Oleh: Sri Retno Ningrum (Pegiat Literasi)
wacana-edukasi.com– Baru-baru ini sejumlah media asing tampak menyoroti suara adzan di DKI Jakarta yang dianggap berisik. Diantaranya: AFP melaporkan salah satu warga Jakarta, bangun tiap pukul 03.00 pagi karena mendengar pengeras suara yang keras dari masjid saat adzan berkumandang. Media lokal Perancis (RFI) juga melaporkan hal serupa. Menurut laporannya, keluhan soal pengeras suara yang bising semakin meningkat di media sosial. Dikutip poskota.co.id dari lama resmi MUI, suara adzan memang beberapa kali sempat jadi sorotan di sejumlah negara, mulai dari yang banyak risih hingga memparodikannya jadi lelucon (poskota.co.id(15/10/2021).
Tak hanya adzan yang dipermasalahkan non-muslim, bahkan aplikasi Quran Majeed yang paling populer di dunia dihapus dari Appstore di China atas permintaan pejabat setempat. Menyadur BBC, Sabtu, 16/10/2021 aplikasi itu dihapus karena menampung “teks-teks keagamaan ilegal” dan pemerintah China belum menanggapi permintaan komentar terkait hal ini. “Menurut Apple, aplikasi Quran Majeed kami hapus dari Appstore China karena berisi konten yang memerlukan dokumentasi tambahan dari otoritas China”.(suara.com16/10/2021).
Adzan dan Al Quran merupakan bagian dari syiar Islam. Namun, dari fakta di atas keduanya malah direndahkan oleh non Muslim. Sebelumnya terdapat kasus-kasus yang tak hanya merendahkan namun melecehkan syiar dan simbol Islam. Di antaranya: Kasus pembakaran Al-Quran yang pernah terjadi kota Malmo, Swedia. Aksi tersebut dilakukan oleh Rasmus Palutan. Sebelumnya juga Palutan sempat membakar Al Quran yang dibungkus dengan daging. Adapun simbol Islam yang sering dilecehkan adalah niqab, cadar, dan celana cingkrang. Ketiganya dilarang penggunaannya di beberapa negara.
Seperti yang diketahui, bahwa adzan dan Al Quran memiliki peranan penting bagi kaum muslim. Adzan berfungsi untuk mengetahui datangnya waktu sholat. Sedangkan Al Quran merupakan petunjuk bagi kehidupan umat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al Isra’ ayat 9:
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
Di sisi yang lain , kaum muslim di dunia ini jumlahnya semakin banyak, namun sayang mereka bagaikan buih di lautan. Jumlahnya banyak tapi tidak berarti apa-apa. Sebagaimana Rasulullah SAW dulu pernah bersabda: “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring. Seseorang berkata ‘Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda: “Bahkan kalian waktu itu jumlahnya banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn”. Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al Baihaqi, Abu Dawud).
Begitulah potret kaum muslim sekarang ini, individunya sudah terjangkiti penyakit wahn sedangkan simbol dan syiar Islam direndahkan. Semua ini terjadi dikarenakan kaum muslim tidak lagi memiliki junnah atau perisai. Julukan umat Islam yakni khoirun ummah tidak lagi terlihat. Sebaliknya, kaum muslim masih setia menerapkan sistem kapitalis-demokrasi. Padahal, sistem tersebutlah yang menyebabkan dinul Islam direndahkan melalui ide-ide kebebasan yang lahir dari sistem tersebut. Salah satu kebebasan itu adalah kebebasan berekspresi. Sehingga mereka bebas berekspresi tanpa lagi memperhatikan halal ataukah haram termasuk merendahkan Islam.
Islam memiliki sanksi tegas bagi penghina Islam dan simbolnya termasuk menghina Al Quran. “Para ulama sepakat bahwa siapa yang menghina Al Quran atau menghina sesuatu dari Al Quran atau menghina mushaf, atau melemparkannya ke tempat kotoran, atau mendustakan suatu hukum atau berita yang dibawa Al Quran yang dibawah Al Quran , atau meragukan sesuatu dari yang demikian itu, sedang dia mengetahuinya, maka dia telah kafir.” (Imam Hawawi, Al Majmu’ juz 11, hlm. 170). Begitu pula, jika non muslim yang melakukan penghinaan terhadap Islam, maka hukumannya adalah mati, sama dengan orang muslim yang menghina Islam.
Sungguh, Islam adalah agama yang mulia di hadapan Allah SWT. Selain itu, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Sehingga tak pantas Islam direndahkan bahkan dilecehkan. Oleh karena itu, kita butuh sistem yang mampu melindungi agama ini. Yakni, dengan mewujudkan sistem Islam atau khilafah yang dulu pernah ada. Walhasil ketika khilafah tegak Insya Allah tidak akan ada lagi yang berani merendahkan agama ini. Lebih dari itu, kaum Muslim di seluruh dunia akan kembali memiliki perisai atau pelindung. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Al Imam (khilafah) itu tak sama perisai di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuhnya dengan kekuasaannya. Jika seorang imam (khilafah) memerintahkan supaya taqwa kepada Allah Azza Wajalla dan berlaku adil, maka dia (khilafah) mendapat pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al Bukhari Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad). Wallahu’alam Bisshowab.
Views: 12
Comment here