Oleh Suci Kumalasari (Anggota Komunitas Setajam Pena)
wacana-edukasi.com– Islamofobia tak henti-hentinya menjadi perbincangan negeri bahkan dunia. Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan dalam pidatonya di sidang Majlis Umum PBB ke-75 menyinggung masalah Islamophobia. Ia menyayangkan atas penindasan minoritas muslim di berbagai negara, seperti di India, Myanmar, Eropa, dan negara-negara Barat lain termasuk New Zealand dan Amerika.(rmol.id, 2/10/20).
Di Indonesia kasus penistaan agama terus berulang. Hingga pelecehan ayat-ayat Al Quran, membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing serta melegalkan pengharaman nikah beda agama. Bahkan berujung kriminalisasi para ulama. Sungguh ironi hukum di negeri ini kebal atas pelaku tersebut. Lalu ada apa dengan negeri mayoritas muslim ini?
Dilansir dari laman PP Muhammadiyah, Fahmi Salim prihatin akan terjadinya Islampobia di negeri mayoritas muslim. Pasalnya Islampobia yang terjadi di negara-negara Barat yang sekuler menurutnya itu bukan suatu yang mengagetkan. Akan tetapi Islamofobia di Negara dengan penduduk mayoritas Islam lebih mengkhawatirkan. (kabardamai.id,9/4/20)
Menurut Fahmi Salim terjadinya Islamofobia menjadi arus besar di ruang publik diakibatkan arus informasi serampangan yang ditampilkan oleh media. Banyaknya akun anonim yang memproduksi konten informasi bagi publik yang mendiskreditkan Islam. Indonesia sendiri tidak memfilter berita serampangan itu. Bahkan parahnya lagi penyelewengan aturan Islam dilakukan oleh lembaga atau seorang penjabat yang terkemuka. Jika itu terjadi mungkinkah negeri ini pro Islamofobia?
Melansir warta republika.co.id (16/3), Penghargaan untuk mengumumkan 15 Maret sebagai hari untuk memerangi Islamofobia di seluruh dunia ditujukan kepada kepemimpinan Pakistan. Hal ini terjadi ketika negara tersebut mempresentasikan resolusi pada sesi ke-47 Dewan Menteri Luar Negeri OKI di Niamey, Niger, pada November 2020 dalam hal ini.
Berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan arus Islamfobia.Penetapan tanggal 15 Maret sebagai hari Anti Islamofobia oleh majelis umum PBB. Namun apakah bisa menghentikan arus Islampobia atas perayaan tersebut?
Bijak dalam Polemik Islamofobia
Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim. Istilah ini sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa Serangan 11 September 2001. Sayangnya kini Islamfobia menghantui umat di negeri mayoritas muslim. Sebaliknya ide moderasi beragama ssbagai penawar atas ketakutan itu. Sungguh bagaimana umat akan bangkit ?
Sejatinya umat muslim sendiri memerlukan pemahaman mendalam terhadap akar masalah akan timbul Islampobia. Adanya era pertarungan pemikiran dan benturan peradaban batil Kapitalisme yang merusak pemikiran umat, menjadikan umat muslim takut akan kebangkitan Islam jika terjadi akan ada peperangan dan sanksi hukum yang katanya tak manusiawi.
Racun peradaban ala Kapitalisme sejatinya tidak menjadikan agama sebagai aturan kehidupan. Alhasil semua aturan dihasilkan dari pemikiran manusia yang berujung manfaat materi belaka. Menjalani kehidupan yang bebas namun kebablasan bagai setan. Sehingga Islampobia adalah racun umat agar tak kembali pada kehidupan Islam.
Padahal dulu Islam pernah berkuasa selama 14 abad menjadi tonggak peradaban dunia. Menebarkan rahmat dan mengusir penjajah. Kini umat di bagian dunia mulai sadar akan penindasan oleh bangsa kafir biadab. Sehingga sebagian umat butuh perisai dan rindu akan kembali Islam tegak. Akhirnya kesadaran itu didengar penjajah Barat hingga membuat takut akan kembalinya Islam menguasai dunia lagi. Alhasil kini mendorong Barat menderaskan arus Islampobia di dunia. Barat sering menyebarkan opini buruk tentang Khilafah. Khilafah digambarkan sebagai negara yang keji dan tak manusiawi.
Oleh karena itu Islampobia harus dihentikan, tidak cukup dengan hanya kecaman oleh penguasa muslim di dunia. Pemimpin muslim harus bertindak mewujudkan kepemimpinan Islam. Umat kembali ke kepemimpinan Islam. Bagi umat tidak cukup hanya memberikan penjelasan namun paham bagaimana ajaran Islam yang benar.
Kembali pada Kehidupan Islam
Sejatinya umat muslim di ibu pertiwi dan di dunia sadar akan propaganda perusak Islam. Umat sadar dan mau berbenah untuk kembali pada kehidupan Islam. Semua itu dengan dakwah ideologis yang mengajak semua umat menerapkan Islam secara kaffah di swmua lini kehidupan.
Pada dasarnya diibalik Islampobia sesungguhnya ada rencana jahat untuk menjegal laju dakwah Islam ideologis. Sehingga langkah awal itu kita harus membenci lawan sejatinya, yakmi para penjajah dan anteknya pembuat ide tersebut. Bukan malah menjadikan Barat teman atau sebagai panutan. Allah SWT berfirman yang artinya,
“Hai orang-orang beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang di luar halanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. ” Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat Kami jika kamu memahaminya.” (Ali Imron 118)
Imam Al-Qurtubi berkata akan makna mereka tidak henti-hentinya menimbulkan mudarat kepada kalian adalah mereka tidak akan lelah dalam upaya merusak kalian.Meskipun mereka tidak memerangi umat Islam secara nyata tapi akan tetap melakukan makar dan tipu daya.
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengumpamakan mereka sama dengan seseorang yang ingin memadamkan sinar mentari dengan mulutnya. Yang mana selalu menolak perkara hak dan membolak-balikkan perkara yang hak dengan yang batil untuk kepentingan mereka sendiri.
Seyogyanya syariat kaffah sudah diterapkan secara praktis oleh negara tinggal umat memperjuangkan kembali penerapan syariat kaffah dalam bingkai negara. Sehingga umat akan menyaksikan keadilan dan kesejahteraan yang nyata dihadapan mereka. Rahman dan kebaikan yang dijanjikan oleh Islam akan tersebar diseluruh penjuru dunia.
Seperti akan pengakuan yang tulus diberikan oleh Nasrani Syam pada 13H. Dimana ia menulis surat kepada Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah yang mana tertuang dalam Al-Baladzuri ,Futuh al-Budan 139. Umat Nasrani merasa bangga pada Khilafah Islam atas menepati janji akan melindungi dan mengasihi yang mana tidak mereka dapati saat bersama Romawi akan kedzalman Romawi.
Sepatutnya Khilafah yang mampu menghentikan Islampobia, memberantas tuntas para penyebar opini buruk tentang Islam. Dan dikenakan sanksi yang tegas jika tidak menghentikan makar. Sehingga “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
Wallahualam bisshawab.
Views: 5
Comment here