Bahasa dan SastraCerbung

Jangan Hina Jilbabku!

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Ninda Mardiyanti Y H

Wacana-edukasi.com Cerita ini diambil dari kisah nyata, seorang gadis cikal yang berusaha ingin taat menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah untuk menutup aurat, tetapi ditentang oleh sekolah juga keluarga, sebut saja namanya Yanti. Ia anak gadis yang berstatus masih sekolah SMA Swasta Plus Bidang Kesehatan itu telah menduduki bangku kelas 11 ( kelas 2 SMA).

Setiap hari Jumat jam 11 sambil menunggu anak laki-laki melakukan Shalat Jumat, seluruh anak perempuan baik kelas 10, 11, maupun kelas 12 harus melakukan kegiatan yang sudah diprogramkan oleh Guru Mata Pelajaran PAI yaitu keputrian. Biasanya diisi oleh tim Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) membahas seputar Islam kafah yang berkaitan dengan dunia remaja. Di waktu bersamaan Yanti, Tika, beserta dua kakak tingkat memilih untuk tidak bergabung dengan yang lain tetapi kajian intensif satu pekan sekali bersama mentor terbaik yaitu Kak Nurjanah. Apa yang menjadi pembeda? Tidak ada pembeda antara keputrian dan kajian intensif hanya saja materi yang tersusun sistematis dari mulai akar hingga daun.

Untuk pertemuan pertama Kak Nur membuk dengan pertanyaan,
“Dik, kenapa adik-adik memilih agama Islam sebagai agama kalian?”

“Karena ibu dan ayah agama Islam Kak,” jawab Yanti.

“Iya Kak, turunan dari ayah sama ibu kalau bukan dari mereka dari siapa lagi?” Tika pun menguatkan jawaban Yanti.

Mendengar jawaban dari Yanti dan Tika, membuat Kak Nur pun mengundang pertanyaan yang baru.
“Kalau begitu kenapa ayah dan ibu kalian memilih agama Islam sebagai agama mereka?” tanya Kak Nur.

“Karena Kakek dan nenek agama Islam, Kak,” jawab serempak kedua Kakak tingkat.

“Oke, kalau begitu ada pertanyaan lagi. Kenapa kakek dan nenek kalian beragama Islam?” tanya Kak Nur seolah belum menemukan jawaban yang memuaskan dari adik-adik binaannya.

“Ya karena nenek buyut sama kakek buyut agama Islam Kak,” jawab Tika.

“Terus ya Kak, kenapa buyut beragama Islam? karena canggah, wareng, udhek-udhek, gantung siwur, sampai nenek moyang mereka beragama Islam. Makanya sekarang kita juga ikut agama Islam.” Tika pun menjawab dengan silsilah keluarga hingga Kak Nur tidak lagi menanyakan pertanyaan yang sama.

Mendengar semua jawabannya Kak Nur pun tidak menyalahkan, sebab memang ada benarnya juga hanya saja tidak memuaskan sebab dari jawaban tersebut akan mengundang pertanyaan yang baru. Kemudian Kak Nur langsung menjelaskan dari pertanyaan tersebut “Mengapa kalian memilih agama Islam sebagai agama kalian?’

“Islam adalah agama yang sempurna, agama yang diridai oleh Allah SWT, agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, maupun manusia dengan manusia yang lain.” Kak Nur menjawab dengan singkat, padat, dan jelas.

Islam memang agama yang sempurna, sempurnanya Islam bahkan tidak ada hal yang tidak diatur di dalamnya. Dari yang terkecil sampai hal terbesar, dari bangun tidur sampai tidur lagi, Islam telah mengaturnya. Termasuk dalam hal pakaian, sejatinya seorang muslimah harus menutup aurat secara sempurna termasuk juga bagi laki-laki hanya saja ada titik perbedaan antara batasan aurat laki-laki dan perempuan.

“Dik, Islam itu bukan hanya mengatur tentang ibadah saja melainkan seluruhnya termasuk Islam punya aturan bagaimana berbusana yang sesuai. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 Allah menyuruh kita untuk berjilbab. Di sini kita jangan salah mengartikan tentang jilbab, banyak di luar sana mereka mengartikan bahwa jilbab adalah kerudung padahal maknanya tidak demikian. Ada ulama yang mengatakan bahwa jilbab itu baju kurung seperti terowongan tanpa adanya potong-potong. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa jilbab dalam bahasa mudahnya adalah gamis. Sementara kerudung seperti apa yang kita tahu kain yang dibalutkan dibagian kepala sampai menutupi dada seperti yang termaktub dalam QS. An-Nur ayat 31, bahasa lain dari kerudung adalah _khimar_.” Setelah pemantapan akidah, Kak Nur pun menjelaskan tentang jilbab. Mengapa harus jilbab? Sebab pembahasan itu yang sedang menjadi permasalahan di dunia remaja.

“Aurat perempuan itu berbeda dengan laki-laki. Batasan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka termasuk kaki pun harus tertutup sempurna. Sementara laki-laki batasannya dari pusar sampai lutut. Nah, kita sebagai muslimah tentunya wajib untuk menutup aurat dengan jilbab dan kerudung sebab kalau tidak, tentu menjadi dosa. Kemudian, menutup aurat itu tidak harus melihat tempat dan waktu. Artinya mau di serang, di empang, di jalan, di kolam berenang, di mana pun berada baik dalam cuaca panas, dingin, siang, ataupun malam ketika posisi di luar rumah harus menutup aurat, termasuk di sekolah dan ketika olah raga,” sambung Kak Nur.

Yanti, Tika, dan kedua kakak tingkat itu menyimak penjelasan Kak Nur dengan baik dan merenungkan apa yang disampaikan. Hingga kemudian tebersit pertanyaan,
“Kalau sekolah berarti seragamnya bagaimana? Apakah sekolah mengizinkan? Bagaimana kalau terjadi masalah kemudian sampai dikasih peringatan?” tanya Yanti penuh kekhawatiran.

“Sebab itulah konsekuensinya, Dik. Hal yang dialami oleh Kakak pun demikian, ketika jam pelajaran olahraga berlangsung hanya Kakak memakai seragam berbeda dari yang lain, seragam olahraga dijadikan jilbab. Banyak orang yang melihat lalu menertawakan, bahkan yang lebih parah sampai dipanggil oleh guru olahraga dan diberikan surat peringatan oleh kepala sekolah. Tapi apakah berhenti? Tidak, justru semakin kuat mempertahankan bahkan Al-Qur’an pun Kakak bawa ketika dipanggil untuk meyakinkan bahwa ini adalah kewajiban. Sampai kemudian mereka lelah melihat Kakak, alhamdulillah tidak jadi dikeluarkan. Inilah pertolongan dari Allah, sebab yakin di balik kesulitan ada kemudahan.” Kak Nur menjawab dengan penuh perasaan sampai Yanti, Tika, dan kedua kakak tingkatnya pun terenyuh.

Lanjut Kak Nur meyakinkan. “Kakak yakin adik-adik tentu bisa. Janji Allah itu pasti bahwa siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya.”

Setelah mendengar penjelasan dari Kak Nur, mereka berempat jadi berpikir keras. Menggunakan jilbab di luar sekolah memang sudah dijalankan tinggal mencari strategi seragam sekolah.

Waktu terus bergulir sampai tibalah masanya Yanti dan Tika pun menginjak kelas 12 dan kedua kakak tingkatnya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Di akhir masa sekolahnya barulah mereka mencoba memberanikan diri untuk mengubah seragam disambung menjadi gamis, tetapi baru satu seragam saja yaitu seragam pramuka.

Bulan Januari ada rencana dari mereka berdua untuk membuat konten penolakan Valentine Day, mencoba mengumpulkan adik-adik untuk memberikan tanggapan tentang Valentine Day. Bukan hanya dari kalangan siswa saja melainkan mencoba meminta tanggapan dari guru sekaligus kepala sekolah.

Bersyukur karena semua sesuai dengan rencana, mereka berhasil mendapatkan video tanggapan penolakan dari kepala sekolah. Namun sayang selesai merekam video tiba-tiba Yanti dan Tika dipanggil kepala sekolah ke ruangannya, setelah beliau melihat ada perbedaan seragam pramuka yang dikenakan oleh Yanti dan Tika.

“Tika, kira-kira ada apa ya? Kok Bapak Kepala Sekolah memanggil kita?” tanya Yanti penuh dengan keheranan.

(Bersambung)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 22

Comment here