Kesemrawutan, kerusakan hingga memakan korban ini sebenarnya berasal dari kesalahan dalam memandang kemajuan daerah itu dengan adanya pembangunan-pembangunan secara fisik untuk bisa membangun ekonomi yang maju.
Oleh : Melagustina Dewi S.Sos.I (Aktivis Dakwah Muslimah)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Sejumlah warga di sekitar kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, mengeluhkan kondisi kabel semrawut. Tumpukan kabel yang menjuntai ke bawah itu terlihat berantakan hingga di pinggir jalan.
Sebelumnya, Vadim seorang pengemudi ojol tewas, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas akibat terjerat kabel semrawut di Jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat, pada 28 Juli 2023 sekitar pukul 23.00 WIB. Korban sempat dilarikan ke RS Pelni Jakarta dan mendapatkan perawatan, namun nyawanya tak tertolong.
Kasus meninggalnya warga akibat terjerat kabel bukanlah baru kali ini saja, ini sudah kesekian kali dan sangat meresahkan warga, bahkan jika ini dibiarkan terus akan berakibat fatal yang bisa saja mengakibatkan kecacatan sampai kehilangan nyawa.
Sebagian pihak menganggap kasus ini bukanlah hal yang perlu diributkan, tapi jika ini sudah memakan korban apakah ini harus dibiarkan saja. Dari pihak keluarga bingung mau meminta pertanggung jawaban kepada siapa.
Pihak kepolisian setempat pun sibuk menghimbau kepada beberapa perusahaan yang merasa memiliki akses jalur melintangnya kabel di daerah tersebut, namun sampai sejauh ini hasilnya masih nihil. Semua pihak saling melempar tanggung jawab, dan tidak mengakui kabel tersebut miliki siapa.
Lagi-lagi masyarakat harus menahan diri dan ujung-ujungnya pasti berita akan hilang entah kemana tertutup dengan berita baru lagi.
Kasus ini bukan hanya sebatas ketidak hati-hatian warga, tapi harusnya pihak pemerintah memperhatikan aspek keselamatan warganya dalam melakukan pembangunan sehingga pemerintah bisa lebih protek dalam memantau pengerjaannya yang jauh dari bahaya.
Namun, nampaknya pemerintah enggan untuk melakukan itu, sebab mereka lebih memilih menyerahkan pengelolahan proyek diserahkan kepada pihak swasta. Dalam dunia kapitalis saat ini proyek bisa berjalan lancar jika ada kekuatan baik modal atau UU. Tanpa harus memperhatikan dampak dan keberbahayaan dari berjalannya proyek tersebut, pengontrolan lemah, keselamatan diabaikan karena fokus untuk mencari keuntungan. Akhirnya rakyat kembali menjadi korban.
Merealisasikan pembangunannya dengan menggandeng para investor untuk mendukung pembiayaan, baik dalam maupun luar negeri. Pengelolahannya pun berdasar pada peran para pemodal hingga mampu mengerdilkan peran negara. alhasil pembangunan tidak mengarah kepada kepentingan rakyat , melainkan sesuai kepentingan pemodal.
Kesemrawutan, kerusakan hingga memakan korban ini sebenarnya berasal dari kesalahan dalam memandang kemajuan daerah itu dengan adanya pembangunan-pembangunan secara fisik untuk bisa membangun ekonomi yang maju. Padahal, faktanya berbagai pembangunan tersebut belum tentu membawa kesejahteraan bagi rakyat, bahkan bisa jadi manfaatnya pun tidak dirasakan oleh rakyat. Karna kondisi nya saat ini segala pembangunan berdasar kepada hitungan untung dan rugi.
Berbeda dengan pengelolahan pembangunan atau proyek dalam islam yang mengutamakan kepentingan rakyat, yang bisa dirasakan manfaatnya oleh rakyat, yang memastikan keselamatan rakyatnya, menjauhkan segala kemungkinan yang akan membahayakan rakyatnya. Selain ia harus mempertanggung jawabkan posisinya dihadapan Allah Swt.
Rakyat harus cerdas, harus kritis, dan selalu melakukan muhasabah kepada penguasa agar setiap kebijakan di terapkan tidak semena-mena, karena negara adalah pihak yang paling bertanggung jawab. Dia bukan lah orang yang diurusi tapi adalah orang yang mengurusi rakyat. Itulah alasan kenapa mereka dipilih.
Wallau’alam bishawab
Views: 27
Comment here