wacana-edukasi.com– Mengkhawatirkan! Hal ini lantaran pemerintah mengambil kebijakan yang dianggap akan membuka peluang bagi merebaknya virus Covid-19. Seperti disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan tinggi di Sidang Majelis Umum PBB ke 76 di New York.
Retno meminta petinggi negara sahabat untuk menghapus Indonesia dari daftar merah perjalanan. Hal itu lantaran kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia diklaim sudah lebih baik dari negeri lain (26/9).
Permintaan tersebut jelas menimbulkan tanya. Untuk kepentingan apa harus mengajukan permintaan dihapus dari red list (zona merah internasional)?
Sebagaimana pernyataan dari Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), bahwa pihaknya kini sedang menyusun rencana pembukaan pariwisata Bali untuk internasional. (17/9)
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa permintaan penghapusan red list untuk kepentingan pariwisata Indonesia agar kembali hidup dengan masuknya wisman. Padahal, dengan masuknya wisman justru dapat membuka peluang semakin merebaknya kasus penyebaran virus Covid-19. Sebab, daerah asal wisman juga belum bebas dari Covid-19 dan malah bisa menyebarkan virus varian baru yang berasal dari luar negeri. Ini jelas sangat berbahaya.
Oleh sebab itu, permintaan penghapusan dari red list hendaknya dikaji ulang oleh pemerintah. Sebab, Pariwisata bukanlah kepentingan ekonomi mayoritas rakyat. Namun, pariwisata hanya menguntungkan perekonomian segelintir orang atau pebisnis seperti pemilik hotel, travel, maupun pengelola tempat wisata. Jangan sampai demi keuntungan sekelompok orang justru mengorbankan keselamatan banyak orang.
Pemerintah hendaknya lebih jeli memandang terhadap bahaya yang ditimbulkan lebih besar jika wisata benar-benar dibuka. Pemerintah juga harus ingat, bahwa tugas utama sebagai pemimpin adalah memelihara keselamatan rakyat. Sebab, nyawa rakyat pastilah lebih berharga dari sekadar keuntungan ekonomi yang hanya dirasakan oleh kalangan tertentu saja.
Wida Nusaibah
Malang-Jatim
Views: 3
Comment here