karena disesuaikan dengan kearifan lokal budaya Indonesia. Sedangkan Khilafah digambarkan radikal dan bertentangan dengan budaya Indonesia karena dianggap berasal dari arab.
Program moderasi beragama yamg digawangi Kemenag RI juga dalam rangka penguatan Islam Nusantara supaya semakin diterima masyarakat. Menampilkan wajah Islam yang ramah dan tidak menolak modernitas.
Lebih jauh lagi, konten buku pelajaran yang memuat materi Khilafah pun dihapus. Sungguh disayangkan, negeri dengan jumlah muslim terbesar di dunia justru anti Islam dan Khilafah.
Adanya penyebaran dakwah Islam sampai ke Indonesia pun ditolak ada andil dari Khilafah Islam. Yang disepakati hanyalah bahwa dakwah Islam bisa sampai ke Indonesia atas peran para pedagang dari Gujarat. Walaupun peran pedagang dari Gujarat juga tidak bisa dipungkiri. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dimana identik dengan pelabuhan tempat berpusatnya perdagangan.
Namun, sekuat apapun upaya untuk menghapus jejak Khilafah di nusantara tentu tak akan bisa. Karena banyak bukti sejarah yang mendukung adanya keterkaitan erat antara penyebaran Islam di nusantara dengan Khilafah Islam.
Sudah merupakan kepastian bahwa sebuah negara yang memiliki ideologi akan menyebarkan pemahaman ideologinya ke seluruh dunia, tak terkecuali Khilafah Islam. Jika tidak ada penyebaran dakwah ini, bisa dipastikan Islam hanya berkembang di Madinah tanpa ada perluasan wilayah.
Namun, karena adanya penyebaran dakwah inilah Islam semakin berkembang di bawah naungan Khilafah Islam bahkan menguasai hampir 2/3 dunia. Sesuatu yang sangat mencengangkan. Karena selain wilayahnya luas, Khilafah Islam mampu berkuasa sebagai negara adidaya selama kurang lebih 1300 tahun. Sampai saat ini tak ada satupun negara berideologi yang mampu memiliki kekuasaan seluas dan selama itu.
Salah satu dokumen yang memperkuat adanya hubungan nusantara dengan Khilafah Islam adalah surat dari Raja Sriwijaya Jambi, Sri Indrawarman, kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang baru diangkat menjadi Khalifah.
Abd Rabbih (246-329/860-940) dalam karyanya, Al-Iqd al-Farîd mendokumentasikan
potongan surat tersebut sebagai berikut:
“Dari Raja Diraja…, yang adalah keturunan seribu raja… Kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Edisi Revisi (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun mengutus ulama untuk mengajarkan Islam kepada Raja Sri Indrawarman. Kemudian pada tahun 718 M, Raja Sri Indrawarman mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak itu, kerajaannya disebut sebagai “Kerajaan Sribuza yang Islam”.
Ini hanyalah salah satu bukti adanya hubungan erat antara nusantara dengan Khilafah Islam. Sedangkan bukti lainnya lebih banyak lagi seiring dengan bermunculannya kerajaan Islam di nusantara.
Laju opini Khilafah terus menggelinding. Tak ada satupun yang bisa menghambat cepatnya laju tersebut. Khilafah merupakan keniscayaan. Semoga Khilafah yang dirindukan bisa tegak di muka bumi ini.
Wallahu’alam-bishowab.
Views: 3
Comment here