wacana-edukasi com, SURAT PEMBACA– Lagi. Negeri ini rasanya tak jera dengan jeratan kapitalis asing. Dikutip dari laman pu.go.id, diketahui bahwa Pemerintah China akan mengucurkan dana sebesar Rp 5 triliun untuk pembangunan jembatan terowongan dalam air di Palembang, Sumatera Selatan. Dengan kucuran dana tersebut, Pemerintah Cina telah menunjukkan keseriusan agar pembangunan jembatan terowongan di dalam air itu terealisasi. Tujuan pembangunan jembatan ini untuk meningkatkan kinerja antara pusat dan daerah dalam membangun Sumatera Selatan (jatimnetwork.com, 29/7).
Meskipun pembangunan terowongan dalam air ini masih dalam wacana, tetap saja pembangunan infrastruktur negeri ini tak lepas dari bayang-bayang asing. Padahal, dalam sistem ekonomi kapitalisme ada istilah ‘no free lunch’ atau tidak ada makan siang gratis. Sebab, bantuan yang diberikan para kapital itu bukan tanpa imbalan. Ada sesuatu hal yang harus dikorbankan oleh negeri ini.
Terlebih, jika modal infrastruktur itu mekanismenya adalah utang. Jangan sampai nasib negeri ini seperti Uganda. Sebab gagal bayar utang ke China, mereka harus menyerahkan infrastrukturnya yakni Bandara Internasional Entebbe. Bukan hanya Uganda, Sri Lanka pun bernasib sama. Sri Lanka merelakan pelabuhan dan bandara miliknya dikelola oleh China. Karena terjerat utang US$ 1,5 miliar pada 2010 lalu.Membuka permodalan asing sama saja membuka keran kehancuran negara. Terlebih, infrastruktur yang dibangun bermodal tinggi dan belum begitu urgen untuk masyarakat. Sebab, saat ini pemerintah pula masih fokus pada pembangunan jembatan Musi II, Musi IV, dan Musi VI.
Sesungguhnya, dalam kacamata Islam pembangunan infrastruktur tidak boleh bersumber pada pembiayaan asing. Terlebih, dalam infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Ibnu Taymiyyah, aktivitas ekonomi dan pengembangan biaya sosial atau infrastruktur semisal transportasi dan komunikasi yang memakan biaya yang tinggi, negara memiliki kewajiban menanggungnya (MuslimahNews.com).
Negara Islam adalah negara yang mandiri. Ditopang dengan pembiayaan yang mandiri oleh negara. Pemasukan kas negara bersumber dari banyak pos, sehingga sudah tentu negara Islam tidak akan kekurangan dana untuk membiayai infrastrukturnya. Sungguh, dibutuhkan sistem perekonomian Islam yang kuat, yang akan mampu menjadi negara mandiri, adidaya, tanpa bantuan asing.
Ismawati
Palembang, Sumatera Selatan
Views: 4
Comment here