Oleh: Dyan Shalihah
Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA-– Ramainya hastag #KaburAjaDulu di berbagai media sosial, termasuk aplikasi X yang pernah trending topik unggahan di Indonesia beberapa waktu yang lalu adalah imbas dari berbagai kebijakan pemerintah yang menyulitkan generasi muda.
Dilansir dari detikInet, #KaburAjaDulu adalah ekspresi digital untuk meninggalkan Indonesia sementara waktu atau bahkan secara permanen. Fenomena ini viral karena banyak anak muda yang merasa tidak memiliki harapan dan masa depan cerah di Indonesia. Mereka merasa lelah dengan berbagai masalah yang seakan tidak berujung. Ditambah lagi, adanya kemudahan akses informasi untuk bekerja atau belajar di luar negeri makin mendorong keinginan mereka untuk “kabur”(detikbali/15/2).
Nasionalisme Terkikis Kecewa Kronis
Ramainya hastag KaburAjaDulu, tentu tidak terlepas dari pengaruh digitalisasi. Sosial media yang gencar memberitakan gambaran hidup di negara lain yang lebih menjanjikan dibandingkan di negeri ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan anak muda khususnya generasi Z.
Bagaimana tidak, disaat di negara ini akses pendidikan yang sangat sulit dengan biaya yang tinggi, justru di negara lain pemberian beasiswa digencarkan bagi siapa saja. Ketika di negara ini ijazah sekelas sarjana dijajakan saja tidak laku, namun di negara lain peluang kerja menawarkan di berbagai posisi dari tenaga ahli sampai tenaga kasar dengan upah yang layak sesuai dengan keterampilan masing masing.
Belum lagi banyak kebijakan penguasa yang terkesan tidak berpihak kepada generasi muda,namun cenderung kepada pengusaha membuat isu kecemburuan sosial semakin meningkat. Banyaknya pengangguran yang didominasi gen Z, serta pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar besaran semakin memupuk rasa kecewa hingga tingkat kronis.
Maka, tidak dapat dielakkan rasa kekecewaan itu akan semakin mengikis rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Jika hal ini dalam artian kebijakan pemerintah tidak berubah, bisa jadi cita cita “Menuju Indonesia Emas” akan gagal total.
Kapitalisme Biang Masalah
Tren #KaburAjaDulu tidak terlepas dari fenomena Brain Drain, yaitu hijrahnya kaum intelektual dari negerinya sendiri untuk menetap di negara lain karena minimnya peluang dan keterbatasan di negara asal. Brain Drain menjadi isu krusial dalam konteks liberalisasi ekonomi yang semakin menguat dan semakin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang, menciptakan ketidak adilan dalam akses terhadap Sember daya dan kesempatan.
Kesenjangan kehidupan sosial dan ekonomi yang terjadi di negeri ini, berawal dari penerapan sistem yang sudah rusak dari awal kemunculannya. Sistem kapitalisme menjamin kebebasan dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu kebebasan beragama, berpendapat, bertingkah laku, serta kebebasan kepemilikan.
Kebebasan kepemilikan memberikan peluang bagi para pemilik modal untuk mengeruk keuntungan berlipat ganda dari berbagai transaksi ekonomi, serta nguasai bisnis di sektor hulu hingga hilir tentunya dengan restu dari para penguasa. Hal tersebut sama sekali tidak memberi celah bagi masyarakat kebanyakan untuk bersaing dalam bidang ekonomi, sehingga kekayaan hanya berputar pada segelintir orang.
Ketika kesenjangan kehidupan sosial dan ekonomi semakin melebar, maka mustahil berharap kehidupan yang sejahtera. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme telah gagal dalam mensejahterakan rakyatnya. Padahal, kesejahteraan menjadi hak seluruh masyarakat tidak hanya di negara maju tetapi juga di negara berkembang, sebagaimana Islam telah mewajibkan nya.
Solusi Islam
Islam mewajibkan negara memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negaranya secara individu per individu. Negara juga wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi laki-laki yang sudah baligh sehingga mampu memenuhi kebutuhannya dan seluruh keluarga yang menjadi tanggungannya.
Islam menjadikan negara sebagai pihak pertama dalam menyelesaikan masalah rakyat termasuk pengangguran. Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW:
” Seorang imam ( kepala negara)adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya.” ( HR. Bukhari).
Negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang berkualitas dan merata. Pendidikan menjadi sarana untuk memperoleh skill serta lisensi yang bisa digunakan untuk mencari pekerjaan. Pendidikan dalam Islam memiliki tujuan yang nyata, yakni membentuk kepribadian islam yang kuat dan bekal ketrampilan untuk berkarya.
Dalam pengelolaan SDA, negara mengelolanya secara mandiri sehingga lapangan pekerjaan terbuka secara lebar dan eksplorasi SDA membutuhkan banyak SDM. Tentu, hal itu akan menutup istilah “pengangguran” sebagaimana yang sekarang menjadi masalah terbesar di negara ini.
Hasil pengelolaan SDA akan digunakan untuk kesejahteraan rakyat, seperti pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, pendidikan dll, sehingga kualitas hidup rakyat menjadi terjamin. Semua itu hanya akan terwujud dalam negara Islam khilafah. Tegaknya khilafah akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam, serta mewujudkan dunia yang adil dan sejahtera. [WE/IK].
Views: 15
Comment here