Oleh: Cucu Suwarsih
wacana-edukasi.com– Setiap menjelang akhir tahun kita selalu disuguhi dengan isu-isu terorisme yang dibarengi dengan penangkapan terduga terorisme. Mirisnya, penangkapan terduga terorisme dikaitkan dengan banyak hal yang diasosiasi dengan Islam, mulai dari tokoh ulama, dana zakat, kebun kurma, organisasi Islam, dan pemahaman jihad.
Seperti dilansir dari republika.co.id, setelah penangkapan tiga terduga anggota terorisme yakni Ahmad Zain an-Najah (AZA), Anung al-Hamad (AA), dan Farid Ahmad Okbah (FAO) oleh Densus 88. Muhammad Nasir Djamil dari Anggota Komisi lll DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengatakan, Densus 88 Antiteror Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus menjawab keraguan publik terkait Islamofobia. Pasalnya masyarakat melihat, ada kecendrungan bahwa penangkapan dilakukan pada mereka yang merupakan ulama (republika.co.id 21/11/2021).
Begitu juga, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menginterogasi terhadap salah satu tersangka teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang ditangkap di Lampung, Ir S. Dari hasil pendalaman itu, Densus mendapati yayasan amal milik JI, Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA), melakukan sosialisasi terkait pemberdayaan kebun kurma untuk pendanaan JI (detik.com 12/11/2021).
Selain itu juga, Densus 88 Antiteror Polri kembali menangkap dua tersangka teroris berinisial SU dan DRS. Keduanya merupakan pejabat Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal (BM) Abdurahman bin Auf (ABA), di Lampung. Keduanya merupakan anggota jaringan Jamaah Islamiyah (JI), yayasan ini diduga mengumpulkan dana yang mana dananya diperuntukkan untuk kegiatan aksi-aksi terorisme. Selain itu, dana tersebut digunakan sebuah program jihad global (beritasatu.com 3/11/2021).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik), praktik tindakan teror.
Oleh karenanya, semua tindakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan untuk meraih tujuan-tujuan politik tertentu, yang dilakukan oleh siapapun baik itu individu, kelompok, bahkan negara sebetulnya adalah terorisme.Tapi sayang, pelaku terorisme ini seringnya disematkan kepada seorang muslim dan yang belum tentu kebenarannya.
Sementara itu kita lihat, bagaimana sikap pemerintah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang jelas-jelas telah membuat teror dan bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia. Jelas dalam hal ini pemerintah beda memperlakukannya, mereka cukup hanya disebut KKB bukan terorisme.
Berulangnya isu terorisme telah menstigma Islam, muslim dan ajaran Islam terkait jihad. Barat meyakini bahwa ajaran Islam dan semangat jihadnya kaum muslim ini dapat merobohkan hegemoni imperialisme negara barat. Itulah sebabnya, barat memandang bahwa ajaran Islam ajaran yang berbahaya dan oleh karena itu barat melalui antek-anteknya akan terus berusaha menghalang-halangi agar Islam tidak bangkit dengan menggiring opini-opini yang menyesatkan.
Islam sendiri mengharamkan seorang muslim melakukan teror. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, agama yang menyebar dan menumbuhsuburkan rahmat untuk alam semesta. Jadi jelas teroris bukan ajaran Islam, dan tidak ada kaitannya sedikitpun dengan Islam. Begitu juga Islam melarang seorang muslim menumpahkan darah dan menghilangkan jiwa manusia tanpa haq.
Allah SWT berfirman: “Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Siapa saja yang memelihara kehidupan seorang manusia, seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS Al-Maidah ayat 32).
Adapun terkait jihad, jihad adalah ajaran Islam yang mulia. Jihad adalah perang di jalan Allah SWT yang tujuannya untuk mencari ridha Allah SWT. Karena itu dalam pelaksanaannya pun mengikuti rambu-rambu Islam, seperti tidak membunuh anak-anak, perempuan, dan orangtua yang tidak terlibat dalam peperangan.
Sangat jauh berbeda dengan perang yang dilakukan oleh negara penjajah ketika memerangi bangsa-bangsa lain. Tanpa rasa belas kasihan mereka menjatuhkan bom-bom yang mengakibatkan memakan korban penduduk sipil. Seperti yang dialami oleh penduduk Palestina, Afganistan, Suriah dan lainsebagainya.
Jihad dan Khilafah tidak bisa dipisahkan. Kita lihat negeri-negeri muslim yang dijajah oleh negara-negara barat saat ini tidak ada yang membela. Jika Khilafah tegak, Khilafah yang akan melawan negara penjajah tersebut serta membebaskan negeri-negeri muslim tersebut dari cengkeraman barat. Dengan semangat jihad, umat Islam tidak takut mati dalam menghadapi penjajahan. Umat Islam akan siap mengorbankan apapun termasuk nyawanya demi membela Islam. Dan inilah sesungguhnya yang di khawatirkan oleh barat beserta antek-anteknya.
Isu terorisme tidak lain stigma negatif terhadap Islam dan ajarannya. Isu ini akan terus berulang sehingga kaum muslim satu sama lain saling curiga dan ajaran Islam yang mulia ditinggalkan. Oleh karenanya umat harus sadar tidak mudah percaya dengan isu-isu yang justru semakin menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Teruslah berjuang sampai Islam diterapkan dalam kehidupan yakni dalam institusi Khilafah. Karena hanya Khilafah yang akan melindungi jiwa dan kehormatan kaum muslim.
Wallahu a’lam bishawab.
Views: 19
Comment here