Opini

Islam, Say no to Racism

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Eki Efrilia

Wacana-edukasi.com, OPINI-– “Saya seorang Muslim dan agama saya membuat saya menentang segala bentuk rasisme. Itu membuat saya tidak menilai pria mana pun dari warna kulitnya. Itu mengajari saya untuk menilai dia dengan perbuatannya” – Malcolm X

Seorang pengacara keturunan Aborigin bernama Terri Janke melakukan penyelidikan, setelah sekitar 120 karyawan ABC (lembaga penyiaran publik Australia) yang resign menyatakan mereka mendapatkan perlakuan rasisme selama bekerja di sana.

Rasisme adalah diskriminasi terhadap ras atau etnis yaitu suatu sistem kepercayaan atau  doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih istimewa dan berhak untuk merendahkan bahkan memperbudak ras lain yang dianggap lebih rendah (Wikipedia)

Seperti yang disampaikan oleh jurnalis ABC yang sudah keluar bernama Stan Grant yang berdarah Aborigin, ia menyatakan bahwa ABC gagal secara institusi membelanya dari perlakuan rasis yang diterimanya.

Hasil penyelidikan berupa laporan yang berjudul “Listen Loudly, Act Strongly” menuliskan tentang pengalaman para mantan staf ABC yang merasa ‘sakit hati dan tak berdaya’ atas perlakuan rasis tersebut, seperti komentar yang menyinggung ras, dikecualikan dari tempat kerja dan acara-acara sosial, tidak mendapat kesempatan besar (dalam berkarya), dibedakan dalam proses perekrutan karyawan, perbedaan gaji dan sebagainya. Latar belakang sebagian besar karyawan ABC yang resign ini adalah suku Aborigin (detikcom, 2 Oktober 2024).

Suku Aborigin sendiri adalah termasuk salah satu penduduk asli Australia, selain penduduk kepulauan Selat Torres.  Penduduk asli ini sudah mendiami Australia sekitar 40.000 sampai 60.000 tahun yang lalu (Gramedia Blog).

Tentu saja, perlakuan diskriminasi berdasarkan ras ini sungguh sangat membuat geram, di mana penduduk kulit putih yang merupakan pendatang, akhirnya ‘merajai’ negara tersebut dan malah menghimpit ‘gerak’ warga asli yang sudah turun menurun puluhan ribu tahun lalu tinggal di benua ini.

Setali tiga uang, pada bagian-bagian bumi yang lain rasisme juga masih menjadi ‘momok mengerikan’ bagi sebagian penduduk bumi. Seperti kejadian beberapa bulan lalu di Inggris, di mana ada kerusuhan akibat berita hoaks yang tersebar secara daring di masyarakat atas penikaman oleh seorang pencari suaka Muslim kepada tiga orang anak pada tanggal 29 Juli 2024. Kerusuhan itu dilakukan oleh demonstran Sayap Kanan yang melakukan aksi kekerasan, rasisme dan islamofobia dengan target kaum muslimin, minoritas dan imigran. Padahal setelah pelaku penikaman ditangkap, ternyata pelakunya beragama Kristen bernama Axel Rudakubana berusia 17 tahun yang lahir di Inggris dari orangtua asal Rwanda (MerdekaNews, 6 Agustus 2024).

Begitu juga halnya di Korea Selatan yang penduduknya sebagian besar masih rasis kepada warga berbeda warna kulit terutama dari wilayah Asia lain dan Afrika. Sedangkan warga kulit putih (dari Eropa maupun Amerika Utara) mendapat ‘perlakuan terlalu baik’ di sana. Menurut Survey World Values 2017-2020, setelah mensurvey 1.245 warga Korea Selatan ternyata 15,2% dari mereka tidak menerima seseorang berbeda ras sebagai tetangga (Wikipedia).

Perilaku rasisme berkembang pesat dalam sistem Kapitalis, karena dalam sistem ini siapapun yang terkuat dalam hal kekuasaan dan ekonomi, dialah yang akan ‘menggenggam dunia’. Saat ini, ‘si terkuat’ itu adalah Barat sehingga perilaku merekalah saat ini yang akan diadopsi manusia, baik di wilayahnya maupun di negeri-negeri ‘jajahan’nya.

Memang tidak dijajah secara fisik, tetapi dijajah secara ekonomi dan budaya. Penjajahan via budaya itu termasuk masuknya perilaku rasisme di banyak negara termasuk di Indonesia. Sudah jadi rahasia umum, banyak perusahaan yang dimiliki seorang owner etnis tertentu akan menggaji berbeda antara karyawan yang sama etnis dengannya dengan karyawan dengan etnis berbeda. Karyawan etnis tertentu akan dibayar lebih tinggi dari karyawan domestik (CNBC Indonesia, 22 Desember 2023).

Ajaran Islam samasekali tidak mentolerir rasialisme atau rasisme, bahkan Allah mengingatkan manusia bahwa mereka itu berasal dari keturunan yang sama yaitu Nabi Adam dan Ibu Hawa seperti dalam firmanNya dalam Al Qur’an surat An-Nisa ayat 1:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan keberagaman pada diri manusia untuk menunjukkan tanda-tanda Kekuasaan dan Kebesaran-Nya, agar manusia selalu tunduk dan taat kepada aturan-aturan yang telah ditetapkanNya. Seperti firmanNya dalam Al Qur’an surat Ar-Rum ayat 22:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَلْوَانِكُمْۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”

Pesan terakhir Rasulullah Shalallahu alaihi wassalaam dalam Kutbah Haji Wada’ (Perpisahan):
“Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu dan ayah kalian satu. Ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang non Arab dan bagi orang non Arab atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi orang berkulit putih atas orang berkulit hitam dan bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit putih, kecuali ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?” (HR. Ahmad)

Juga pada Sabda beliau:

“Kaum Muslim adalah bersaudara. Tidak ada seorangpun yang mempunyai keunggulan atas orang lain, kecuali dengan ketakwaan dan amal shalih” (HR. Muslim)

Perilaku Rasulullah yang sangat menghormati kaumnya seperti saat beliau menunjukkan penghormatannya kepada Bilal bin Rabah, seorang mantan budak keturunan Etiopia yang beliau angkat sebagai muazin Islam yang pertama mengumandangkan azan.

Beliau mengatakan kepada Bilal:
“Aku mendengar langkah kakimu di surga mendahului langkahku”
(HR Bukhari)

Persaudaraan yang kuat dalam diri kaum Muslim tampak nyata saat musim Haji tiba, di mana kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong menuju Makkah, Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Begitu beragamnya mereka, ada yang berkulit putih, hitam, sawo matang, kuning dan sebagainya, dengan warna mata dan perawakan yang berbeda-beda juga. Mereka shalat dalam shaf yang sama, dengan merapatkan barisan agar tidak ada terselip syetan yang akan mengganggu kekhusyu’an shalat mereka.

Hal itu pula yang dirasakan oleh Malcolm X, seorang tokoh anti rasialisme yang sangat berpengaruh dari Amerika Serikat. Sebelum ia berhaji, ia sudah menjadi mualaf dengan masuk ke perhimpunan NOI (Nation of Islam) di bawah pimpinan Elijah Muhammad. Tapi ajaran NOI ini ada penyimpangan yaitu menganggap Elijah Muhammad sebagai Nabi dan kaum kulit putih adalah syetan. NOI sendiri memang merupakan perhimpunan masyarakat kulit putih di Amerika Serikat, yang merasakan rasisme adalah hal yang sangat menyakitkan, di mana warganegara berkulit hitam dianggap ‘warganegara kelas dua’ di sana, sehingga mereka bersatu berupaya melawan ketidakadilan tersebut.

Tapi saat pergi berhaji, Malcolm X sangat terpukau dengan kondisi keberagaman umat yang bersatu-padu dalam pelaksanaan ibadah tersebut. Ia takjub terhadap apa yang ia saksikan, di mana ia melihat keramahtamahan yang tulus dan persaudaraan yang luar biasa di antara sekumpulan manusia yang berbeda ras dan warna kulit di Tanah Suci.

Malcolm X menyampaikan kekagumannya, “Ada puluhan ribu jamaah haji dari seluruh dunia dengan berbagai perbedaan, dari pirang bermata biru hingga keturunan Afrika berkulit hitam. Tetapi kami semua di sini berkumpul  atas tujuan yang sama, menunjukkan semangat persatuan dan persaudaraan terlepas dari segala perbedaan yang ada. Hal ini membuat saya yang telah lama di Amerika menjadi percaya bahwa tak akan pernah ada batasan yang sebenarnya antara ras kulit putih dan non kulit putih”
(Okezone.com, 4 Juli 2020).

Ia berjanji saat kembali ke Amerika Serikat, akan lebih mengenalkan Islam yang sesungguhnya kepada masyarakat Amerika Serikat. Sayangnya setahun setelah pergi haji, Malcolm X dibunuh pada usia 39 tahun pada tanggal 21 Februari 1965, saat ia tengah berpidato di depan Organisasi Persatuan Afro-Amerika di Audubon Ballroom, New York (sindonews.com, 28 Februari 2024).

Sebagai seorang muslim, wajib bagi kita untuk menyebarkan kepada sesama akan indahnya hidup di bawah naungan Islam, di mana Islam tidak akan pernah membeda-bedakan umat manusia, bagaimanapun rupa dan bentuknya, karena semuanya sama di hadapan Allah, kecuali ketakwaan mereka. Semua itu hanya bisa terwujud apabila umat Islam kembali kepada hukum-hukum Islam yang diterapkan secara kaffah, sebagai sebuah sistem kehidupan (way of life) seperti yang pernah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalaam terapkan saat mendirikan Khilafah Islamiyah saat hari pertama beliau sampai di kota Madinah pada peristiwa Hijrah. Setelah Rasulullah wafat, khilafah tetap tegak dengan dilanjutkan oleh para Sahabat beliau, sampai seterusnya. Khilafah Islam mencapai masa keemasannya selama 13 abad sebelum runtuh pada 3 Maret 1924. Sudah saatnya kaum muslimin kembali mengupayakan tegaknya khilafah islamiyah ‘ala minhajjin nubuwwah agar tercapai kehidupan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 28

Comment here