Oleh: Melani N (Aktivis Muslimah)
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Generasi hari ini menghadapi kesulitan hidup sangat komplek. Harapan demi harapan harus putus di tengah jalan. Bagi yang ingin berlanjut ke jenjang sekolah yang lebih tinggi terbentur dengan biaya yang selangit. Setelah lulus, harapan segera mendapat pekerjaan harus pupus dengan persyaratan yang berbelit-belit.
Belakangan ini, warganet berbodong-bondong menyerukan tagar #KaburAjaDulu di sejumlah media sosial termasuk X (Twitter), beberapa cuitan di X bahkan mengaitkan tagar #KaburAjaDulu dengan tagar viral lainnya, seperti #Peringatan Darurat. Tidak hanya itu, cuitan tagar ini juga disertai dengan keluhan netizen mengenai permasalahan di Indonesia.
Meski terlihat sederhana, menguat tagar ini menjadi indikasi bahwa kenyataannya banyak masyarakat Indonesia yang sungguh-sungguh berniat meninggalkan negara kelahirannya untuk mendapatkan kesejahteraan hidup yang lebih baik (CNNIndonesia.com, 7/2).
Sejumlah warganet merekomendasikan sejumlah negara tempat mengadu nasib seperti Jerman, Jepang, Amerika hingga Australia sebagai tempat yang tepat untuk pindah. Masifnya tren #KaburAjaDulu merupakan sinyal atas kekecewaan masyarakat yang begitu besar terhadap pemerintah Indonesia. Seperti pendidikan yang layak, lapangan kerja, dan jaminan kualitas hidup dipandang netizen sebagi suatu yang tidak bisa diberikan oleh perintah Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Brain drain atau human capital flight atau diterjemahkan pelarian modal manusia adalah perginya orang-orang terdidik dan terampil dari suatu negara ke negara lain sehingga negara asal kekurangan orang-orang berkeahlian (Wikipedia).
Sejarah mencatat brain drain atau pelarian modal manusia dalam sejarah Indonesia sudah ada sejak tahun 1960-an, banyak siswa Indonesia yang belajar di luar negeri untuk tidak kembali, sampai dengan tahun 1980-an, lulusan yang belajar di luar negeri tetap memilih bekerja di luar negeri seperti Amerika.
Seperti diungkapkan diatas trendingnya #KaburAjaDulu merupakan bentuk kekecewaan rakyat terhadap kebijakan pemerintah saat ini. Selama ini negara kurang memperhatikan hak pokok rakyat, masalah pendidikan dan lapangan kerja. Tidak semua rakyat menikmati fasilitas pendidikan dan kemudahan mencari kerja. Kenaikan uang kuliah yang tiap tahun terus naik harus dibayar mahasiswa. Bahkan diantara pencari kerja harus rela mengantri panjang dengan syarat kerja yang ribet. Kenyataan ini menunjukan inkosistennya pemerintah terhadap kebijakan yang dibuat.
Indonesia sendiri memperoleh skor kesenjangan sebesar 68 poin dalam laporan tersebut, yang mana dengan angka tersebut, Indonesia pun berada dalam posisi terakhir sebagai negara dengan kesenjangan ekonomi tertinggi di dunia (UBS,7/24).
Kesenjangan ekonomi merupakan kondisi yang tidak seimbang dalam masyarakat yang menyebabkan perbedaan mencolok. Dalam sistem kapitalisme kondisi ini merupakan keniscayaan karena kekayaan hanya berkonsentrasi pada segelintir orang. Maka masalah yang muncul akibat kesenjangan ekonomi adalah terbatasnya lapangan kerja, kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Sistem kapitalisme menjadikan pendidikan mahal dan tidak merata, regulasi masalah ketenaga kerjaan dan sistem upah berubah-ubah mewarnai kebijakan saat ini, karena pemerintah belum menemukan variabel yang pas dalam penentuan upah. Pekerja bagaikan sapi perah, rakyat hidup dalam sistem kapitalisme tidak ubahnya kelinci percobaan.
Tidak dimungkiri keinginan rakyat berhijrah ke luar negeri tidak dapat dibendung. Besar harapan mendapat gaji besar, kesempatan karir, jaminan sosial. Bahkan kesuksesan dan keberhasilan seseorang yang telah lama hijrah menjadi tolak ukur bagi lainnya. Hingga akhirnya mereka enggan untuk kembali ke negara sendiri. Namun jika fenomena hijrah terus meningkat maka yang terjadi negara kekurangan tenaga ahli dan profesional.
Pemerintahan Islam memiliki konsep pendidikan yang merata dan biaya tidak mahal sehingga masyarakat, masyarakat tidak terbebani biaya mahal, fasilitas penunjang pendidikan terpenuhi sampai jenjang pendidikan tinggi atau perguruan tinggi.
Pendidikan Islam adalah sistem intergral, dengan memadukan ilmu agama dan dunia. Sistem pendidikan Islam bukan hanya membentuk individu cendas secara intelektual akan tetapi individu yang mempunyai akhlak mulia yang mampu berkontribusi pada kehidupan manusia. Setiap individu menyadari kewajiban menuntut ilmu sebagaimana dalam hadist Rasulullah : ” Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”.(HR.Ibnu Majah).
Rakyat hidup dalam sistem Islam tidak kuatir tidak mendapat pekerjaan, pemerintahan Islam akan menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Ada 4(empat) sumber seperti pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa. Dari 4 (empat) sumber bidang tersebut setidaknya ada 7(tujuh) bentuk macam pekerjaan yaitu menghidupkan tanah mati, menggali kandungan bumi, Mudharabah, misaqat dan ijarah (kontrak kerja), berburu, dan makelar.
Oleh karena kaum pemuda muslim hari ini, keputusan hijrah bukan merupakan solusi mendapat kesejahteraan layak, karena keberhasilan individu satu dengan lainnya tidak dapat menjadi tolak ukur keberhasilan. Bagi yang lama berhijrah pasti memulai perjuangan panjang. Oleh karena itu. Hidup tidak hanya mengejar kenikmatan duniawi semata, akan tetapi tugas utama berjuang bersama, membuang sistem kapitalisme yang telah merusak harapan dan kesejahteraan bagi umat sedunia.
Views: 8
Comment here