Remaja

Kala Insecure Melanda

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Hafizah Dwiena Adhatya (Pemerhati Remaja)

Sadar atau tidak, kita semua pernah merasa insecure. Kalau kata anak zaman baheula, insecure itu sama dengan minder, yaitu perasaan tak percaya diri yang muncul saat ada orang lain dirasa lebih keren, lebih kaya, lebih hebat, lebih segala-galanya dibanding dengan keadaan kita. Ujung-ujungnya, kita jadi tidak bahagia.

Insecure muncul sebagai implementasi dari ghorizah baqo (naluri mempertahankan eksistensi diri) yang telah Allah bekali dalam diri masing-masing manusia. Lalu, apa yang harus dilakukan jika insecure itu muncul?

Bagaimana kalau insecure pada crazy rich yang muda dan berlimpah kekayaan dengan mudah dan dalam waktu singkat? Atau insecure pada gawai teman merek iPhone terbaru? Apakah harus ikut-ikutan mereka supaya bahagia?

Imitator Versus Winner

Mari, ajaklah diri untuk berfikir cemerlang. Kira-kira insecure ini mau dibawa kemana? Apa hanya akan dituruti begitu saja sebagai pemuas kenyamanan dan kebahagiaan dunia? Kira-kira kebahagiaan seperti apakah yang kita kejar, saat tujuannya hanya sedangkal pemuasan materi dunia saja?

Dalam Islam, ghorizah itu tidak harus dipenuhi. Tidak akan mati manusia jika saat ghorizah itu muncul kemudian hanya diabaikan saja. Apakah tidak punya iPhone terbaru akan membuat manusia dilanda gundah-gulana, sehingga fisiknya mengalami kematian akibat dorongan kepemilikan yang tak terpenuhi tadi?

Ya tapi, rasanya hidup ini tak nyaman kalau tidak ikutan. Harus bagaimana supaya tak resah berkelanjutan?

Sebagai seorang muslim, tentu ada rambu-rambu yang harus ditaati dalam menyalurkan ghorizah. Yaitu harus sesuai dengan aturan Allah sehingga dapat bernilai ibadah.Bagaimana caranya mengelola insecure yang cenderung negatif tersebut agar menjadi bernilai ibadah?

Become Winner

Pertama, Luruskan Kerangka Berfikir. Manusia, sejatinya adalah seorang hamba ciptaan Sang Khalik Al-Mudabbir. Dalam Islam, kebahagiaan yang hakiki itu seperti apakah wujudnya?

Mari tuntun diri kita untuk menyelami 3 pertanyaan berikut ini: Darimanakah manusia berasal? Untuk apa manusia hidup di dunia? Hendak kemanakah manusia setelah kehidupan?

Darimana manusia berasal ? Jika kita sadar bahwa Allah-lah yang menciptakan diri kita, maka sudah sepatutnya-lah makhluk itu tunduk dan patuh pada perintah dan larangan-Nya. Taat tanpa tapi dan nanti, taat tanpa pilih-pilih, taat secara kaffah.

Untuk apa manusia hidup di dunia ? “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu”.(QS:Adz-Dzaariyat:56). Seperti apakah ibadah yang seharusnya dilakukan seorang muslim?

Beribadah atau beramal taat dalam Islam pun ada aturannya. Bukan sekedar mengikuti apa yang kebanyakan orang lakukan sehingga itulah amal baik menurut mereka.

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.” (QS: Al-Anam-116)

Bukan juga melakukan amal perbuatan hanya digiring oleh akal dan nafsu karena indera manusia terbatas. “…Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS: Al- Baqarah-216)

Jadi, standar beribadah atau beramal taat itu adalah standar milik Allah. Apakah amal perbuatan itu terkategori sebagai amalan wajib, sunnah, mubah/halal, makruh, atau haram. Sumber hukumnya yaitu dari Al-Quran, As-Sunnah, ijma sahabat, dan qiyas. Dengan demikian, ibadah kita insya Allah akan diterima oleh Allah.

Akan kemana manusia setelah kehidupan ? Sebagai seorang muslim, kita wajib mengimani bahwa kelak manusia pasti akan kembali kepada Allah. Dengan keyakinan bahwa Allah pasti meminta pertanggung jawaban seluruh amal perbuatan yang sudah dipilih dengan sadar untuk dilakukan selama hidup di dunia.

Ketiga pertanyaan ini adalah aqidah. Ia adalah iman seorang muslim sejati, yang membedakan dengan manusia lain yang memiliki tujuan kebahagian semu. Ketiga pertanyaan ini, menggiring pada satu tujuan hidup di dunia sebagai seorang muslim sejati, yaitu untuk meraih kebahagiaan hakiki. Apa wujudnya? Yaitu berupaya untuk selalu mendapatkan ridho Allah.

Kedua, mudahkan diri untuk berbagi. Ketika sudah faham bahwa hidup ini hanya untuk mendapat ridho Allah dengan jalan melakukan amal perbuataan sesuai aturan-Nya, maka sebarkanlah pemahaman lurus ini kepada saudara yang kita cintai karena Allah, agar bisa bersama-sama hijrah dari insecure. Itulah tanda kepedulian pada saudara muslim kita.

Menyebarkan pemahaman Islam yang lurus dan menyeluruh ini adalah aktivitas dakwah. Saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. Karena sejatinya, umat Islam adalah umat terbaik, yang menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar.

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…(QS: Ali Imran ayat 110)

Hanya kenyataannya, sekarang kita bukan umat terbaik. Justru banyak melanggar aturan-Nya. Juga menjadi salah satu umat yang berkontribusi sebagai pembuat kerusakan di bumi, disebabkan karena ketidak-tahuan atau bahkan kejumudan umat.

Itulah pentingnya dakwah untuk menyelamatkan diri kita sendiri, saudara kita, bahkan seluruh umat manusia dan kehidupan di dunia ini.

Ada banyak cara berdakwah kreatif sesuai aturan Allah yang bisa dilakukan di era milenial-z ini. Mari manfaatkan akun-akun sosial media dan kanal youtube yang dimiliki untuk menebarkan dakwah seluas-luasnya kepada orang-orang yang kita cintai.

Khatimah

Semoga kita bisa menjalani hidup ini seperti filosofi saat berkendara di jalan. Melajulah dengan kecepatan aman sesuai aturan. Sesekali mengerem atau melambatkan laju saat ada peringatan. Sesekali lihatlah kaca spion untuk berhati-hati, seperti melihat dan berhati-hati dengan masa lalu, untuk dijadikan pelajaran di masa kini dan nanti.

Berhati-hatilah dalam memilih perbuatan yang akan dilakukan. Mau taat atau maksiat ? Karena pilihan yang dibuat sekarang adalah penentu keberhasilan hidup kita di masa depan. Apakah mendapat ridho Allah berbonus surga, atau murka Allah dengan ditambah siksa neraka ? Semoga bersama kita berubah lebih taat lagi karena Allah.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 23

Comment here