Jurus Jitu Memengaruhi Pikiran Buah Hati
Oleh : Henning Astuti
Ahad, 28 Maret 2021 telah dilaksanakan seminar parenting muslimah dengan tema Jurus Jitu Memengaruhi Pikiran si Buah Hati yang disampaikan oleh Ustadzah Rohimah (Praktisi pendidikan dan ketua yayasan SD IT Khoir Ummah Jakarta Timur).
Seminar ini tidak hanya dihadiri oleh ibu-ibu rumah tangga yang notabene madrasah pertama dan utama, tetapi juga dihadiri oleh calon-calon ibu.
Pemateri mengawali pemaparannya dengan mengutip sebuah ayat Al-Qur’an terkait kewajiban mendidik anak sesuai dengan Islam. Pemateri mengingatkan kembali bahwa seorang ibu harus memahami posisi anak di dalam Islam karena kalau kita tidak mengetahuinya maka langkahnya akan menjadi tidak jelas. Posisi anak didalam Islam yangg pertama anak sebagai anugrah, yang kedua anak adalah amanah/ titipan dan yang ketiga anak adalah masa depan bagi orang tua.
Sebelum membahas lebih jauh lagi tentang materi tersebut, pemateri bertanya kepada para peserta, siapa yang ketika melahirkan menginginkan anak yang menjengkelkan? InsyaaAllah semua sepakat menjawab tidak ada yang menginginkan demikian.
Pada saat kita menikah kemudian hamil, pasti anak itu yang diharapkan adalah anak yang sehat, cerdas, dan sholih. Pemateri mengutip sebuah surah dalam Alqur’an yaitu surah Al Furqan yang didalamnya disampaikan betapa beratnya wanita ketika hamil, hingga bermohon kepada Allah, ketika “Engkau memberikan anak yg sholih maka kami akan selalu bersyukur”. Begitupun apa yg pernah para nabi mohon kepada Allah SWT “Robbana hablana min azwajina wa dzuriiyatina qurrota a’yun..”
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Kalau kita punya harta, tidak digunakan untuk beramal sholih maka tidak akan menjadi baik di sisi Allah, begitupun dengan anak-anak. Anak-anak yang kita didik dengan baik sesuai maunya Allah sehingga mereka menjadi anak sholeh, maka inilah investasi kita di akhirat. Insyaa Allah anak yang sholeh akan memudahkan jalan orangtuanya menggapai surga. Dalam surah At Taghabun ayat 15 dinyatakan bahwa amwaal (harta) dan awlaad (anak) selalu berdampingan. Harta dan anak-anak bisa menjadi bagian dari fitnah/cobaan (ketika anak tsb durhaka atau membuat marah orgtua). Anak adalah anugrah, maka hendak kita apakan terlebih ini adalah titipan. Ketika anak dititipkan kepada kita, anak itu suci bersih, lantas layak tdk jika kita kembalikan menjadi anak yg rusak. Sebagai contoh, ketika kita dititipkan sebuah mobil yang masih bagus dan utuh, tidak mngkin kita mngembalikan dalam keadaan sudah tidak ada spion, body mobil rusak begitupun mesinnya. Maka sudah seharusnyalah kita mengembalikan dalam keadaan yg sama sebagaimana diawal kita dititipkan.
Berbicara tentang anak, maka kita berbicara tentang satu generasi dan tidak berpikir hanya tentang anak kita sendiri. Bahkan mengharap generasi yg sesuai harapan. Di setiap diri anak/manusia terdapat potensi, yaitu hajatul udlowiyah (misal penampakan lapar, pipis dll) dan naluri. Naluri sendiri terdiri dari tiga macam, yakni naluri nau (misal penampakan sedih ketika ditinggal ibu pergi), naluri baqa (misal penampakan ketika dicubit, dia akan menghindar/marah/membela diri) dan naluri tadayun (misal penampakan senang pergi ke mesjid, membaca Qur’an membuatnya anteng, dan lain-lain). Kini tinggal bagaimana orang tua mengoptimalkan potensi, baik hajatul udhowiyah maupun naluri sesuai usianya. Selain kedua potensi yg dimiliki pd setiap anak, terdapat pula potensi akal. Memberikan kebutuhan kepada anak, bukan hanya sekedar memenuhi rasa laparnya saja dengan makanan yang halal dan thoyyib. Namun dengan adanya potensi akal, anak jg harus dipenuhi kebutuhannya yaitu dengan memberikan informasi-informasi yang benar dan mengajaknya berpikir.
Arah pendidikan generasi dalam Islam terdiri dari dua hal, yaitu pertama tujuan penciptaan manusia dan yg kedua adalah target pendidikan anak/generasi.
Jika kita sebagai orang tua tidak mengetahui bahwa tujuan manusia diciptakan untuk beribadah, maka bagaimana kita memiliki anak yg senantiasa beribadah kepada Allah. Ibadah sendiri memiliki dua makna, yaitu ibadah yg bermakna umum (setiap yang dilakukan bernilai ibadah) dan ibadah yg bermakna khusus (ibadah mahdoh ; sholat, puasa, zakat, haji).
Keberadaan manusia di muka bumi juga sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa, ini juga merupakan target bagi pendidikan generasi, selain membentuk anak memiliki kepribadian yang sholih dan sebagai penyenang hati orangtua. Dalam sebuah kisah sahabat Nabi, tentang sosok seorang Umar Bin Khattab. Terlintas dibenak sebuah pertanyaan mengapa Umar Bin Khattab dipilih menjadi seorang pemimpin?
Karena orang-orang yg memilih beliau adalah orang-orang yang bertaqwa. Janganlah hanya berpikir tentang kesholihan anak kita sendiri, tetapi umat adalah anak kita semua. Kalau anak kita sendiri yang sholih maka bisa jadi akan dipandang sebagai anak yang aneh.
Kemudian siapakah yg bertanggungjawab terhadap pendidikan generasi ?Jawabannya adalah Pertama, Orangtua. Kedua, Negara. Ketiga, Lingkungan. Bicara orang tua, khususnya Ibu. Betapa sosok seorang ibu merupakan pendidik yang pertama dan utama. Ibu memiliki banyak tugas dan mampu melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya, karena itu mereka adalah sosok-sosk yang multitalen.
Orang tua sangat berperan untuk mendukung menuju target memiliki anak yag salih. Bagaimana anak bisa menjadi salih apabila orgtua juga tidak melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Oleh karena itu, untuk membentuk anak yang sholih, maka orang tua harus mensalihkan diri terlebih dahulu. Orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sehingga perlu ada pembekalan pada diri orang tua yaitu menuntut ilmu. Di dalam Islam, daulah akan memfasilitasi baik fisik maupun nonfisik dalam hal yang dibutuhkan oleh rakyatnya khususnya dlm membentuk masyarakat yang sholih. Apabila negara yang tidak tunduk dengan syariat Allah/sekuler, maka akan sulit merealisasikannya. Dan anak kita akan merasakan betul dampaknya, apakah itu pergaulan yg bebas, narkoba dan lain-lain. Lantas bagaimana mewujudkannya ? Negara harus mau terlebih dahulu mengubah konsep, dari sebelumnya menganut sistem pendidikan berbasis sekuler menjadi berbasis Islam.
Wallahu’alam Bishowab.
Tulisan ini disarikan dari Seminar Parenting Muslimah, Ahad, 28 Maret 2008 yang diselenggarakan oleh Ash-sholihah Community
Views: 6
Comment here